Showing posts with label Mahabharata. Show all posts
Showing posts with label Mahabharata. Show all posts

Monday, August 2, 2021

Samba Ngengleng

Di kerajaan Dwarawati, prabu Kresna mendapat kedatangan raja Mandura prabu Baladewa, menghadap pula raden satyaka, da raden Setyaki. Sang raja mengungkapkan dengan prabu Baladewa wacana lolosnya putera mahkota Dwarawati raden Samba, kepada kakandanya ialah prabu Baladewa, dibebankannya buat menemukan dan membawanya pulang ke kerajaan Dwarawati, pada mana kabar mencaritakan raden samba

berada pada gadamadana, & disanggupi. Pula, raja mengutus raden setyaka buat pulang ke praja Madukara, menyerahkan permasalahannya pada raden Janaka. Manakala raja pulang bertemu menggunakan permaisuri Dewi setyaboma, Dewi Jembawati & Dewi rukmini di kraton, masanggrahlah prabu Baladewa pada Kadiapten Dwarawati. Raden Setyaka, raden setyaki & Patih Udawa mempersiapkan keberangkata ke kerajaan Mandura bersama wadyabala.

Di kerajaan trajutrisna, Prabu Bomanarakasura memerintahkan kepada wadyabalanya, buat mencari seekor kijang tutul (berbintik-bintik) sesuai menggunakan permintaan istrinya, Dewi hagnyanawati. Dipertengahan jalan bertemulah wadyabala Trajutrisna dengan wadyabala Dwarawati, terjadilah perselisihan pendapat, dan peerangan. Paara wadyabala Trajutrisna melarikan diri bersembunyi pada hutan, wadyabala Dwarawati meneruskan perjalanannya menuju praja Madukara.

Raden Janaka, menerima kedatangan utusan Sri Kresna, raden setyaka yg menceritakan perihal llosnya raden samba, sri Kresna membebankan tgas, membujuk raden samba agar kembai ke kerajaan Dwarawati, dan disanggupimya.

Kembalilah raden Setyaka, kepada Dewi Subadra & Dewi Srikandi. Raden Janaka mencaeriterakan wacana akan kepergiannya ke pertapaan Gadamadana, kedua-duanya sangat bersuka-cita berangkatlah raden Janaka diringkan oleh kyai Semar, Nalagareng, dan Petruk. Di tengah hutan, bertemu dengan super besar berdasarkan Trajutrisna, & terjadi peperangan, wadya yaksa bisa dikalahkan, raden Janaka melanjutkan perjalanannya.

Di pertapaan Gandamadana, tampak raden Samba bersama raden Gunadewa, ke 2-duanya sedang menyampaikan perihal cara-cara bertapa. Datanglah raden Janaka, menceriterakan maksud kedatangannya.Menangislah raden Samba, memohon bisa dipertemukannya menggunakan Dewi Haghyanawati. Raden Janaka segera memerintahkan pada kyai Semar, Nalagareng dan Petruk buat segera berangkat mengiringkan raden Samba,sebab dengan itulah nanti akan bertemu menggunakan Dewi Hagnyanawati, adapun raden Janaka eksklusif pergi ke kerajaan Dwarawati.

Konon, pada kerajaan Trajutrisna,Dewi Hagnyanawati mengajukan permohonan kepada prabu Boma, untuk dicarikannya kayu yang bernama Dewandaru, & disanggupinya. Pergilah prabu Boma ke Suralaya bersabda kepada hyang Girinata.

Hyang Girinata pada Suralaya bersabda kepada hyang Narada, hendaknya Dewi Wilutama diperintahkan umencari titisannya batara Drema dan batari Dremi, buat selanjutnya diperjodohkan. Turunlah ke bumi Dewi Wilutama, melaksanakan tugas mencari titisannya batara Drema dan batari Dremi.

Raden Samba yg tengah berjalan pada tengah hutan, melihat sasmita ilahi, yg terpampang, pada batu berupa tulisan, yg menyatakan maksud bahwasanya titisannya batara Drema telah masakalanya akan bertemu menggunakan titisannya batari Dremi. Datanglah Dewi Wilutama pada radenSamba, dijelaskan maksud dan keperluannya turun ke bumi, & diuraikan pula, bahwasanya raden Samba merupakan titisannya batara Drema, untuk itu sesuia menggunakan perintah hyang Girinata, akan dipertemukan menggunakan titisannya batari Dremi. Pergilah raden Samba mengikuti Dewi Wilutama ke kerajaan Trajutrisna.

Di taman Trajutrisna, raden Samba bertemu dengan Dewi Hagnyanawati, & kepadanya diajak buat pulang ke kerajaan Dwarawati. Sebelum melaksanakan maksudnya, super besar wanita yang bertugas menunggu taman melihat gerak-gerik raden Samba, yg sangat mencurigakan, segeralah raden Samba dikejar, buat ditangkap. Waspada akan datangnya bahaya. Raden Samba pulang meninggalkan taman Trajutrisna, beserta Dewi Hagnyanawati. Emban Sarwini, raksasa wanita si penjaga taman, merasa gagal usahanya menangkap raden Samba, segera melapor kepada raja.

