Pages

Monday, June 15, 2020

Sejarah Pemberontakan PRRI dan Permesta di Indonesia

Sejarah Peristiwa Pemberontakan PRRI dan Permesta di Indonesia (Lengkap) - Pertentangan antara pemerintah pusat dan beberapa daerah lainnya yang berpokok pangkal pada masalah otonomi serta pertimbangan keuangan antara pusat dan daerah makin hari makin kian meruncing. Pembentukan dewan-dewan seperti dibawah ini.

PRRI dan Permesta

  • Dewan Banteng
  • Dewan Gajah
  • Dewan Menghuni

pengambilan kekuasaan pemerintah setempat akhirnya pecah menjadi pemberontakan terbuka pada bulan Februari tahun 1958, yang dikenal sebagai pemberontakan "PRRI-Permesta".

Pemberontakan ini terjadi ditengah-tengah pergolakan politik pada Ibukota (Jakarta). Ketidakstabilan pemerintah, perkara korupsi, perdebatan-perdebatan pada konstituante, serta kontradiksi dalam warga tentang Konsepsi Presiden.

Pada lepas 9 Januari 1958 suatu pertemuan diselenggarakan pada Sungai Dareh, Sumatra Barat, yg dihadiri oleh Letnan kol Achmad Husein, Letnan Kolonel Sumual, Kolonel Simbolon, kol Dachlan Djambek, dan kol Zulkifli Lubis. Sedangkan berdasarkan pihak sipil dihadiri antara lain merupakan M. Natsir, Sjarif Usman, Burhanuddin Harahap, & Sjafruddin Prawinegara. Pada pertemuan tersebut dibicarakan tentang pembentukan pemerintah baru serta hal-hal yang berhubungan dengan itu.

Keesokan harinya dalam lepas 10 Februari 1958 diadakan kedap besar -besaran pada Padang, Sumatra Barat, Letnan Kolonel Husein dalam pidatonya di rapat raksasa itu memberi ultimatum kepada pemerintah sentra. Ultimatum tersebut menuntut :

  1. Dalam waktu 5x24 jam Kabinet Djuanda menyerahkan mandat kepada Presiden atau Presiden mencabut mandat Kabinet Djuanda.
  2. Presiden menugaskan Drs. Moh.Hatta dan Sultan Hamengkubowono IX untuk membentuk Zaken kabinet.
  3. Meminta kepada Presiden supaya kembali kepada kedudukannya sebagai Presiden Konstitusional.

Sidang Dewan Menteri pada tanggal 11 Februari mengambil keputusan untuk menolak ultimatum tersebut dan memecat dengan tidak hormat Letnan Kolonel Achmad Husein, Kolonel Zulkifli Lubis, Kolonel Dachlan Djambek, dan Kolonel Simbolon. Komando Daerah Militer Sumatra Tengah kemudian dibekukan dan ditempatkan langsung di bawah KSAD.

Pemberontakan tersebut mencapai puncaknya ketika pada tanggal 15 Februari 1958 Achmad Husein memaklumkan berdirinya "Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia" (PPRI) berikut dengan pembentukan kabinetnya dengan Sjafruddin Prawinegara sebagai Perdana Menteri.

Proklamasi PRRI segera menerima sambutan di Indonesia bagian Timur. Pada tanggal 17 Februari 1958 Letnan kol D.J Somba, Komandan Daerah Militer Sulawesi Utara dan Tengah, menyatakan diri putus hubungan menggunakan pemerintah sentra & mendukung sepenuhnya PRRI. Gerakan pada Sulawesi ini dikenal dengan nama Permesta atau Gerakan Piagam Perjuangan Permesta.

Dengan diproklamasikannya PRRI di Sumatra yg diikuti oleh Permesta di Indonesia bagian Timur, Pemerintah memutuskan buat tidak membiarkan kasus ini berlarut-larut dan segera menyelesaikannya menggunakan kekuatan senjata.

Operasi Penumpasan PRRI

Untuk menumpas pemberontakan PRRI di Sumatra, segera disiapkan operasi adonan yang terdiri dari unsur-unsur darat, laut, & udara.

Pertama-tama dilancarkan Operasi Tegas dibawah pimpinan Letnan Kolonel Kaharuddin Nasution untuk menguasai daerah Riau. Pertimbangannya adalah untuk mengamankan isntalasi-instalasi minyak asing di daerah tersebut dan untuk mencegah campur tangan asing dengan dalih menyelamatkan warga negara (WN) dan milinya. Kota Pekanbaru berhasil dikuasai pada tanggal 12 Mei 1958.

