Pages

Monday, June 8, 2020

Balanced Scorecard, Definisi, Konsep dan Perspektif

Definisi Balanced Scorecard

Konsep Balanced Scorecard selanjutnya akan disingkat BSC. BSC adalah pendekatan terhadap taktik manajemen yg dikembangkan sang Drs.Robert Kaplan (Harvard Business School) and David Norton pada awal tahun 1990. BSC berasal menurut 2 istilah yaitu balanced (berimbang) & scorecard (kartu skor). Balanced (berimbang) berarti adanya ekuilibrium antara performance keuangan & non-keuangan, performance jangka pendek & performance jangka panjang, antara performance yang bersifat internal dan performance yang bersifat eksternal. Sedangkan scorecard (kartu skor) yaitu kartu yang digunakan untuk mencatat skor performance seseorang. Kartu skor juga dapat digunakan buat merencanakan skor yg hendak diwujudkan sang seseorang pada masa depan.

Mula-mula BSC dipakai buat memperbaiki sistem pengukuran kinerja eksekutif. Awal penggunaannya kinerja eksekutif diukur hanya dari segi keuangan. Kemudian berkembang sebagai luas yaitu empat perspektif, yang lalu digunakan buat mengukur kinerja organisasi secara utuh. Empat perspektif tadi yaitu keuangan, pelanggan, proses usaha internal serta pembelajaran dan pertumbuhan.

BSC adalah suatu prosedur sistem manajemen yang mampu menerjemahkan visi & strategi organisasi ke pada tindakan konkret di lapangan. BSC merupakan salah satu alat manajemen yg telah terbukti sudah membantu banyak perusahaan dalam mengimplementasikan taktik bisnisnya.

Keunggulan Balanced Scorecard

Dalam perkembangannya BSC sudah poly membantu perusahaan buat sukses mencapai tujuannya. BSC mempunyai beberapa keunggulan yg nir dimiliki sistem taktik manajemen tradisional. Strategi manajemen tradisional hanya mengukur kinerja organisasi menurut sisi keuangan saja & lebih menitik beratkan pengukuran dalam hal-hal yg bersifat tangible, tetapi perkembangan bisnis menuntut buat mengubah pandangan bahwa hal-hal intangible jua berperan pada kemajuan organisasi. BSC menjawab kebutuhan tadi melalui sistem manajemen strategi pada masa ini, yg terdiri dari empat perspektif yaitu: keuangan, pelanggan, proses bisnis internal serta pembelajaran & pertumbuhan.

Keunggulan pendekatan BSC pada sistem perencanaan strategis (Mulyadi, 2001, p.18) adalah sanggup menghasilkan rencana strategis, yang memiliki karakteristik menjadi berikut (1) komprehensif, (2) koheren, (3)seimbang & (4) terukur

Perspektif dalam Balanced Scorecard

Adapun perspektif-perspektif yg terdapat di dalam BSC merupakan sebagai berikut:

1. Perspektif Keuangan

BSC memakai tolak ukur kinerja keuangan misalnya laba higienis dan ROI, karena tolak ukur tadi secara generik dipakai pada perusahaan buat mengetahui laba. Tolak ukur keuangan saja tidak bisa menggambarkan penyebab yg membuahkan perubahan kekayaan yang diciptakan perusahaan atau organisasi (Mulyadi & Johny Setyawan, 2000).

Balanced Scorecard merupakan suatu metode pengukuran kinerja yang di dalamnya ada ekuilibrium antara keuangan & non-keuangan buat mengarahkan kinerja perusahaan terhadap keberhasilan. BSC dapat menjelaskan lebih lanjut tentang pencapaian visi yang berperan pada pada mewujudkan pertambahan kekayaan tersebut (Mulyadi & Johny Setyawan, 2000) menjadi berikut:

1. Peningkatan customer 'yang puas sehingga mempertinggi laba (melalui peningkatan revenue).

Dua. Peningkatan produktivitas dan komitmen karyawan sehingga meningkatkanlaba (melalui peningkatan cost effectiveness).

Tiga. Peningkatan kemampuan perasahaan buat membentuk financial returns menggunakan mengurangi kapital yang dipakai atau melakukan investasi daiam proyek yang membentuk return yang tinggi.

Di dalam Balanced Scorecard, pengukuran finansial memiliki 2 peranan penting, pada mana yang pertama merupakan seluruh perspektif tergantung pada pengukuran finansial yg menunjukkan implementasi dari strategi yg telah direncanakan & yg ke 2 adalah akan memberi dorongan kepada tiga perspektif yg lainnya mengenai target yg harus dicapai dalam mencapai tujuan organisasi.