Di kerajaan Dwarawati, prabu Kresna menerima kedatangan raja Mandura prabu Baladewa, menghadap juga raden Satyaka & Setyaki. Tak usang datanglah raden Janaka. Segera melapor bahwasanya raden Samba berkehendak supaya dipertemukan dengan Dewi Hagnyanawati. Datang pula raden Samba bersama Dewi Hagnyanawati, yang melpor segala hal ihwalnya, prabu Kresna dapat memmahami apa telah diceritakan oleh puteranya raden Samba.

Prabu Pyntadewa raja Amarta, memerintahkan pada adiknya raden Wrekudara dan kemenakannya raden Gatutkaca, buat menyusul kepergian raden Janaka, ke kerajaan Dwarawati, & segera berangkatlah mereka menunaikan tugasnya.

Syahdan, prabu Bomanarakasura yang sedang pada repat kepanasan Suralaya, untuk menerima kayu Dewandaru disusul oleh embannya yang bernama Sarwini, datang melapor bahwasanya prabu Baladewa mengamuk, memecah jembangan air di taman Trajutrisna, sedangkan Dewi Hagnyanawati dilarikan sang raden Samba. Semula prabu Bomanarakarura akan langsung mengejar raden Samba, akan tetapi disarankan kalau sebaiknya para wadyabala super besar saja ditugaskan menuntaskan pengejaran tersebut, kembalilah raja Bomanarasura ke kerajaan Trajutrisna, para wadyabala menunaikan tugas ke martyapada, mengejar raden Samba.

Prabu Bomanarakasura yang sudah balik ke praja Trajutrisna, segera mengetap wadyabalanya, buat segera menyerang praja Dwarawati, sesampainya di praja Dwarawati, para Pandawapun telah bersiap-siap, terlihat antaranya raden arya Wrekudara, raden Samba, & Dewi Hagnyanawati, prabu Baladewa, raden Janaka, & raden Gatutkaca.

Pertempuran terjadi, wadyabala Trajutrisna dapat diundurkan sang raden Arya Wrekudara, raden Janaka dan raden Gatutkaca, Seundurnya para wadyabala raksasa Trajutrisna, sri Kresna mengucapkan syukur, bahwasanya raden Samba sudah pulang dengan selamat, & menetapi sabda ilahi, dipertemukannya titisannya batara Drema & batari Dremi. Seluruh istana dwarawati, turut bersukacita

Friday, July 30, 2021

Pandu Swargo

Pada suatu malam Bima bermimpi bertemu dengan Pandu, ayahnya yg sudah usang berada di alam baka. Bima sangat murung melihat Pandu beserta Madrim, isterinya, tersiksa pada neraka.

Ketika terbangun Bima merenung. Jiwanya bergejolak, menduga para tuhan nir adil, lantaran ketika hidupnya Prabu Pandu sudah banyak pengorbanannya dan berjuang buat kedamaian & ketenteraman dunia.Timbul hasratnya ingin membebas- kan ke 2 orang tuanya dari siksa

neraka.

Niatnya itu kemudian disampaikan kepada Semar, seorang abdi Pandawa dan sekaligus berperan menjadi pamong agung. Semar lalu menyarankan supaya Bima memenuhi Batara Guru pada kahyangan.

Bima lalu masuk ke pada sanggar pemujaan untuk melakukan samadi. Beberapa usang lalu sukma Bima sudah dapat keluar & melesat berdasarkan raganya & segera menuju kahyangan. Bima langsung menghadap Batara Pengajar.

"Bima. Ketahuilah bahwa meskipun Pandu ayahmu itu telah banyak jasanya pada menjaga ketenteraman dunia ini, tetapi pula ada dosanya yang cukup akbar. Pandu pernah membunuh kijang yang sedang berkasih-kasihan dengan betinanya.

Sedangkan yg sebenarnya fauna kijang itu merupakan penjelmaan berdasarkan seseorang brahmana sakti yg bernama Kimindama. Dan ayahmu kena kutuk menurut sang brahmana tadi, yg kutukannya kelak akan disiksa dalam neraka." Demikian kabar berdasarkan Batara Guru kepada sang Bima.

"Sudah relatif lama ayahku Pandu & mak Madrim tersiksa pada pada neraka yg panas membara. Kukira semua ini sudah seimbang antara penderitaannya menggunakan dosa yg diperbuatnya semasa hidupnya.

Sekarang aku minta ayah & bunda Madrim buat segera dibebaskan berdasarkan siksa neraka & dinaikkan ke loka yang terhormat yaitu sorga." Jawab Bima tegas.

"Tetapi bukan itu saja dosa ayahmu. Pandu itu semasa hidupnya jua pernah meminjam Lembu Andini. Lembu itu bukannya dihormati sebagai hewan suci berdasarkan kahyangan akan tetapi malah kebalikannya bahkan ditungganginya buat bersenang-bahagia berbulan madu berdua bersama menggunakan Madrim kekasihnya.

"Ya, dosa itupun telah ditebus dengan penderitaan yg maha berat di pada siksa neraka yg sangat panas.

