Pages

Sunday, July 12, 2020

Kaidah Kebahasaan Teks Opini/Editorial

Teks opini adalah teks yang berisi perkiraan, pikiran, pendapat, atau anggapan mengenai suatu hal. Pendapat atau piiran setiap orang tentang suatu hal berbeda-beda. Perbedaan pendapat bergantung dalam sudut pandang & latar belakang yang dimiliki. Pendapat bisa berupa saran, kritik, tanggapan, harapan, petuah , atau ajakan. Diterima atau tidaknya gagasan atau usulan tadi sang pihak lain bergantung kepada kuat atau tidaknya argumentasi yang diajukan. Seseorang bebas menuangkan pandangannya terhadap sebuah duduk perkara melalui teks opini ini. Dalam menyampaikan pendapat atau pikiran wajib dilengkapi dengan kabar penunjang & alasan yang masuk akal supaya teks opini yg dibangun bisa diterima sang pembaca atau pendengar. Jangan hingga teks yang tercipta itu hanya berisi pendapat kosong yg cenderung misalnya khayalan belaka.

Pada tulisan ini akan dibahas mengenai kaidah kebahasaan teks Opini. Kaidah kebahasaan adalah aturan-aturan mendasar yang menjadi standar untuk dipakai dalam pemahaman bahasa teks opini. Ciri yang paling menonjol adalah penggunaan teks opini antara lain yang berhubungan dengan adverbia, konjungsi, verba (material, relasional, dan mental) dan kosa kata. Konjungsi yang banyak dijumpai pada teks opini adalah konjungsi yang digunakan untuk menata argumentasi, konjungsi yang menyatakan hubungan sebab akibat,  dan konjungsi yang menyatakan harapan, seperti agar, supaya, dan sebagainya. Untuk lebih memahami kaidah kebahasaan teks opini berikut ini contoh teks yang dapat anda amati.

Menjual Sembari Menjaga Nirwana

No.StrukturKalimat
1.Pernyataan PendapatIndonesia adalah surga sekaligus kisah nyata, bukan isapan jempol belaka atau romantisme dari masa lalu. Ada begitu banyak tempat indah yang tersembunyi dan masih belum tersentuh. Sayangnya, tempat-tempat itu belum digarap serius sebagai tujuan wisata. Jangankan membuat program wisata yang kreatif, membangun prasarananya saja kerap tidak dilakukan pemerintah.
2.ArgumentasiDalam beberapa tahun terakhir, bahkan keindahan sejumlah tempat terancam oleh eksploitasi alam yang salah dan serakah. Padahal, dengan pariwisata, daerah bisa mendapatkan penghasilan sekaligus memelihara alam selingkungannya.

 Teks opini adalah teks yang berisi perkiraan Kaidah Kebahasaan Teks Opini/Editorial

Di kepulauan Togean, Sulawesi Tengah, ironi itu terpampang nyata. Kepulauan itu memiliki pantai-pantai indah, laut yang bening dan tenang, serta ikan berwarna-warni yang menyelinap di antara terumbu karang indah. Menjelang senja, matahari menjadi bola merah yang ditelan laut jingga. Namun, di sana juga berlangsung perusakan alam yang kerap didukung para politikus. Mereka datang hanya pada saat kampanye untuk memancing suara, bahkan mempersilakan para nelayan mengeb*m terumbu karang. Keinginan pemerintah pusat menjadikannya sebagai taman nasional ditentang justru oleh pemerintah daerah.

Di Mentawai, Sumatera Barat, lain lagi yang terjadi. Kepulauan ini mempunyai ombak terbaik buat berselancar. Di dunia ini hanya terdapat 3 tempat yg mempunyai barrel-ombak berbentuk terowongan-yang bisa ditemui sepanjang ketika: Hawaii, Haiti, dan Mentawai. Namun, pemerintah daerah seolah-olah nir berdaya di sana. Resor tumbuh menjamur, namun donasi mereka pada ekonomi daerah amat minimal. Mungkin ini adalah bentuk ?Protes? Mereka pada pemerintah wilayah yang nir serius menciptakan prasarana wisata di sana.

