Pages

Monday, September 21, 2020

Berekspresi melalui Teater Daerah

Pertunjukan teater adalah tahap terakhir pada seluruh rangkaian kegiatan berteater. Untuk mementaskan teater, dibutuhkan perencanaan dan persiapan yg matang sebagai akibatnya pementasan akan berhasil menggunakan baik dan sesuai menggunakan yg diharapkan oleh panitia & penonton. Sebagai tulang punggung pementasan, para pemain harus melakukan latihan dengan mengeksplorasi teknik olah tubuh, olah pikir, dan olah bunyi. Demikian jua dengan komponen-komponen yg lain. Mereka harus merancang pertunjukan menggunakan baik dan melaksanakan rancangan bersama-sama. Dengan demikian, persiapan sebagai matang hingga ketika pertunjukan tiba.

A. Mengeksplorasi Teknik Olah Tubuh, Olah Pikir, & Olah Suara

Akting merupakan salah satu jenis keterampilan. Sebagaimana jenis-jenis keterampilan yang lain, pemerolehannya harus melalui proses pelatihan dan tidak dapat diperoleh dalam waktu singkat.

1. Teknik Olah Tubuh

Tubuh seorang pemeran teater wajib cantik dan menarik. Pengertian bagus dan menarik di sini bukanlah ganteng atau manis. Maksudnya, tubuh harus lentur, sanggup memainkan semua kiprah, & gampang diarahkan. Tubuh nir boleh kaku.

Berikut merupakan latihan-latihan dasar buat melenturkan tubuh.

  1. Latihan tari agar aktor mengenal gerak berirama dan dapat mengatur waktu.
  2. Latihan samadi silat agar mengenal dirinya sendiri dan percaya diri.
  3. Latihan anggar supaya mengenal arti semangat.
  4. Latihan renang agar aktor mengenal pengaturan napas.
Dua. Teknik Olah Pikir

Mengeksplorasi teknik olah pikir bisa dilakukan dengan latihan konsentrasi. Pengertian konsentrasi secara harfiah merupakan pemusatan pikiran atau perhatian. Makin menarik pusat perhatian, makin tinggi kesanggupan memusatkan perhatian. Pusat perhatian seorang pemain merupakan sukma atau jiwa berdasarkan kiprah atau karakter yg akan dimainkan. Segala sesuatu yang mengalihkan perhatian seseorang pemain, cenderung bisa menghambat proses pemeranan. Maka, konsentrasi menjadi sesuatu hal yg krusial buat pemeran.

Tujuan dari konsentrasi ini yaitu mencapai syarat kontrol mental & fisik pada atas panggung. Ada korelasi yang sangat dekat antara pikiran & tubuh. Seorang pemeran wajib dapat mengontrol tubuhnya setiap saat. Langkah awal yang perlu diperhatikan merupakan mengasah pencerahan dan sanggup menggunakan tubuhnya dengan efisien. Dengan konsentrasi pemeran akan dapat membarui dirinya menjadi orang lain, yaitu peran yg dimainkan.

Dunia teater merupakan global imajiner atau dunia fitnah. Dunia tidak konkret yang diciptakan seorang penulis lakon & diwujudkan oleh pekerja teater. Dunia ini wajib diwujudkan menjadi sesuatu yang seolah-olah konkret & bisa dinikmati dan menyakinkan penonton. Kekuatan pemeran untuk mewujudkan global rekaan ini hanya mampu dilakukan menggunakan kekuatan daya konsentrasi. Misalnya, seorang pemeran melihat sesuatu yang menj?Ikkan (meskipun sesuatu itu tidak ada di atas pentas) maka dia wajib menyakinkan kepada penonton bahwa sesuatu yang dicermati sahih-benar menj?Ikkan. Kalau pemeran tingkat konsentrasinya rendah, beliau tidak akan bisa menyakinkan penonton. Latihan konsentrasi mampu dilakukan menggunakan melatih 5 indra yang terdapat dalam tubuh. Latihan ini dimaksudkan buat mendapatkan pengalaman mengenai berbagai suasana yang kemudian disimpan pada ingatan sebagai sumber ide.