Jadi perkenankan ayah & ibu Madrim mengakhiri segala derita yang ia jalani itu dan segera diangkat ke alam swargaloka." Seru Bima.

"Baiklah, akan namun hanya kau menjadi anaknya yang berbakti yg bisa mengangkat ke 2 orang tuamu menurut neraka."

Bima kemudian pulang ke kaldera Candradimuka. Lumpur barah pada alam kaldera bergolak dengan dahsyatnya, seolah-olah akan menelan apa saja yg masuk ke dalamnya. Tampak pada dalam kaldera Pandu & Madrim mengalami siksaan yg maha berat yg nir sementara waktu bahkan berbulan-bulan selama berbulan-bulan.

Hancur luluh hati perasaan hati Bima menyaksikan derita ke 2 orang tuanya yang dicintainya itu tersiksa.

Dan pada saat itu juga berkobar tekadnya buat dapat membebaskan keduanya dengan segala cara.

Tanpa ragu-ragu lagi Bima melompat ke dalam kaldera Candradimuka yg panas & bergejolak itu.

Keajaibanpun segera terjadi. Begitu Bima mencebur ke pada kawah, kobaran api kaldera itu seketika menjadi reda dan usang kelamaan padam sama sekali, hilang panasnya sama sekali. Kawah Candradimuka berubah sejuk.

Pandu dan Madrim waktu melihat anaknya Bima, menghampirinya segera dipeluknya dengan penuh kerinduan.

Dan dalam ketika itu jua para bidadari segera berdatangan menjemput Pandu & Madrim. Keduanya lalu dibimbing keluar berdasarkan kaldera Candradimuka & diiringkan menuju swargaloka.

Tidak terlukiskan betapa sukacitanya rasa hati Bima menyaksikan insiden itu. Perjuangannya membebaskan penderitaan kedua orang tuanya berhasil sudah.

Dengan rasa lega & puas Bima kemudian kembali ke kerajaan dan eksklusif menuju sanggar pemujaan. Sukmanya telah menyatu & balik dengan raganya.

Bima kemudian masuk ke istana Amarta, menemui Kunti, ibu kandungnya beserta saudara-saudara Pandawa lainnya. Segala pengalamannya kemudian diceritakan kepada mereka.

Semuanya mendengarkan kisah Bima dengan penuh ketegangan dan disertai kekaguman yg luar biasa atas perjuangan Bima.

Di kerajaan Amarta para Pandawa lalu menyelenggarakan upacara kudus, berdoa beserta & bersyukur atas karunia Sang Maha Pencipta.

Mereka memuji ketabahan Bima pada memperjuangkan nasib ke 2 orang tuanya sebagai akibatnya terbebas menurut derita neraka.

Sejak itu para Pandawa semakin merasakan kedamaian & ketentraman. Tugas dan kewajibannya menjadi satria buat melindungi dunia berdasarkan musuh-musuh yg angkara marah semakin dipergiat.

Demi kesejahteraan umat insan & ketentraman jagad raya.

Diambil berdasarkan : http://maswahyu.Blogspot.Com/2003/11/pandu-swarga.Html

Wednesday, July 28, 2021

Ken Sagopi / Sagupi

KEN SAGOPI / SAGUPI yang waktu mudanya bernama Yasuda, adalah seorang swarawati keraton Mandura. Selain suaranya sangat merdu. Ia berwajah cantik dan merakati/menarik hati. Sikap dan polahnya serba luwes, sabar dan memiliki tabiat senang menyenangkan hati orang lain.

Dengan hati lapang dada, Ken Sagupi mendapat keputusan Prabu Basudewa buat dinikahkan menggunakan Antagopa, perjaka tua yg nir sanggup punya keturunan, anak Buyut Gupala pemelihara kebuyutan Widarakanda/Widarakandang. Secara tidak resmi, Ken Sagupi diperistri sang 3 orang satria Mandura, yaitu abang beradik, Arya Basudewa, Arya prabu Rukma dan Arya Ugrasena. Dari hubungan suami-isteri itu, Ken Sagupi memperoleh empat orang putra. Dengan Arya Basudewa ia berputra Arya Udawa, menggunakan Arya Prabu Rukma berputra Dewi Rarasati/larasati, sedang dengan Arya Ugrasena, Ken Sagupi berputra 2 orang, Arya Pragota dan Arya Adimanggala.

Selain pandai mengurus dan mengatur rumah tangga, Ken Sagupi jua pandai mengasuh & mendidik anak. Lantaran itu ia dianggap mengasuh Kakrasana, Narayana & Dewi Sumbadra, putra-putri Prabu Basudewa dengan permaisuri Dewi Mahendra & Dewi Badrahini.

Ken Sagupi hayati senang hingga hari tua. Ia disayang dan sangat dihormati sang putra-putri asuhnya yang semuanya sebagai orang-orang terhormat.

 Putra-putrinya sebagai orang terhormat, kemudian dari anda terhormatkah Ken Sagopi ini???

Tuesday, July 27, 2021

Gandamana Luweng

Dikisahkan Dewi Gandari & Suman berencana menggunakan segala cara buat mensukseskan Kurawa menguasai Astina. Singkat cerita datanglah satu kesempatan itu.