Dengan ribuan ?Nirwana yg tersembunyi? Itu, pemerintah seharusnya sanggup menaikkan jumlah wisatawan asing yg datang ke negeri ini. Tahun kemudian, berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik, hanya terdapat 8 juta wisatawan asing yang tiba berkunjung ke Indonesia. Jangankan dibandingkan menggunakan Prancis yg bisa mendatangkan 83 juta turis tahun lalu, jumlah wisatawan asing ke Indonesia masih jauh berdasarkan Malaysia, yang dari United Nations World Tourism Organization kedatangan 25 juta pelancong dalam 2012. Ini menempatkan Malaysia dalam peringkat ke-10 negara dengan jumlah wisatawan asing terbanyak.

Problem utama dari tidak berkembangnya pariwisata di Indonesia adalah ceteknya pencerahan akan potensi yang kita miliki. Pemerintah pusat ataupun daerah masih lebih bahagia menerima uang dengan cara mengeksploitasi sumber daya alam. Mereka lebih suka membabat hutan buat mengambil kayunya, menggali buminya buat mengeduk mineral pada dalamnya, atau menggantikan pepohonan hutan dengan kelapa sawit. Pariwisata dianggap nir terlalu menguntungkan-terutama buat pejabat yg korup. Tidak terdapat resor atau pengelola wisata yang sanggup membayar setoran ke pejabat korup sebesar yg disetor pejabat hutan atau pemilik tambang.

Kesadaran menjaga alam dan membuatkan potensi wisata justru tiba berdasarkan operator wisata. Di Togean, seorang pemilik resor wajib membayar nelayan secara terjadwal agar mereka tidak memburu ikan dengan b*m. Ia berupaya menyadarkan masyarakat mengenai arti krusial keindahan alam di page rumah mereka. Di Hulu Bahau, Kalimantan Utara, seseorang kepala norma besar berhasil menyadarkan warga buat menjaga hutan. Bersama forum seperti WWF, masyarakat pada sana mengembangkan wisata sungai dan rimba.

Pemerintah harus lebih serius memikirkan program-acara buat membungkus potensi ini supaya lebih menarik. Singapura, misalnya, pulau mini yang penuh beton itu mampu menciptakan poly atraksi wisata-meski sebagian akbar artifisial & terlihat lebih indah di iklan-yg bisa menarik 15 juta wisatawan asing. Hampir 2 kali lipat berdasarkan yang ke Indonesia.

Selama ini pemerintah hanya menjual Bali & Bali, atau-kalau mau dikatakan agak berpandangan luas sedikit-bergesernya pun paling-paling hanya ke Yogyakarta & Danau Toba. Padahal loka-loka itu tidak perlu ?Dijual? Lagi dan sebaiknya dibiarkan jalan sendiri. Berapa banyak pendaftar wisata yang memahami, contohnya, bahwa Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau, di pertemuan antara Selat Malaka, Laut Cina Selatan, dan arus surut Sungai Kampar, masih ada ?Bono?, tidal bore yang dirindukan para selancar sungai, dan diakui sebagai yg terbaik di dunia. Tiga.Pernyataan Ulang PendapatIndonesia memang surga sekaligus kisah konkret. Di tangan para pemangku kepentingan terletak tanggung jawab merayakannya.

Berdasarkan isi teks opini/editorial di atas, terdapat beberapa argumentasi penulis. Tentukanlah apakah setuju atau tidak pada pendapat tersebut dengan membubuhkan tanda centang (√) pada kolom (S) jika setuju dan pada kolom (TS) jika tidak setuju.

