Proses pembuatan kerajinan tekstil terdiri atas beberapa tahapan. Pertama, proses serat atau benang menjadi kain, lalu kain menjadi kerajinan tekstil, seperti busana, tas, sarung bantal dan lain-lain, serta pewarnaan dan pemasangan aksesori untuk suatu fungsi tertentu atau menambah nilai estetis atau keindahan pada produk kerajinan tekstil yang dibuat.
Proses pada pembuatan kerajinan tekstil, terdiri atas beberapa tahapan. Pertama, pembuatan serat/benang sebagai kain/tekstil yg memakai teknik tenun. Kedua, pembuatan kain/tekstil menjadi satu bentuk kerajinan tekstil. Terakhir, proses pemasangan aksesori atau finishing sehingga membentuk kerajinan tekstil yang siap digunakan.
Proses pewarnaan bisa dilakukan pada serat/benang, dalam kain atau dalam bagian akhir setelah kerajinan tekstil terbentuk. Pewarnaan pada benang dilakukan dengan pencelupan serat/benang. Pada tekstil tanpa motif/polos, pewarnaan dilakukan dengan pencelupan dengan 1 rona, sedangkan buat menghasilkan tekstil dengan motif eksklusif, pewarnaan menggunakan teknik ikat menggunakan beberapa kali pewarnaan.
Pewarnaan pada kain/tekstil dapat menggunakan teknik rintang warna, seperti teknik batik atau jumputan, teknik print seperti cap, sablon, atau digital printing, serta teknik lukis.
Dekorasi bisa dilakukan dalam kain atau dalam produk yg telah terbentuk, dengan teknik sulam dan bordir, juga penambahan aksesori buat menambah keindahan produk kerajinan tekstil.
1. Teknik Tenun
Teknik pembuatan kain yang masih tergolong kerajinan lantaran mengandalkan keterampilan tangan merupakan teknik tenun. Teknik pembuatan kain dengan mesin otomatis nir termasuk dalam kerajinan. Kain tenun pada Indonesia di kerjakan dengan dua jenis teknik, yaitu tenun gendong (benang lungsin yang akan ditenun diikat mengelilingi sampai punggung penenun) yang dipakai di semua Indonesia, dan teknik tenun yg memakai bingkai kayu menjadi alat bantu tenun. Pada teknik tenun dua jenis, menggunakan benang lungsin putus yg akan membentuk kain panjang atau selendang & menggunakan benang lungsin nir terputus untuk membuat sarung (berbentuk tabung).
Proses teknik tenun merupakan sebagai berikut.
A. Menyiapkan benang lungsin yg panjangnya sama menggunakan panjang kain yang diinginkan.
B. Memasang benang lungsin pada cucukan.
C. Menyiapkan benang pakan.
D. Penenunan dilakukan dengan memasukkan benang pakan ke antara benang-benang lungsin.
Dua. Teknik Pewarnaan
Pada umumnya, teknik pewarnaan kain-kain tradisional di Indonesia memanfaatkan proses celup dengan rintang warna seperti teknik batik dan teknik pada kain Sasirangan khas Banjar, Kalimantan Selatan, dan teknik ikat pada pewarnaan serat/benang tenun.
Teknik pewarnaan pada kain tenun adalah teknik ikat celup. Teknik ikat celup sudah dilakukan sejak lama di seluruh dunia. Asal usul teknik ini diperkirakan berkembang di India dengan sebutan Bhandani sejak 906 s.d. 618 SM. Teknik ini berasal dari dataran Cina pada zaman Dinasti Tang dibuat pada kain sutera yang merupakan alat barter pada masa kejayaan Jalur Sutra, yaitu jalur yang menghubungkan wilayah Cina ke Timur Tengah hingga ke Italia. Teknik pewarnaan ikat terdiri atas ikat (hanya pada benang lungsin atau pakan) dan ikat ganda (pewarnaan pada benang pakan dan lungsin). Langkah pertama teknik ikat celup menempatkan benang pakan/lungsin pada plangkan. Langkah kedua adalah menggambarkan pola motif pada benang yang sudah terpasang pada plangkan. Langkah ketiga adalah mengikat bagian benang sesuai dengan motif yang diinginkan. Ikatan yang kuat, tebal, dan rapi akan dapat menghalangi warna dengan baik. Benang yang sudah diikat dicelup dengan warna-warna sesuai dengan rancangan. Pewarnaan dilakukan mulai dari warna yang paling tua, ke warna yang paling muda. Setelah pewarnaan pertama, warna kedua diperoleh dengan melepaskan ikatan pada bagian yang ingin diwarnai, dan seterusnya hingga selesai. Benang yang sudah diwarnai lalu dikeringkan. Setelah kering, benang lungsin dipasang pada alat tenun, sedangkan benang pakan dipasang pada kelenting.
Selain teknik pewarnaan ikat celup pada benang tenun, ada pula teknik rintang warna dengan menggunakan lilin/malam, yaitu teknik batik. Pada masa Kerajaan Majapahit, teknik batik diaplikasikan di atas daun lontar. Setelah diperkenalkan material kain dari serat katun, sebagai pengganti serat alam lainnya yang lebih kasar, teknik batik mulai diaplikasikan di atas kain katun. Kain batik, semula hanya dikerjakan untuk memenuhi kebutuhan kerajaan, namun teknik tersebut mulai dikenal masyarakat di luar keraton dari para pengrajin batik. Lambat laun kegiatan membatik menjadi mata pencaharian masyarakat sekitar kerajaan.
Proses teknik batik adalah sebagai berikut.