Pada suatu hari datanglah utusan Prabu Tremboko (Raja Pringgondani) dan diterima sang Suman. Maksud kedatangan utusan Prabu Tremboko itu buat mengungkapkan surat persahabatan buat Pandu, karena hany mampu bertemu menggunakan Suman dititipkanlah surat itu kepada Suman buat kemudian diberikan kepada prabu Pandudewanata.

Suman menghaturkan surat Prabu Tremboko pada Pandu, akan tetapi isinya sudah diubah bahwa Prabu Tremboko menantang perang Astina. Pandu tak gegabah menyikapinya, diutuslah Patih Gandamana buat membawa misi hening ke negara Pringgondani

Saat Patih Gandamana berangkat, Suman membisu-diam mengerahkan Kurawa lebih dahulu ke Pringgondani & mengirim surat balasan tantangan perang kepada Prabu Tremboko. Patih Gandamana nir menerka sudah terjadi penyerangan ke Pringgondani sang Kurawa yang digerakkan sang Suman. Akhirnya Gandamana diserang sang pasukan Pringgondani dari depan & pasukan Kurawa menurut belakang. Gandamana tidak melakukan perlawanan.

Hingga akhirnya menggunakan gampang dijebak dimasukkan ke pada luweng (lubang tanah yg pada). Kemudian Suman memerintahkan Duryudana buat menimbun Gandamana.

Melihat Gandamana tidak melawan maka Raja Tremboko lalu menolong Gandamana dan meminta penjelasan mengenai apa yg sebenarnya terjadi. Prabu Tremboko kemudian menyerahkan surat palsu Pandudewanata yg dibentuk Suman pada Gandamana menjadi bukti. Di kesempatan lain, Suman sudah kembali ke Astina, melaporkan bahwa Gandamana telah gugur dikeroyok oleh pasukan Pringgondani. Akhirnya Suman diangkat menjadi patih oleh Pandudewanata. Sebuah kebijakan yg terburu-buru.

Gandamana pulang ke Astina, namun pada tengah jalan ditemui sang Widura. Diberikan penjelasan bahwa Suman melaporkan Gandamana sudah gugur & sekarang Suman diangkat sebagai patih. Akhirnya Gandamana menghajar Suman sampai babak belur. Jadilah tubuh hancur tersebut menjadi Sengkuni Sengkuni melaporkan peristiwa ini kepada kakaknya, Dewi Gandari. Prabu Pandudewanata marah melihat perlakuan Gandamana. Merasa keberadaan Pandu sebagai Raja diabaikan sang Gandamana. Akhirnya Gandamana mendapat marah Pandu, lalu diminta pulang ke kerajaan Pancalaradya. Widura melapor kepada Pandu apa yg sebenarnya terjadi. Surat palsu Suman/Sengkuni pada Prabu Tremboko dibaca sang Pandudewanata. Prabu Pandu menyesal sudah terburu-buru memecat Gandamana.

Sunday, July 18, 2021

Sumong

Lakon Sumong ini mengisahkan tentang para Pandawa hilang dari Kerajaan Amarta, sedangkan kerajaan itu diduduki oleh Rahwana (Dasayitna) yakni Rahwana menjadi Yudistira. Kumbakarna menjadi Bima, Indrajit berdiam di Madukara menjadi Arjuna bersama anaknya Siti Sundari dan Angkawijaya. Arjuna palsu jatuh cinta kepada menantunya dan Abimanyu diminta mencari bunga Sumarsana Wilis.

Sementara pada Sulendrapura Prabu Dewa Lengkar, Patih Teja Lengkara dan Darmalengkara serta Begawan Sumong menerima Angkawijaya dan Siti Sundari dan diangkat sebagai anak angkat menggunakan nama Dewakusuma dan Sumarsana Wilis. Dewakusuma diminta membunuh Arjuna di Kasatrian Madukara, sedangkan Prabu Kresna datang di Pertapaan Imamaya bertemu Begawan Dewakusuma & Lintang Trenggana, Jika, dan Bilawa yang sepakat menuju Kerajaan Amarta.

Peperangan terjadi Dewakusuma menggunakan Arjuna palsu & berubah sebagai Indrajit , Yudistira palsu menjadi Rahwana. Bima palsu sebagai Kumbakarna, Anoman tiba & mengusir Dasayitma.

Sagotra Dan Rara Winihan

Dikisahkan bepergian Kunthi & Pandhawa sampailah di sebuah desa yang sangat fertile tanahnya. Tetapi terdapat keganjilan yg dirasakan. Banyaknya rumah kosong tanpa berpenghuni menimbulkan dugaan ada hal yg tidak be...Res pada desa tadi. Kunthi & anak-anaknya beristirhat di galat satu rumah akbar yang tidak terurus. Rumput liar pada laman depan dan samping tempat tinggal mulai tumbuh lebat. Herjuna mengelilingi rumah tersebut, siapa tahu ada orang yang mampu ditanya ihwal desa tersebut. Tetapi nir terdapat satu pun orang yang nampak disekitar tempat tinggal . Sadewa & Nakula merengek minta makan. Kunthi kebingungan. Disuruhnya Bimasena dan Harjuna mencari makan pada dusun sebelah yg berpenghuni.