Menurut Kaplan & Norton, siklus bisnis terbagi tiga termin, yaitu: bertumbuh (growth), bertahan (sustain), dan menuai (harvest), di mana setiap termin pada siklus tersebut memiliki tujuan fmansial yang berbeda. Growth adalah termin awal pada siklus suatu usaha. Pada tahap ini dibutuhkan suatu bisnis mempunyai produk baru yg dirasa sangat potensial bagi bisnis tersebut.

Untuk itu, maka dalam termin growth perlu dipertimbangkan tentang sumber daya untuk berbagi produk baru dan menaikkan layanan, menciptakan dan berbagi fasilitas yg menunjang produksi, investasi pada sistem, infrastruktur & jaringan distribusi yg akan mendukung terbentuknya hubungan kerja secara menyeluruh pada berbagi interaksi yg baik dengan pelanggan. Secara keseluruhan tujuan fmansial pada tahap ini adalah mengukur persentase tingkat pertumbuhan pendapatan, dan taraf pertumbuhan penjualan pada pasar target.

Tahap selanjutnya merupakan sustain (bertahan), pada mana dalam tahap ini ada pertanyaan mengenai akan ditariknya investasi atau melakukan investasi kembali dengan mempertimbangkan tingkat pengembalian yg mereka investasikan. Pada termin ini tujuan fmansial yg hendak dicapai merupakan buat memperoleh keuntungan. Berikutnya suatu bisnis akan mengalami suatu tahap yang dinamakan harvest (menuai), pada mana suatu organisasi atau badan usaha akan berusaha buat mempertahankan bisnisnya. Tujuan finansial menurut termin ini adalah buat buat mempertinggi aliran kas & mengurangi aliran dana.

2. Perspektif Pelanggan

Dalam perspektif pelanggan, perusahaan perlu terlebih dahulu memilih segmen pasar dan pelanggan yg menjadi sasaran bagi organisasi atau badan bisnis. Selanjutnya, manajer wajib menentukan indera ukur yang terbaik buat mengukur kinerja menurut tiap unit opetasi dalam upaya mencapai sasaran finansialnya. Selanjutnya bila suatu unit bisnis ingin mencapai kinerja keuangan yang superior dalam jangka panjang, mereka harus membangun dan menyajikan suatu produk baru/jasa yang bernilai lebih baik pada pelanggan mereka (Kaplan, dan Norton, 1996).

Produk dikatakan bernilai bila manfaat yg diterima produk lebih tinggi daripada biaya perolehan (bila kinerja produk semakin mendekati atau bahkan melebihi berdasarkan apa yg diharapkan & dipersepsikan pelanggan). Perusahaan terbatas buat memuaskan potential customer sebagai akibatnya perlu melakukan segmentasi pasar buat melayani menggunakan cara terbaik menurut kemampuan dan sumber daya yang terdapat. Ada dua grup pengukuran dalam

perspektif pelanggan, yaitu:

1. Kelompok pengukuran inti icore measurement class).

Kelompok pengukuran ini dipakai buat mengukur bagaimana perusahaan memenuhi kebutuhan pelanggan pada mencapai kepuasan, mempertahankan, memperoleh, & merebut pangsa pasar yg telah ditargetkan. Dalam gerombolan pengukuran inti, kita mengenal lima tolak ukur, yaitu: pangsa pasar, akuisisi pelanggan (perolehan pelanggan), retensi pelanggan (pelanggan yg dipertahankan), kepuasan pelanggan, dan profitabilitas pelanggan.

Dua. Kelompok pengukuran nilai pelanggan customer value proposition).

Kelompok pengukuran ini dipakai buat mengetahui bagaimana perusahaan mengukur nilai pasar yg mereka kuasai & pasar yg potensial yg mungkin mampu mereka masuki. Kelompok pengukuran ini juga bisa mendeskripsikan pemacu kinerja yang menyangkut apa yang harus disajikan perusahaan untuk mencapai tingkat kepuasan, loyalitas, retensi, dan akuisisi pelanggan yang tinggi. Value proposition mendeskripsikan atribut yang disajikan perusahaan dalam produk/jasa yang dijual buat membangun loyalitas dan kepuasan pelanggan. Kelompok pengukuran nilai pelanggan terdiri berdasarkan:

a. Atribut produk/jasa, yang meliputi: fungsi, harga, & kualitas produk.

B. Hubungan dengan pelanggan, yg mencakup: distribusi produk kepada pelanggan, termasuk respon menurut perusahaan, ketika pengiriman, dan bagaimana perasaan pelanggan sehabis membeli produk/jasa dari perusahaan yg bersangkutan.

C. Citra & reputasi, yg mendeskripsikan faktor intangible bagi perusahaan buat menarik pelanggan buat herbi perusahaan, atau membeli produk.

3. PerspektifProses Bisnis Internal

Perspektif proses bisnis internal menampilkan proses kritis yg memungkinkan unit bisnis buat memberi value proposition yg mampu menarik & mempertahankan pelanggannya di segmen pasar yg diinginkan dan memuaskan asa para pemegang saham melalui flnancial retums (Simon, 1999).