Tiga. Teknik Olah Suara

Dalam pementasan, pemeran mengucapkan kata-istilah yg dirangkai menjadi kalimat-kalimat untuk mengungkapkan perasaan & pikirannya. Kata-kata diucapkan dengan mulut. Suara berdasarkan ekspresi yang membunyikan istilah-kata itu dianggap vokal. Pemeran harus mempunyai vokal yg bertenaga agar kata-kata yang ia ucapkan kentara. Latihan dasar buat menguatkan vokal, diantaranya berdeklamasi dan menyanyi.

Ada beberapa hal yg perlu diketahui sang seorang pemeran tentang fungsi ucapan, yaitu menjadi berikut.

  1. Ucapan yang dilontarkan oleh pemeran bertujuan untuk menyalurkan kata dari teks lakon kepada penonton.
  2. Memberi arti khusus pada kata-kata tertentu melalui modulasi suara.
  3. Memuat informasi tentang sifat dan perasaan peran, misalnya umur, kedudukan sosial, kekuatan, kegembiraan, putus asa, marah, dan sebagainya.
  4. Mengendalikan perasaan penonton seperti yang dilakukan oleh musik.
  5. Melengkapi variasi.
Ketika pemeran mengucapkan dialog harus mempertimbangkan pikiranpikiran penulis. Jika pemeran melontarkan dialognya hanya sekadar hasil hafalan saja, dia mencabut makna yang ada dalam kata-kata. Ekspresi yang disampaikan melalui nada suara membentuk satu pemaknaan berkaitan dengan kalimat dialog. Proses pengucapan dialog mempengaruhi ketersampaian pesan yang hendak dikomunikasikan kepada penonton.

B. Merancang Pertunjukan Teater Daerah

Kegiatan merancang pertunjukan teater dapat dilakukan dalam beberapa tahapan. Dalam berteater, kegiatan ini disebut dramatisasi cerita drama. Pada prinsipnya, dramatisasi adalah memahami dan mengeksplorasi naskah secara sungguh-sungguh, kemudian membuat rencana untuk mementaskan naskah tersebut bersama seluruh anggota kelompok.

1. Memilih Lakon & Cerita Teater Daerah

Memilih lakon dan cerita merupakan pekerjaan yang gampang-gampang susah. Dibutuhkan konsentrasi & kejelian dan pengalaman yang memadai agar pemilihan tersebut sinkron menggunakan tema.

Kesesuaian lakon & tema merupakan 2 hal yang sangat krusial, keduanya mendasari berhasil tidaknya teater digelar. Misalnya, tema yang telah ditetapkan yaitu tentang percintaan, maka cerita yg dibuat wajib herbi hal yg berbau cinta seperti cerita Romeo & Juliet. Tema lain misalnya tentang kejenakaan atau kekocakan, maka pilihlah cerita Si Kabayan. Jika bertema cerita anak, pilihlah cerita Si Kancil dan Buaya. Sumber cipta lakon sanggup dari berdasarkan mana saja. Insprirasi timbul mampu dari kehidupan sehari-hari, kisah-kisah masa lampau, & hubungan antara manusia & alam atau kenyataan alam. Dalam kehidupan teater tradisi, pemilihan lakon umumnya bersumber dalam cerita-cerita yg telah terdapat. Cerita tersebut bisa berupa mite, legenda, sage, cerita panji, & cerita hiburan atau jenaka (lawak).

A. Mite

Mite adalah cerita yang herbi kepercayaan rakyat setempat tentang adanya makhluk halus, roh, atau tuhan-dewi. Cerita ini berkembang pada rakyat & merupakan perwujudan kesetian mereka terhadap para leluhur. Contohnya adalah Nyi Roro Kidul.