Sepeninggal Bima & Harjuna dari tempat itu, Kunthi memasang telinganya. Alisnya berkerut, menandakan ada sesuatu yg didengarnya.

?Puntadewa ke sinilah, rupanya ada orang di dalam tempat tinggal ini. Coba dengarlah baik-baik. Tidak salahkah pendengaranku bahwa ada beberapa orang sedang berbicara?

Puntadewa mengangguk, menggiyakan indera pendengaran sang bunda Kunthi, bahwasanya di rumah yg tidak terurus ini masih ada penghuninya.

Siapakah mereka & apa yang mereka bicarakan? Kunthi dan Puntadewa memasang pendengaran di dinding bambu yang membujur ke belakang rumah.

Bima, telah jauh meninggalkan tempat di mana Kunthi, Puntadewa dan kembar berada, namun belum juga menjumpai seseorang yg bisa dimintai makan buat kembar adiknya

Sementara itu sudah beratus langkah Harjuna berjalan belum terdapat orang yg dijumpai. Harjuna semakin heran. Apabila ada perang yg mengakibatkan orang di desa ini mengungsi ke luar desa, nyatanya tidak ada tanda-tanda kerusakan akibat perang. Lalu apa yang mengakibatkan desa ini seperti tewas? Belum lagi Harjuna memikirkan hal lain, tiba-datang dia melihat seorang wanita muda yang sedang mencari air di sendang.

Harjuna sedikit lega, karena dalam akhirnya dia mendapatkan seorang di dusun yg sebelumnya dipercaya tak berpenghuni. Dengan perasaan nir sabar, Harjuna menunggu perempuan yg sedang merogoh air, & lalu mengikutinya berdasarkan belakang. Mengetahui bahwa langkahnya diikuti seorang pria yg belum dikenal, perempuan yang membawa kelenting dipinggangnya tadi meningkatkan kecepatan langkahnya. Bagi Harjuna hal tadi justru kebetulan, semakin cepat hingga di rumah akan semakin baik, lantaran dengan demikian, mudah-mudahan ada makanan pada rumahnya dan sebagian boleh diminta buat menolong saudara termuda kembarnya yang kelaparan.

Setengah berlari wanita yang berwajah manis tadi menuju pada sebuah tempat tinggal yg cukup besar , halamannya luas dan tertata rapi. Sesampainya pada depan tempat tinggal , dengan tergesa, wanita tersebut membuka pintu yang tidak dikunci, sehabis meletakkan kelenthing penuh air pada atas amben kayu, wanita tersebut segera memeluk lelaki usia 3 puluhan yang berdiri dibalik pintu.

Rumah akbar tersebut merupakan Rumah Ki Sagotra, Lurah Desa Sendangkandayakan atau lebih seringkali diklaim desa Kabayakan. Ki Lurah Sagotra masih terhitung pengantin baru, lantaran belum ada satu tahun dia menikah dengan wanita belia berparas manis yg bernama Endang Sumekti atau Rara Winihan. Tetapi sejak menjadi isteri Sagotra, Rara Winihan belum mau memadu asmara. Sagotra pantas prihatin dan bersedih atas perilaku isterinya. Tetapi karena cintanya yang begitu akbar pada Rara Winihan, Sagotra selalu bersabar dalam kesetiaan.

Maka benar-benar mengejutkan dan mengherankan waktu datang-datang saja, pergi berdasarkan mencari air, isterinya mendekap erat-erat & menyembunyikan wajahnya yang manis kedalam dada Ki Sagotra. Tidak bisa dibayangkan betapa bahagianya perasaan Ki Sagotra pada ketika itu. Karena selama ini, jangankan saling berpelukan, didekati saja isterinya selalu menghindar.

?Kakang tolonglah!, saya takut, saya dikejar-kejar seorang lelaki.?

Wanita muda berparas manis tadi menempelkan wajahnya pada dada laki-laki yang adalah suaminya. Jantungnya berdetak cepat karena ketakutan. Mendapat pengaduan berdasarkan isterinya, Ki Sagotra seakan-akan menampakkan kemarahan terhadap lelaki yang sudah berani mengganggu isterinya. Tetapi sesunguhnya dilubuk hatinya yang paling pada Ki Sagotra justru berterimakasih pada lelaki yg sudah mengganggunta. Pasalnya gara-gara lelaki tadi, isterinya mau memeluk dirinya buat meminta perlindungan.

Dhuh Gusti, beginilah rasanya dipeluk isterinya, dijadikan loka untuk mengadu dan dijadikan tumpuan proteksi sang isterinya. Isterinya yg selama ini tidak menghirauakan dirinya. Ki Sagotra memang ingin menemui lelaki yang telah berani membuntuti isterinya, namun nir buat memarahinya, melainkan justru ingin mengucapkan terimakasih. Karena secara nir pribadi lelaki tersebut sudah membantu menyadarkan isterinya untuk menempatkan suaminya menjadi mana seharusnya.