Tiap-tiap perasahaan mempunyai seperangkat proses penciptaan nilai yang unik bagi pelanggannya. Secara umum, Kaplan dan Norton (1996) membaginya dalam tiga prinsip dasar, yaitu:

1. Proses penemuan.

Proses penemuan adalah bagian terpenting dalam holistik proses produksi. Namun ada juga perusahaan yang menempatkan inovasi di luar proses produksi. Di dalam proses penemuan itu sendiri terdiri atas dua komponen, yaitu: identifikasi cita-cita pelanggan, & melakukan proses perancangan produk yg sesuai dengan asa pelanggan. Jika hasil penemuan dari perusahaan

nir sinkron dengan keinginan pelanggan, maka produk tidak akan menerima tanggapan positif dari pelanggan, sebagai akibatnya tidak memberi tambahan pendapatan bagi perasahaan bahkan perasahaan haras mengeluarkan porto investasi dalam proses penelitian & pengembangan.

2. Proses operasi.

Proses operasi adalah kegiatan yang dilakukan perusahaan, mulai berdasarkan ketika penerimaan order berdasarkan pelanggan hingga produk dikirim ke pelanggan. Proses operasi menekankan kepada penyampaian produk pada pelanggan secara efisien, & tepat waktu. Proses ini, dari fakta sebagai fokus utama menurut sistem pengukuran kinerja sebagian besar organisasi.

Tiga. Pelayananpumajual.

Adapun pelayanan purna jual yang dimaksud pada sini, dapat berupa garansi, penggantian buat produk yang rusak, dll.

4. Perspektif Pembelajaran & Pertumbuhan

Perspektif ini menyediakan infrastruktur bagi tercapainya ketiga perspektif sebelumnya, dan buat menghasilkan pertumbuhan & perbaikan jangka panjang.

Penting bagi suatu badan bisnis saat melakukan investasi nir hanya dalam peralatan buat membuat produk/jasa, namun pula melakukan investasi pada infrastruktur, yaitu: sumber daya manusia, sistem & prosedur. Tolak ukur kinerja keuangan, pelanggan, dan proses usaha internal dapat membicarakan kesenjangan yang besar antara kemampuan yg ada berdasarkan insan, sistem, & prosedur. Untuk memperkecil kesenjangan itu, maka suatu badan bisnis wajib melakukan investasi pada bentuk reskilling karyawan, yaitu: menaikkan kemampuan sistem & teknologi keterangan, serta menata ulang mekanisme yg ada.

Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan mencakup 3 prinsip kapabilitas yg terkait dengan kondisi intemal perusahaan, yaitu:

1. Kapabilitas pekerja.

KapabiLitas pekerja merupakan adalah bagian donasi pekerja dalam perusahaan. Sehubungan menggunakan kapabilitas pekerja, ada 3 hal yg harus diperhatikan oleh manajemen:

a. Kepuasan pekerja.

Kepuasan pekerja merupakan prakondisi buat menaikkan produktivitas, tanggungjawab, kualitas, & pelayanan kepada konsumen. Unsur yg dapat diukur pada kepuasan pekerja adalah keterlibatan pekerja pada merogoh keputusan, pengakuan, akses buat mendapatkan liputan, dorongan buat bekerja kreatif, dan memakai inisiatif, serta dukungan berdasarkan atasan.

B. Retensi pekerja.

Retensi pekerja adalah kemampuan imtuk mempertahankan pekerja terbaik pada perusahaan. Di mana kita mengetahui pekerja adalah investasi jangka panjang bagi perusahaan. Jadi, keluamya seseorang pekerja yg bukan lantaran hasrat perusahaan merupakan loss pada intellectual capital menurut perusahaan. Retensi pekerja diukur dengan persentase turnover pada perusahaan.

C. Produktivitas pekerja.

Produktivitas pekerja adalah hasil dari efek holistik menurut peningkatan keahlian dan moral, inovasi, proses internal, dan kepuasan pelanggan. Tujuannya adalah buat menghubungkan output yang dihasilkan oleh pekerja dengan jumlah pekerja yang seharusnya untuk membuat hasil tadi.

2. Kapabilitas sistem liputan.

Adapun yg sebagai tolak ukur buat kapabilitas sistem inforaiasi adalah taraf ketersediaan fakta, tingkat ketepatan berita yg tersedia, serta jangka saat buat memperoleh liputan yg diperlukan.

Tiga. Iklim organisasi yg mendorong timbulnya motivasi, & pemberdayaan merupakan krusial untuk membangun pekerja yg berinisiatif. Adapun yang sebagai tolak ukur hal tersebut di atas adalah jumlah saran yg diberikan pekerja.

No comments:

Post a Comment