No.ArgumentasiSTS
1.Keindahan sejumlah tempat terancam oleh eksploitasi alam yang salah dan serakah.-
2.Dengan ribuan “surga yang tersembunyi” itu, pemerintah seharusnya bisa menaikkan jumlah wisatawan asing yang datang ke negeri ini.-
3.Problem utama dari tidak berkembangnya pariwisata di Indonesia adalah ceteknya kesadaran akan potensi yang kita miliki.-
4.Selain membangun infrastruktur-seperti akses ke tempat itu-dan sarana semisal transportasi dan penginapan, pemerintah harus lebih serius memikirkan program-program untuk membungkus potensi ini agar lebih menarik.-
5.Selama ini pemerintah hanya menjual Bali dan Bali, atau-kalau mau dikatakan agak berpandangan luas sedikit-bergesernya pun paling-paling hanya ke Yogyakarta dan Danau Toba. Padahal tempat-tempat itu tidak perlu “dijual” lagi dan sebaiknya dibiarkan jalan sendiri.-

Kemukakanlah pendapat kalian mengenai beberapa pernyataan berikut adalah.

Dengan pariwisata, wilayah mampu menerima penghasilan sekaligus memelihara alam selingkungannya. Apa yang dimaksud dengan pernyataan tadi? Maksudnya merupakan menggunakan pariwisata daerah dapat memperoleh penghasilan berdasarkan pengunjung obyek wisata yg terdapat sekaligus jua memelihara kelestarian sumber daya alam yang sebagai obyek wisata tadi.

Setujukah dengan pernyataan: Resor tumbuh menjamur, tetapi donasi mereka kepada ekonomi daerah amat minimal. Saya setuju lantaran pertumbuhan resort seharusnya bisa menambah pendapatan wilayah. Dengan meningkatnya pendapatan daerah menyebabkan ekonomi wilayah jua semakin tinggi.

Mungkin ini merupakan bentuk ?Protes? Mereka pada pemerintah daerah yg nir serius menciptakan prasarana wisata pada sana. Apa yang dimaksudkan pengarang menggunakan istilah ?Protes? Pada pernyataan ini? Protes pada sini merupakan pernyataan nir putusan bulat terhadap kebijakan pemerintah yang nir menciptakan prasarana wisata.

Judul teks tersebut adalah ?Menjual Sembari Menjaga Nirwana?. Apa yang hendak dijual pada sini? Yang dimaksud dijual pada sini merupakan menunjukkan keindahan obyek wisata pada para wisatawan. Dengan datangnya wisatawan mendatangkan pendapatan darah.

Indonesia adalah surga sekaligus kisah nyata, bukan isapan jempol belaka atau romantisme dari masa lalu. Ada begitu banyak tempat indah yang tersembunyi dan masih belum tersentuh. Sayangnya, tempat-tempat itu belum digarap serius sebagai tujuan wisata. Jangankan membuat program wisata yang kreatif, membangun prasarananya saja kerap tidak dilakukan pemerintah. Dalam paragraf pertama tersebut terdapat kalimat yang dicetak miring yang merupakan kalimat utama paragraf tersebut. Beberapa kalimat utama masing-masing paragraf adalah sebagai berikut.

  1. Dalam beberapa tahun terakhir, bahkan keindahan sejumlah tempat terancam oleh eksploitasi alam yang salah dan serakah.
  2. Di kepulauan Togean, Sulawesi Tengah, ironi itu terpampang nyata.
  3. Di Mentawai, Sumatera Barat, lain lagi yang terjadi.
  4. Dengan ribuan “surga yang tersembunyi” itu, pemerintah seharusnya bisa menaikkan jumlah wisatawan asing yang datang ke negeri ini.
  5. Problem utama dari tidak berkembangnya pariwisata di Indonesia adalah ceteknya kesadaran akan potensi yang kita miliki.
  6. Kesadaran menjaga alam dan mengembangkan potensi wisata justru datang dari operator wisata.
  7. Pemerintah harus lebih serius memikirkan program-program untuk membungkus potensi ini agar lebih menarik.
  8. Selama ini pemerintah hanya menjual Bali dan Bali, atau-kalau mau dikatakan agak berpandangan luas sedikit-bergesernya pun paling-paling hanya ke Yogyakarta dan Danau Toba.