B. Legenda

Legenda adalah cerita yang dihubungkan dengan keanehan dan keajaiban alam atau berasal muasal terjadinya tempat tertentu. Isi ceritanya mengenai terjadinya nama-nama sebuah tempat seperti gunung, danau, sungai, & hutan. Contohnya adalah cerita legenda Gunung Tangkuban Perahu, Asal Mula Candi Prambanan, dan Terjadinya Danau Toba.

C. Saga/Sage

Saga merupakan cerita yang pada dalamnya mengandung unsur sejarah. Selain mengandung unsur kesejarahan, saga biasanya mengandung unsur tambahan yaitu unsur khayal. Contohnya adalah cerita Ken Arok dan Ken Dedes.

D. Cerita Panji

Cerita panji adalah cerita yang berasal menurut kesusastraan Jawa. Isinya berupa cerita-cerita seputar perilaku seorang, wejangan & petuah serta pesan kebaikan. Contohnya merupakan cerita Panji Semirang.

E. Cerita Lelucon

Cerita lelucon merupakan cerita yang sengaja mengutarakan mengenai kelucuan, kebodohan, dan kekonyolan seseorang. Cerita lelucon memuat hal-hal yang penuh dengan keriangan, menggemaskan, menyenangkan sekaligus mengesalkan. Contohnya merupakan cerita Si Kabayan dan Pak Belalang.

Dua. Memilih Peran

Pemeran atau tokoh merupakan orang yang memainkan cerita sinkron dengan karakter & tabiat yang telah ditentukan oleh cerita. Peran yg diemban sang seseorang pemain merupakan bentuk perwujudan atau esensi sebuah teater pada mengomunikasikan cerita pada khalayak ramai (penonton). Dalam berteater, pemilihan tokoh yang sinkron sangatlah krusial. Tokoh yg digunakan wajib sesuai menggunakan karakter serta watak yang sudah ditentukan pada cerita. Tokoh pada cerita dibedakan sebagai beberapa macam, yaitu protagonis, berlawanan, dan tritagonis.

A. Peran Protagonis

Peran protagonis atau kiprah primer (tokoh inti) merupakan tokoh yang mempunyai peranan penting dalam pementasan teater. Untuk menjadi tokoh primer dibutuhkan ketekunan dan pengalaman yg memadai. Di samping itu, tokoh protagonis merupakan pusat perhatian para penonton & memiliki kiprah sentral pada teater. Oleh karena itu, pemeran utama dituntut untuk bermain semaksimal mungkin. Kadang-kadang, tokoh ini menuntut syarat harus pemain yang berwajah paripurna misalnya berwajah ganteng dan anggun. Namun, hal tersebut tidaklah absolut, bergantung tuntutan cerita dan skenario. Tokoh protagonis umumnya memerankan watak baik, ksatria, & pahlawan.

B. Peran Antagonis

Peran antagonis adalah tokoh utama yg berseberangan atau antagonis dengan tokoh protagonis. Antagonis seringkali adalah tokoh jahat yg menyusahkan tokoh utama. Tokoh berlawanan sanggup jua seorang tokoh yang merintangi tokoh protagonis. Dengan istilah lain, tokoh berlawanan ini menghalangi perjuangan atau tujuan tokoh protagonis. Tokoh antagonis ini biasanya memerankan sesuatu yang nir sinkron dengan harapan atau pandangan penonton. Karakter tokoh ini umumnya dursila, pengadu domba, atau penyebar fitnah.

C. Peran Tritagonis

Peran tritagonis merupakan kiprah yg menjadi penengah dan pendamai antara peran protagonis & berlawanan. Peran ini biasanya berwatak santai, sederhana, berwibawa, b?Aksana, & mempunyai wawasan yg luas.

Syarat-kondisi seseorang pemeran adalah menjadi berikut.