Ki Sagotra mengelus rambut Rara Winihan dengan penuh cinta, sembari menenangkan hatinya, buat kemudian keluar menuju ke laman tempat tinggal . Baru beberapa langkah meninggalkan pintu rumahnya, Ki Sagotra terkejut, lelaki yg mengganggu isterinya telah berdiri di laman. Wajahnya amat ganteng , walaupun menggunakan sandang sederhana, kulitnya bersih & bersinar. Seperti ada yang memerintahkan Ki Sagotra untuk menunduk hormat kepada lelaki tadi. Dengan perilaku bak seorang abdi pada tuannya. Ki Sagotra bertanya mengenai nama, dari muasal & keperluannya lelaki asing tersebut datang pada Desa Kabayakan.

?Namaku Harjuna, anak Prabu Pandudewanata yg angka tiga, saya tiba nir buat mengganggu rumah tangga kalian, tetapi saya ingin memohon belaskasihan buat mendapatkan 2 bungkus nasi bagi saudara termuda kembarku yang kelaparan .

?Adhuh Raden, maafkan saya Lurah Sagotra dan isteriku Rara Winihan ini atas segala tindakan yang nir pantas kami lakukan terhadap salah satu pewaris tahta Hastinapura.?

Ki Lurah Sagotra yg lalu diikuti sang Rara Winihan berjongkok dan menyembah Harjuna.

?Ki lurah Sagotra & Rara Winihan jangan hiperbola memperlakukan aku , saya nir membutuhkan perlakuan seperti itu, dua kemasan nasi bagiku sangat berarti buat menolong saudara kembarku yg menangis kelaparan. Apakah kalian tidak keberatan menaruh 2 bungkus nasi kini jua??

?Jangankan hanya dua kemasan nasi, segerobakpun akan kami haturkan sebagai pertanda bulu bekti kawula kepada raja.?

?Ki Sagotra, buat ad interim ini aku hanya membutuhkan dua bungkus nasi?

Ki Sagotra & Rara Winihan segera menghaturkan 2 kemasan nasi pada Harjuna. Sebelum meninggalkan Ki Lurah Sagotra dan Rara Winihan, Harjuna berpesan bahwa sikap bakti antara kawula kepada rajanya nir mengutamakan hasil bumi yg berupa kuliner, melainkan hatilah yang diutamakan. Demikian pula seseorang raja hendaknya juga berbakti pada kawula denga hatinya. Artinya dengan semua akal budinya buat menyejahterakan rakyatnya. Apabila hati yg diutamakan niscaya, kesejahteraan yang berupa makanan & hasil bmi bakal melimpah ruah.

?Jika demikian Raden, pada saatnya saya akan mengorbankan seluruh jiwa ragaku termasuk hatiku demi kejayaan junjungan kami, pewaris tahta Hastinapura yg sah.

?Terimakasih Sagotra, aku mohon pamit.?

Ki Sagotra & Rara Winihan tidak pernah berkedhip memandangi Harjuna meninggalkan laman tempat tinggal . Ketika Harjuna nir kelihatan lagi, ke 2 pasang mata tadi saling bertatap. Ada getar menyentuh kalbu. Oh betapa menjejukkan pandangan matamu kakang. Istilah Winihan pada hati. Demikian jua Ki Lurah Sagotra pun merasa sesuatu yang istimewa. Mengapa nir dari dahulu bola matamu kau abaikan telanjang dihadapanku? Keduanya menatap semakin dekat. Dan lalu rara Winihan menempelkan badannya yg lunak & hangat ke dalam pelukan Ki Lurah Sagotra. Keduanya berpelukan sangat erat, takut buat berpisah. Mereka disadarkan, bahwa selama ini mereka sudah menyia-nyiakan cinta yang dianugerahkan.

?Kakang saya mencintaimu?

?Winihan?

Cukup hanya menyebut namanya saja, sehabis itu Sagotra tak kuasa meneruskan kata-ucapnya. Kebahagiaannya melebihi estetika kata-kata. Pelukan isterinya yang pasrah, membuat Lurah belia itu terharu. Terharu lantaran dirinya mulai dipercaya sang isterinya buat sebagai pelindung keluarga yang menentramkan.

Senja mulai merambat malam. Bulan separo lepas telah menggelantung di langit buat menemani bintang-bintang yg bertaburan menghias langit. Lampu-lampu minyak & lentera mulai dinyalakan. Baik di dalam tempat tinggal juga di sudut halaman, untuk menyisihkan pekatnya malam.

Di tempat tinggal induk bagian tengah sebelah kanan, terdapat kamar yang disebutnya menggunakan kamar pengantin. Tetapi sejak diset pertama kali yaitu pada waktu Sagotra & Winihan diresmikan menjadi suami isteri sampai sekarang kamar tersebut belum pernah dipakai. Tetapi walaupun begitu, kamar tadi selalu harum semerbak, rapi & bersih. Jika bunga yg ada mulai layu, akan segera diganti dengan yg baru. Setiap hari Sagotra memasuki kamar tersebut dengan tujuan buat sebuah asa. Harapan yg selalu dihidupi & diperbaharui setiap hari. Harapan sebuah kepastian, bahwa dalam saatnya nanti ia dan isterinya bisa mengfungsikan kamar pengantin tadi sebagai mana mestinya.