Sebuah teks opini umumnya mengupas tuntas suatu kasus aktual eksklusif menggunakan tujuan memberi memahami, memengaruhi, meyakinkan, atau mampu juga sekadar menghibur pembacanya. Oleh karena itu, bahasa yang dipakai buat mengekspresikan opini tadi harus mengungkapan tujuan. Dalam menyatakan sebuah berita, kata-kata dipilih secara hati-hati buat mengekspresikan perilaku & sudut pandang penulis. Cara penulis teks mengungkapkan tujuannya melalui teks opini/editorial merupakan dengan cara sebagai berikut.

  1. Penulis menjelaskan kejadian-kejadian penting kepada para pembaca. Penulis menerangkan bagaimana suatu kejadian tertentu berlangsung, faktor-faktor apa yang diperhitungkan untuk menghasilkan perubahan dalam kebijakan pemerintah, dengan cara bagaimana kebijakan baru akan mempengaruhi kehidupan sosial dan ekonomi suatu masyarakat.
  2. Untuk memperlihatkan kelanjutan suatu peristiwa penting, penulis teks opini menggambarkan kejadian tersebut dengan latar belakang sejarah, yaitu menghubungkannya dengan sesuatu yang telah terjadi sebelumnya.
  3. Suatu teks opini kadang kadang menyajikan analisis yang melewati batas berbagai peristiwa sekarang dengan tujuan meramalkan sesuatu yang akan terjadi pada masa datang.
  4. Para penulis editorial mempertahankan kata hati masyarakat. Mereka mempertahankan isu-isu moral dan mempertahankan posisi mereka. Merek berkata kepada pembacanya tentang sesuatu yang benar dan salah.

Adverbia

Dalam sebuah teks opini/editorial biasanya digunakan bahasa yang dapat mengekspresikan sikap eksposisi. Agar dapat meyakinkan pembaca, diperlukan ekspresi kepastian, yang bisa dipertegas dengan kata keterangan atau adverbia frekuentatif, seperti selalu, biasanya, sebagian besar waktu, sering, kadang-kadang, jarang, dan lainnya. Adverbia frekuentatif yang ada dalam teks di atas adalah sebagai berikut.

No.KalimatAdverbia Frekunesi
1.Jangankan membuat program wisata yang kreatif, membangun prasarananya saja kerap tidak dilakukan pemerintahkerap
2.Namun, di sana juga berlangsung perusakan alam yang kerap didukung para politikus.kerap

Konjungsi

Konjungsi yang banyak dijumpai pada teks opini adalah konjungsi yang digunakan untuk menata argumentasi, seperti pertama, kedua, berikutnya, dan sebagainya; atau konjungsi yang digunakan untuk memperkuat argumentasi, seperti bahkan, juga, selain itu, lagi pula, sebagai contoh, misalnya, padahal, justru dan lain-lain; atau konjungsi yang menyatakan hubungan sebab akibat, seperti sejak, sebelumnya, dan sebagainya; konjungsi yang menyatakan harapan, seperti agar, supaya, dan sebagainya.