A. Membuat sketsa motif batik dalam kain polos.
B. Menyiapkan alat & bahan seperti malam, canting, kompor batik, & indera rona alam berikut fasilitas pendukung lainnya.
C. Memanaskan malam dalam kompor batik hingga 60 derajat celcius.
D. Dengan memakai canting (buat batik tulis) atau cap aluminium (untuk batik cap), merogoh malam, & menutup pola motif dalam kain sesua sketsa yg sudah dipengaruhi.
E. Menentukan warna celup.
F. Mencelup kain batik sinkron dengan rona yang telah ditentukan.
G. Melorod (melepaskan malam) menggunakan cara mengungkep kain dalam air mendidih, dibilas, dan diangin-angin.
H. Untuk proses pewarnaan lebih daripada 1 warna, langkah kerja mulai berdasarkan menggambar menggunakan canting atau cap hingga melorod diulang sinkron dengan jumlah warna.
Perbedaan utama teknik batik dan sasirangan dengan kain tenun ikat adalah pewarnaan kain batik dilakukan setelah benang ditenun menjadi kain, sedangkan pada kain tenun ikat pewarnaan dilakukan pada benang sebelum ditenun menjadi kain.
3. Teknik Membentuk Kerajinan Tekstil
Produk kerajinan tekstil sangat majemuk. Namun, secara umum, pembentukan kerajinan tekstil dilakukan dengan memotong dan menyambung bahan. Pemotongan diawali menggunakan penggambaran pola sinkron menggunakan bentuk & ukuran produk kerajinan tekstil yg dibuat. Pemotongan dilakukan dengan menggunakan gunting khusus kain, buat kemudahan mutilasi dan membentuk potongan yang rapi. Ingatlah selalu buat memotong bahan sedikit lebih akbar daripada pola, buat menaruh ruang penyambungan. Penyambungan bahan dapat dilakukan menggunakan teknik jahit manual, teknik jahit dengan menggunakan mesin jahit, dan penggunaan lem. Teknik penempelan dengan lem hanya dipakai buat kebutuhan tertentu saja, contohnya penempelan aksesori menggunakan syarat kain atau bahan tekstil relatif tebal atau kedap dan lem relatif kental sehingga lem nir menembus kain.
4. Teknik Dekorasi
Teknik dekorasi di antaranya adalah sulam dan bordir. Sulam sudah menjadi bagian dari tradisi tekstil Indonesia sejak abad ke-16 Masehi. Dekorasi sulam pada kain tenun di antaranya dengan menambahkan benang emas dan manik-manik kaca (cermuk), contohnya seperti kain Tapis Lampung, Kain Tapis bagi masyarakat Lampung melambangkan kesucian dan dipercaya dapat melindungi penggunanya dari segala bentuk sifat buruk manusia. Secara garis besar, corak dan warna kain Tapis menunjukkan kebesaran Sang Pencipta Alam.
Suku adat di wilayah Lampung yang menghasilkan dan mengembangkan kain Tapis ini adalah suku Pepadun. Sebelumnya, kain Tapis yang berlapis benang emas ini merupakan pakaian wanita dari daerah Liwa, Kenali, dan Talar Padang. Tapis banyak digunakan baik oleh pria dan wanita sebagai kain sarung yang dikenakan pada upacara adat. Misalnya, kain Tapis Jung Sarat digunakan oleh pengantin wanita pada upacara perkawinan adat. Kain Tapis Tuho dikenakan seorang istri yang mengantar suaminya mengambil gelar sutan. Kain Tapis Lampung ini kaya akan ragam warna dan corak, hasil dari akulturasi budaya yang datang ke wilayah Lampung, di antaranya kebudayaan Dongson, Hindu, Budha, Islam, Eropa, dan China.
Dekorasi juga dilakukan dengan memanfaatkan teknik bordir, yaitu teknik sulam yang dikerjakan menggunakan bantuan mesin jahit modifikasi. Beberapa daerah di Indonesia dikenal dengan kerajinan sulam & bordirnya, yaitu Tasikmalaya, Sumatra Barat, Gorontalo, Aceh, Sumatra Utara, & Nusa Tenggara Timur (NTT).
Proses sulam atau bordir adalah menjadi berikut.
A. Menyiapkan kain yg akan disulam atau dibordir.
B. Menentukan pola sulam/bordir atau motif atau ragam hias.
C. Menjiplak dalam kertas minyak menggunakan menggunakan spidol atau balpoin.
D. Menjiplak ke atas kain menggunakan menggunakan kertas karbon.
E. Menyiapkan kain pada gelang ram atau pamidangan menggunakan meregangkan kain hingga ketegangan maksimum.
F. Kain siap buat disulam atau dikerjakan menggunakan teknik bordir.
Teknik Pengolahan kerajinan tekstil dapat dilakukan berupa pembentukan bahan, pembuatan motif, dan finishing. Pengolahan bahan: serut; pintal; tarik. Pembentukan motif: tenun ikat pakan, tenun ikat lungsin, tenun ikat ganda, batik tulis, batik cap, printing mesin, sablon tangan, batik kombinasi, songket, sasirangan, dan lain-lain. Pada tahap finishing: dikanji; kerawang; aplikasi kain; aplikasi manik; aplikasi payet; aplikasi prada; aplikasi hiasan logam; aplikasi kerang-kerangan, dan lain-lain.
Kita dapat menghasilkan karya tekstil yang inovatif dan unik dengan kreativitas kita mengolah tekstil dengan teknik-teknik tersebut, secara khusus ataupun mencampurkan beberapa teknik. Baca Juga :Pengertian Material Tekstil, Bahan Pewarna, dan Aksesori
Sumber : Buku Prakarya & Kewirausahaan Kelas X
No comments:
Post a Comment