Malam itu, hari yang ke 369 semenjak pernikahannya, Sagotra & Winihan beriringan memasuki kamar pengantin. Ada indikasi-tanda bahwa harapan Sagotra akan segera terwujud. Harapan buat mengfungsikan kamar pengantin benar-benar sebagai kamar pengantin. Setelah keduanya memasuki kamar, sementara waktu kemudian bunyi pintu berderit lembut, & kamarpun tertutup rapi. Tidak ada lagi sarana yg bisa mendeskripsikan betapa nikmat dan mulianya malam itu. Malam pertama bagi pasangan Sagotra dan winihan.Pada kamar pengantin yg telah diset lebih berdasarkan setahun kemudian. Dan kidung malam pun menggema pada dasar sanubari kedua insan yg sedang memadu kasih.

Bagaikan anak kidang

haus akan telaga.

Entah berapa waktu bisa bertahan

jika tidak menerima

seteguk pelepas dahaga

beruntunglah ketika kekeringan

belum benar-benar kemarau

air mata masih menetes

& cinta pun masih tersisa

langit bermurah hati

mengguyur segar lingga & yoni

dewa & dewi kesuburan berdendang senang

membaca mantra asmara

dhuh Gusti ?

Nikmat-Mu adalah tak pernah mati

mengabadikan

nikmat kami

malam ini

malam pertama

?Rara Winihan, apa yang engkau inginkan?

?Anak laki-laki yang gagah dan sakti Kakang?

?Mengapa tidak menginginkan anak perempuan yg cantik?

?Siapakah nanti yg akan melindungi??

?Tentu saja aku ?

?Sungguh Kakang? Apabila yang mengancam Prabu Dwaka??

?E .. E? E?.

Mendengar nama Prabu Dwaka atau lebih tak jarang diklaim Prabu Baka, Ki Lurah desa Sagotra tersebut mendadak kelu pengecap. Keringat dingin membasahi sekujur tubuhnya. Badannya sebagai semakin dingin ketika angin pagi yg membawa embun mulai membasahi genteng & dinding rumah lurah desa Kabayakan. Sagotra menyesali, kenaapa dalam saat-waktu yg sangat membahagiakan ini datang-datang saja pembicaraan mereka meski sampai pada nama Prabu Baka? Tidak saja bagi Sagotra, nama Prabu Baka adalah nama yg mampu membuat poly orang ketakutan. Terutama bagi warga di semua wilyah negara Ekacakra, termasuk desa Kabayakan.

Prabu Dwaka atau Baka merupakan raja yg berkuasa di negara Manahilan atau Ekacakra. Ia bertulang akbar, berkekuatan seribu gajah & saktimandraguna. Namun sayang kedahsyatannya sang raja nir diperuntukan buat mengayomi kawula, tetapi justru untuk menancapkan sifat arogansi yg nir manusiawi demi untuk memuaskan nafsu pribadinya. Perlu diketahui bahwa Prabu Baka memiliki norma yg mengerikan & sekaligus menjijikkan. Yaitu, setiap bulan tua dia meminta disediakan satu orang manusia buat disantap. Kebiasaan itulah yang telah menebar rasa takut dan kengerian yg berlebihan bagi setiap rakyatnya. Namun lantaran dia raja yg berkuasa, kuat dan sakti, tidak terdapat yang berani menentangnya, termasuk jua Ki Lurah Sagotra.

Ketidak beranian Lurah Sagotra untuk melindungi warganya itulah yg menyebabkan Rara Winihan dan rakyat Desa Kabayakan kecewa. Padahal sebelum Sagotra dipilih menjadi Lurah, beliau dengan lantang berjanji akan melindungi dan membela warganya menurut aneka macam ancaman bahaya, baik berdasarkan dalam juga dari luar negara.

Tetapi selesainya dipilih dan diangkat sang penduduk sebagai lurah desa Kabayakan, Sagotra tidak menepati janji. Lurah Muda tersebut nir berani melindungi galat satu warganya yg diambil paksa oleh utusan Prabu Baka buat dijadikan korban. Yang lebih memukul warga kabayakan adalah bahwa pengambilan paksa tadi dilakukan pada waktu warga Desa Kabayakan sedang punya gawe, yaitu malam midodareni perkawinannya Lurah Muda Sagotra dengan Rara Winihan. Atas kejadian tersebut, rakyat Desa Kabayakan sangat kecewa menggunakan sikap Lurah Sagotra yg membiarkan keliru satu warganya ditangkap diikat & dimasukan ke dalam gerobag, buat lalu dibawa ke Ekacakra..