No.KalimatKonjungsiFungsi Konjungsi
1.Kesadaran menjaga alam dan mengembangkan potensi wisata justru datang dari operator wisata.JustruUntuk memperkuat argumentasi
2.Selain membangun infrastruktur dan sarana semisal transportasi dan penginapan, pemerintah harus lebih serius memikirkan program-program untuk membungkus potensi ini agar lebih menarik..AgarUntuk menyatakan harapan
3.Keinginan pemerintah pusat menjadikannya sebagai taman nasional ditentang justru oleh pemerintah daerah.JustruUntuk memperkuat argumentasi
4.Dalam beberapa tahun terakhir, bahkan keindahan sejumlah tempat terancam oleh eksploitasi alam yang salah dan serakah.BahkanUntuk memperkuat argumentasi
5.Mereka datang hanya pada saat kampanye untuk memancing suara, bahkan mempersilakan para nelayan mengeb*m terumbu karang.BahkanUntuk memperkuat argumentasi
5.Namun, di sana juga berlangsung perusakan alam yang kerap didukung para politikus.JugaUntuk memperkuat argumentasi
6.Singapura, misalnya, pulau kecil yang penuh beton itu mampu membuat banyak atraksi wisata-meski sebagian besar artifisial dan terlihat lebih indah di iklan-yang mampu menarik 15 juta wisatawan asing.MisalnyaUntuk memperkuat argumentasi
7.Berapa banyak peminat wisata yang tahu, misalnya, bahwa Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau, di pertemuan antara Selat Malaka, Laut Cina Selatan, dan arus surut Sungai Kampar, terdapat “bono”, tidal bore yang dirindukan para selancar sungai, dan diakui sebagai yang terbaik di dunia.MisalnyaUntuk memperkuat argumentasi
8.Padahal, dengan pariwisata, daerah bisa mendapatkan penghasilan sekaligus memelihara alam selingkungannya.PadahalUntuk memperkuat argumentasi
9.Padahal tempat-tempat itu tidak perlu “dijual” lagi dan sebaiknya dibiarkan jalan sendiri.PadahalUntuk memperkuat argumentasi
10.Di Togean, seorang pemilik resor harus membayar nelayan secara berkala agar mereka tidak memburu ikan dengan b*m.AgarUntuk menyatakan harapan

Verba

Teks opini mencakup penggunaan kata kerja material, relasional, dan mental sekaligus.  Verba (kata kerja) material merupakan verba yang menunjukkan perbuatan fisik atau peristiwa, misalnya mengunyah, membaca, menulis, dan sebagainya.

Verba relasional merupakan verba yang memperlihatkan hubungan intensitas (yang mengandung pengertian A merupakan B), sirkumstansi (yang mengandung pengertian A pada/pada pada B), dan milik (yang mengandung pengertian A memiliki B). Verba yg pertama tergolong ke pada verba relasional identifikatif, sedangkan verba yg kedua dan ketiga tergolong ke pada verba relasional atributif. Pada verba relasional identifikatif masih ada partisipan token (token) atau teridentifikasi (identified) dan nilai (value) atau pengidentifikasi (identifier). Misal: Ayah (token) merupakan (verba relasional identifikasi) pelindung keluarga (nilai). Pada verba relasional atributif terdapat partisipan penyandang (carrier) & sandangan (attribute). Misal: Ayah (penyandang) memiliki (verba relasional atributif) mobil baru (sandangan).

Verba mental, pada umumnya digunakan untuk mengajukan klaim. Verba ini menerangkan persepsi (misalnya: melihat, merasa), afeksi (misalnya: suka, khawatir), dan kognisi (misalnya: berpikir, mengerti). Pada verba mental ini terdapat partisipan pengindera (senser) dan fenomena. Contohnya dalam klausa: Saya mempercayai bahwa..., Menurut saya..., Saya berpendapat.... Contoh lain dalam kalimat: Ayah (pengindera) mendengar (verba mental) kabar itu (fenomena).

No.KalimatVerbaJenis Verba
1.Indonesia adalah surga sekaligus kisah nyata, bukan isapan jempol belaka atau romantisme dari masa lalu.AdalahVerba Relasional

Identifikatif 2.Selain membangun infrastruktur dan sarana semisal transportasi dan penginapan, pemerintah harus lebih serius memikirkan program-program untuk membungkus potensi ini agar lebih menarik..Membangun, MembungkusVerba Material 3.Di kepulauan Togean, Sulawesi Tengah, ironi itu terpampang nyata. Kepulauan itu memiliki pantai-pantai indah, laut yang bening dan tenang, serta ikan berwarna-warni yang menyelinap di antara terumbu karang indahMenyelinapVerba Material 4.Problem utama dari tidak berkembangnya pariwisata di Indonesia adalah ceteknya kesadaran akan potensi yang kita miliki. AdalahVerba Relasional