Untuk mengamankan wilayah Sumatra Barat dilancarkan Operasi 17 Agustus pada bawah pimpinan kol Ahmad Yani. Pada tanggal 17 April pada Padang dapat dikuasai oleh pasukan Angkatan Perang dan dalam lepas 4 Mei menyusul ke kota BukitTinggi.

Sementara itu pada daerah Sumatra Utara dilancarkan Operasi Saptamarga pada bawah pimpinan Brigadir Jenderal Djatikusumo. Untuk wilayah Sumatra Selatan dilancarkan Operasi Sadar di bawah pimpinan Letnan Kolonel Dr. Ibnu Sutowo.

Pimpinan PRRI akhirnya menyerah satu-persatu. Pada tanggal 29 Mei 1961 secara resmi Achmad Husein melaporkan diri menggunakan pasukannya, disusul oleh tokoh PRRI lainnya, baik militer juga sipil.

Dalam bisnis penumpasan PRRI, patut dicatat mereka yg berada di wilayah-wilayah pemberontakan permanen setia pada pemerintah, kepada Saptamarga, dan Sumpah Prajurit, antara lain: Komisaris Polisi Kaharuddin, Dt Rangkarjo Basa & Mayor Nurmathias di Sumatra Barat, Letnan kol Djamin Ginting, dan Letnan Kolonel Waham Makmur pada Sumatra Utara, Letnan kol Harun Sobar di Sumatra Selatan.

Operasi Penumpasan Permesta

Untuk menumpas pemberontakan Permesta pada Indonesia bagian timur pada lancarkan sebuah operasi adonan menggunakan nama Operasi Merdeka pada bawah pimpinan Letnan kol Rukmito Hendradiningrat. Operasi terdiri berdasarkan beberapa bagian :

  1. Operasi Saptamarga I di bawah pimpinan Letnan Kolonel Soemarsono dengan daerah sasaran Sulawesi Utara bagian Tengah.
  2. Operasi Saptamarga II di bawah pimpinan Letnan Kolonel Agus Prasmono dengan sasaran Sulawesi Utara bagian Selatan.
  3. Operasi Saptamarga III di bawah pimpinan Letnan Kolonel Magenda dengan daerah sasaran kepulauan sebelah utara Manado.
  4. Operasi Saptamarga IV di bawah pimpinan langsung Letnan Kolonel Rukmito Hendradiningrat dengan daerah sasaran Sulawesi Utara.
  5. Operasi Mena I di bawah pimpinan Letnan Kolonel Pieters dengan daerah sasaran Jailolo.
  6. Operasi Mena II di bawah pimpinan Letnan Kolonel KKO Hunholz untuk merebut lapangan udara Morotai di sebelah utara Halmehara.

Sebelum operasi pokok dilancarkan, di Sulawesi Tengah telah bergerak kesatuan-kesatuan yang tergabung dalam Operasi Insyaf yang dikoordinasi oleh Komando antar daerah Indonesia bagian Timur (Koandait). Termasuk ke dalam operasi ini gerakan-gerakan yang dilakukan oleh kesatuan-kesatuan yang setia kepada pemerintah yang dipimpin oleh Kapten Frans Karangan dan Kesatuan Polisi dibawah pimpinan Inspektur Polisi Suaeb. Operasi ini berhasil menguasai kota-kota Donggala dan Parigi, sedangkan kesatuan-kesatuan yang dipimpin oleh Nani Wartabone (Pasukan Rimba) berhasil menyiapkan pancangan kaki bagi pendaratan pasukan-pasukan Operasi Saptamarga II di Gorontalo.

Operasi-operasi militer APRI pada Indonesia bagian Timur menghadapi perlawanan yg lebih berat dibandingkan menggunakan operasi pada Sumatra lantaran situasi daerah yg menguntungkan pemberontak & persenjataan mereka relatif kuat. Namun akhirnya perintah berhasil menguasai daerah-daerah tersebut. Pada pertengahan tahun 1961 sisa-sisa Permesta menyerahkan diri memenuhi seruan Pemerintah & keamanan dipulihkan sepenuhnya.

Baca Juga :Keragaman Suku Bangsa di Indonesia

Referensi : http://future404-azbunz.blogspot.co.id/2015/03/pemberontakan-prri-dan-permesta-lengkap.html

No comments:

Post a Comment