1) Sehat

Sehat yang dimaksud merupakan herbi keadaan pemain dalam waktu sebelum dan berlangsungnya pertunjukan. Sehat ini meliputi sehat jasmani dn rohani. Keduanya wajib pada keadaan prima dan terkendali sebagai akibatnya akan tercipta peran yang diperlukan sang cerita atau skenario.

Dua) Memiliki wawasan yang tinggi

Seorang pemeran dituntut buat memerankan tokoh sinkron dengan watak & ciri tertentu. Bagi pemain yg mempunyai wawasan tinggi, kiprah tersebut bukanlah sebagai halangan, namun tidak bagi yg berwawasan minimal, peran yang dibebankan akan terasa berat. Selain itu, pemeran jua dihadapkan pada dialog yang wajib dihafal disertai menggunakan gerak dan pola lantai.

3) Mampu bekerja sama

Dalam sebuah pertunjukan teater pemain diharuskan mampu bekerja sama dengan pemain lain. Walaupun tugas yang diemban berbeda-beada, keterpaduan antara pemain, sutradara, & penata gerak wajib harmonis, seirama, dan kompak. Kerja sama mampu dilakukan pada waktu latihan, persiapan, & saat pementasan.

4) Ulet

Seorang pemeran diharuskan buat terus mengasah kemampuannya dalam berakting dan selalu mau memperbaiki kesalahan, baik dialog juga mobilitas, buat mencapai kesempurnaaan.

5) Disiplin

Seorang pemeran wajib mempunyai tingkat kedisiplinan diri yang tinggi. Kedisiplinan sanggup asal menurut diri sendiri, mulai dari disiplin ketika latihan sampai disiplin ketika pementasan berlangsung.

6) Bertanggung Jawab

Dalam memainkan kiprah, seseorang pemeran bertanggung jawab dalam diri sendiri & kelompoknya. Berhasil atau tidaknya teater dilandasi oleh perilaku tanggung jawab para anggotanya. Sikap ini mampu dimunculkan pada saat mendapat kiprah, rutinitas latihan, dan latihan perorangan, baik menghafal dialog, bermain peran, juga mempertunjukkannya.

C. Prinsip Kerja Sama dalam Berteater

Pementasan naskah drama bukanlah kerja individu melainkan kerja kolaborasi dari berbagai komponen. Komponen tersebut adalah naskah, sutradara, pengurus produksi, pemain, dan tim artistik.

1. Memilih Naskah

Naskah yg dipilih hendaklah yang sinkron dengan situasi tempat pertunjukan. Selain itu naskah yg dipilih harus sanggup dimainkan sang pemain, jangan memakai naskah yg terlalu sulit buat diperankan karena akan menghambat pemain dalam menginterpretasikan isinya. Hal ini berpengaruh juga terhadap ketika pementasan. Jika naskah yg dipilih sudah sinkron, jadwal latihan akan lancar sehingga tepat ketika dengan program aplikasi. Tetapi, jika terlalu sulit, biasanya pemain akan memaksakan waktu yg akhirnya pemain kurang siap pada pementasannya.

Dua. Penyutradaraan

Sutradara merupakan pemimpin pertunjukan yang memiliki inspirasi & gagasan mengenai bentuk garapan serta konduite pemain buat memerankan tokoh cerita yang dibawakan. Apabila pementasan dilakukan di sekolah, orang yg bertindak menjadi pengarah adegan merupakan pengajar kesenianmu atau murid-anak didik yang dianggap mampu menyutradarai.

3. Memilih Pemain

Pemain hendaklah dipilih dari kemampuan dan karakteristik tokoh. Pemain bisa dipilih menggunakan cara menentukan langsung atau lewat audisi. Dalam berteater, seorang pemain tentunya akan menerima kiprah. Peran itu haruslah sesuai menggunakan jiwa dan karakter pemain, jangan terlalu memaksakan ingin memerankan tokoh primer atau tokoh tertentu. Akan tetapi, lihatlah potensi yg ada dalam diri pemain dan sesuaikan dengan watak yang dituntut dalam naskah.