Identifikatif 5.Mungkin ini merupakan bentuk “protes” mereka kepada pemerintah daerah yang tidak serius membangun prasarana wisata di sana.MerupakanVerba relasional atributif 5.Mereka datang hanya pada saat kampanye untuk memancing suara, bahkan mempersilakan para nelayan mengeb*m terumbu karang.MempersilahkanVerba Material 6.Mereka lebih suka membabat hutan untuk mengambil kayunya, menggali buminya untuk mengeduk mineral di dalamnya, atau menggantikan pepohonan hutan dengan kelapa sawitMembabat, MengedukVerba Material 7.Jangankan membuat program wisata yang kreatif, membangun prasarananya saja kerap tidak dilakukan pemerintah.Membuat, MembangunVerba Material 8.Berapa banyak peminat wisata yang tahu, misalnya, bahwa Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau, di pertemuan antara Selat Malaka, Laut Cina Selatan, dan arus surut Sungai Kampar, terdapat “bono”, tidal bore yang dirindukan para selancar sungai, dan diakui sebagai yang terbaik di dunia.TerdapatVerba Relasional atributif 9.Pemerintah harus lebih serius memikirkan program-program untuk membungkus potensi ini agar lebih menarik.MemikirkanVerba Mental 10.Selama ini pemerintah hanya menjual Bali dan Bali, atau-kalau mau dikatakan agak berpandangan luas sedikit-bergesernya pun paling-paling hanya ke Yogyakarta dan Danau Toba.BerpandanganVerba Mental

Kosakata

Dalam membuat teks opini, seorang penulis wajib kaya akan kosakata agar teks yang dibangun menunjukkan seorang penulis yg berwawasan luas. Di pada teks tadi, terlihat beberapa kosakata yg jarang digunakan pada keseharian. Beberapa kosa istilah baru yang ada pada teks ?Menjual Sembari Menjaga Nirwana? Adalah menjadi berikut.

No.KosakataArti Kosakata
1.terumbuDangkalan di laut (yang tidak terlalu luas), terjadi dari gundukan batuan, seperti gamping atau koral, sering kelihatan apabila air surut
2.cetekTidak mendalam (tentang pengetahuan dan sebagainya)
3.nirwanaTempat kebebasan (kesempurnaan); surga
4.mengedukMengeruk; mengorek; menggali;
5.membabatMenebas; merambah (pohon-pohon, semak belukar, rerumputan, dan sebagainya);
6.resorDaerah kecil; daerah kuasa:
7.artifisialTidak alami, buatan
8.kreatifMemiliki daya cipta; memiliki kemampuan untuk menciptakan; bersifat (mengandung) daya cipta:
9.eksploitasiPengusahaan; pendayagunaan:
10.kontribusiUang iuran (kepada perkumpulan dan sebagainya); sumbangan
11.statistikCatatan angka-angka (bilangan); perangkaan; data yang berupa angka yang dikumpulkan, ditabulasi, digolong-golongkan sehingga dapat memberi informasi yang berarti mengenai suatu masalah atau gejala
12.wisataBepergian bersama-sama (untuk memperluas pengetahuan, bersenang-senang, dan sebagainya); bertamasya;
13.wisatawanOrang yang berwisata; pelancong; turis:
14.pelancongBepergian untuk bersenang-senang; bertamasya; pesiar:
15.potensiKemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan; kekuatan; kesanggupan; daya;
16.infrastrukturPrasarana
17.aksesJalan masuk
18.atraksiSesuatu yang menarik perhatian; daya tarik;
19.selancarOlahraga yang dilakukan di atas air dengan cara berdiri di atas sebilah papan, meluncur sambil melenggok-lenggok seirama dan lajunya ombak;
20.pemangkuPengelola; penyelenggara (pemerintahan dan sebagainya)

No comments:

Post a Comment