Jika sudah memiliki kiprah dalam pertunjukan teater, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, pada antaranya sebagai berikut.

  1. Identifikasikan peran yang didapat. Apakah peran tersebut telah sesuai dengan karakter atau belum.
  2. Jika peran telah sesuai, langkah selanjutnya adalah mencari karakteristik peran. Buatlah beberapa pertanyaan seputar peran yang didapat kepada sutradara atau pahami naskah dengan lebih mendalam.
  3. Carilah keterangan seputar peran. Misalnya, nama, umur, pekerjaan, tingkah lakunya, asal daerah, logat bicara, cara berjalan, cara berpakaian, model rambut, menggunakan kacamata atau tidak, dan sebagainya. Semakin detail keterangannya, akan semakin memudahkan pemain menguasai karakter peran tersebut.
  4. Jika dalam naskah tidak dijelaskan mengenai karakter yang didapat, pemain bisa menafsirkan sendiri sesuai dengan kemampuan yang telah dimiliki. Observasilah dengan melihat dan mengamati setiap tingkah laku dan kebiasaan orang yang akan diperankan. Buatlah catatan kecil untuk dianalisis dan didiskusikan dengan pemain lainnya.
  5. Jika karakter yang didapat tidak ada di lingkungan, misalnya mendapat peran memerankan tokoh Ken Arok, carilah referensi di buku atau bertanya kepada orang yang mengetahui sejarah atau bertanyalah kepada orang yang menuasai.
  6. Setelah memahami karakter peran, hal yang harus dilatih adalah karakter suara (vokal) yang sesuai. Sesuaikan suara dengan logat atau karakter.
  7. Selanjutnya latihlah pola gerak pertunjukan. Pola ini bisa dilatih dengan cara memahami gerakan objek peran dan disesuaikan dengan pola gerak lantai teater sesungguhnya. Latihan ini merupakan rangkaian gerak tubuh dalam pencarian gerak yang sesuai dengan peran. Usahakan kelenturan gerak tubuh dilatih sehingga tidak terlihat kaku dan canggung.
  8. Jika dialog, karakter peran, suara, dan latihan telah selesai maka tahap selanjutnya berlatih dengan sesama anggota secara bersama-sama. Mintalah masukan dari sesama pemain dan sutradara mengenai bahasa dialog, gerakan, penghayatan dan kesesuaian peran dengan naskah. Dalam hal ini berarti seorang pemain berusaha untuk memahami diri sendiri dan orang lain. Terimalah setiap masukan dengan lapang dada untuk meningkatkan kemampuan berperan. Dan tidak kalah penting juga harus terus mencoba berperan sampai benar-benar merasa pas bagi diri sendiri dan bagi kelompok.
  9. Tingkatkan motivasi untuk berlatih bersama-sama dengan kelompok.
  10. Tanamkan kepercayaan diri. Mulailah dengan membentuk kepercayaan terhadap diri sendiri bahwa kita bisa bermain teater dan bisa bermain bagus. Setelah itu barulah membentuk kepercayaan diri dalam kelompok. Ingat, keberhasilan bukan ditentukan oleh kelompok saja, tetapi ditentukan pula oleh penonton.
  11. Tahap akhir adalah berkonsentrasilah dengan memusatkan energi pada pertunjukan.

4. Bagian Produksi

Bagian ini bertugas buat mempersiapkan dan mengatur produksi, mulai proses persiapan, latihan, hingga pementasan. Adapun struktur bagian produksi adalah menjadi berikut.

  1. Pimpinan produksi bertugas memimpin dan bertanggung jawab terhadap proses produksi dari awal sampai pementasan.
  2. Sekretaris bertugas mengurus administrasi, misalnya surat-menyurat, membuat undangan, dan lain-lain.
  3. Bendahara bertugas dalam mengelola keuangan mulai dari menyimpan, mengatur, dan menggunakan uang.
  4. Koordinator latihan bertugas untuk membuat jadwal latihan, lamanya, tempat, dan mengoordinir orang yang berlatih.
  5. Seksi dana usaha bertugas mencari sumber dana.
  6. Seksi publikasi bertugas memublikasikan acara kepada khalayak ramai (masyarakat).
  7. Seksi dokumentasi bertugas mendokumentasikan seluruh acara, baik pada saat latihan maupun pada acara pementasan.
  8. Seksi konsumsi bertugas dalam penyediaan makanan.
  9. Seksi keamanan bertugas untuk mengamankan jalannya pementasan supaya tertib dan lancar.
  10. Seksi P3K bertugas untuk menyiapkan obat-obatan dan hal-hal lain yang berhubungan dengan kesehatan.
  11. Seksi transportasi bertugas menyiapkan layanan kendaraan, baik layanan orang maupun barang produksi termasuk peralatan.
  12. Seksi peralatan bertugas untuk menyiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan peralatan yang digunakan dalam pementasan.

Lima. Bagian Artistik

Bagian artistik bertugas buat mempersiapkan segala sesuatu yg berhubungan dengan produk artistik. Adapun lingkup penata pentas merupakan menjadi berikut.

D. Menggelar Pertunjukan Teater Daerah

  1. Seksi panggung atau pentas yang dipimpin oleh pemimpin panggung (stage manager) bertugas mengatur masalah panggung.
  2. Seksi tata cahaya (tata lampu) yang bertugas dalam mengerjakan penataan cahaya dan lampu.
  3. Seksi tata musik yang bertugas membuat ilustrasi musik pengiring.
  4. Seksi tata rias dan busana yang bertugas merias pemain sesuai dengan watak pemain dan memilih kostum atau pakaian yang cocok untuk pemeran.
  5. Seksi tata suara yang bertugas untuk mempersiapkan dan mengecek sound system.
  6. Seksi dekorasi yang bertugas untuk menata latar panggung.

Apabila para pemain sudah siap kurang lebih tiga mnt sebelum pementasan dimulai, mereka wajib menempatkan diri pada loka yg telah ditentukan, umumnya di belakang anjung. Saat itu, sutradara harus konfiden dalam diri sendiri lantaran ia menjadi panutan bagi pemain

Sebelum pementasan dimulai, pemimpin panggung wajib menilik para penonton supaya mereka telah duduk pada tempat yg telah ditentukan. Setelah itu, beliau segera memberi memahami pengarah adegan yang duduk pada antara penonton dan memberi isyarat bahwa pertunjukan akan dimulai. Selanjutnya, pemimpin anjung memberi isyarat agar layar dibuka atau lampu dinyalakan dan pementasan pun dimulai.

Selama pementasan berlangsung, sutradara, semua pemain, dan tim artistik berkonsentrasi penuh. Kadang-kadang ada kondisi yang bersifat tak terduga, seperti para pemain dapat bermain dengan sangat cemerlang, melebihi aktingnya ketika latihan. Akan tetapi, ada kemungkinan rencana yang telah diatur dengan baik justru tidak berjalan mulus. Namun, semua itu tidak dapat diulangi.

Demikianlah hakikat pementasan teater, yakni teater hadir hanya buat sekali sebagai akibatnya kesalahan tidak bisa diperbaiki waktu itu jua. Pemain hanya dapat melakukan improvisasi buat mengatasi kesalahan. Improvisasi merupakan gerakan & ucapan yg tidak berkala buat menghidupkan permainan. Bagaimanapun, proses pementasan ini akan menaruh pengalaman yg menakjubkan bagi semua yang terlibat.

No comments:

Post a Comment