Sepeninggal utusan Prabu Baka, desa Kabayakan berkabung Rangkaian Upacara Perkawinan pada rumah Rara Winihan permanen berlangsung, tetapi nir ada suka cita di sana.. Rara Winihan yang mejadi pusat dan pelaku primer upacara perkawinan justru menunjukan paras yang gelap & sedih. Dibanding Sagotra, Rara Winihan lebih dapat mencicipi jeritan ketakutan warga Kabayakan. Ia sangat kecewa memiliki seorang Lurah yg nir bisa dijadikan pelinndung warganya. Apalagi Lurah tersebut sementara waktu lagi akan sebagai suaminya. Lalu bagaimana jika nantinya dirinya yang terancam? Apakah ia berani melindungi? Aku nir mau memiliki seorang suami penakut, nir berani melindungi isterinya & nir peduli dengan rakyatnya.

Oleh lantaran kekecewaan Rara Winihan atas diri Lurah Sagotra, dia berjanji pada hati, nir mau menjadi isteri Sagotra bila Sagotra tidak dapat membuktikan bahwa beliau merupakan pelindung bagi isterinya dan rakyatnya. Walaupun waktu itu, Rara Winihan permanen diresmikan menjadi Isteri Sagotra, lebih dari setahun beliau tidak mau melayani Sagotra menjadi suami. Beruntunglah dalam hari ke 369 sejak dia menikah dan semenjak peristiwa pada Kabayakan, pertolongan datang. Ada sebuah insiden yg mengakibatkan Sagotra berperan sebagai pelindung atas Rara Winihan yang ketakutan dibuntuti Harjuna. Dan buahnya adalah: Malam Pertama.

(Herjaka HS)

Thursday, July 15, 2021

Senawangi

Lakon ini menceritakan Bima yang menghilang menurut kesatrian Jodipati, sebagai akibatnya membuat prihatin & susahnya Gatotkaca, Antareja, & Wisanggeni.

Tiba-tiba datangnya Dorawicara di Pringgadani, yg mengenalkan jimat Kantong wasiat, yang dapat digunakan untuk melihat bepergian hidup manusia. Gatotkaca ingin mengetahui nasib Bima lewat Kantong wasiat, namun ditipu oleh Dorawicara dan Gatotkaca dibawa pulang ke hutan Pringgabaya buat dibunuh. Antareja & Wisanggeni segera mengejarnya namun tidak berhasil, karena dihalang-halangi para Kurawa.

Sementara itu Abimanyu disertai panakawan menghadap Abiyasa dan menanyakan hilangnya Bima, & Abiyasa memerintahkan untuk pulang ke hutan Pringgabaya.

Pada saat yg sama, Dewi Pregiwa mendapat Gatotkaca palsu yg merayu, tetapi ditolak & Pregiwa lari. Di perjalanan ia bertemu Angkawijaya sehingga terjadi peperangan menggunakan Gatotkaca palsu, sebagai akibatnya Gatotkaca palsu lari.

Puntadewa & Prabu Kresna tidak sabar menunggu Abimanyu yg diutus ke Sapta Arga, maka ke 2 raja itu pulang mencari Bima. Di Pringgabaya bertemu menggunakan Pendeta Senawangi. Demikian jua Abimanyu jua datang pada pertapaan. Sementara Begawan Dorawicara akan membunuh Gatotkaca, tiba-tiba Anoman menolongnya, sebagai akibatnya Gatotkaca terhindar menurut maut.

Di Pringgadani, Dorawicara bertemu Gatotkaca palsu yang memberitakan kegagalannya, datang-datang Gatotkaca orisinil datang bertemu Begawan Senawangi, peperangan terjadi Senawangi berubah Bima, Gatotkaca palsu sebagai Lesmana Mandrakumara, & Dorawicara berubah Durga & kembali ke Setragandamayit.

Wednesday, July 14, 2021

Semar Boyong

Kerajaan Pancawati terserang wabah penyakit lantaran ditinggalkan Semar. Demikian juga Astina & Indraprasta dapat selamat berdasarkan merabahnya jika diikuti sang Semar. Lantaran itu Sri Rama raja Pancawati mengutus Lesmana, Puntadewa raja Indraprasta mengutus Arjuna, dan Duryudana raja Astina mengutus Karna, buat memboyong Semar.

Semar bersedia diboyong ke mana pun, asalkan mereka dapat mewujudkan berupa bunga pandan Tunjungbiru. Leskaman & Arjuna segera menuju kahyangan buat mencari permintaan Semar. Lantaran yg datang lebih awal adalah Lesmana, maka bunga pandan diberikan pada Lersmana, sehingga sebagai perebutan antara Arjuna dan Lesmana. Lesmana mendapatkan bunganya, sedangkan Arjuna hanya menerima kulitnya, kemudian diberikan pada Semar.

Bunga dan kulit disambungkan sang Semar, berubah ujud menjadi Betari Kanastren, istri Semar. Kanastren membawa mandat dewata agung, bahwa telah datang saatnya Semar untuk mengikuti Pandawa. Mendengar ucapan Kanastren, Arjuna segera mengajak Semar ke Indraprasta. Hal tersebut dilaporkan Lesmana pada Sri Rama.

Sri Rama lalu memberangkatkan pasukan keranya buat menyerang Indraprasta, sekalian mencari loka penjelmaan kelak.

Tuesday, February 16, 2021

Arimbi kembali ke Pringgandani

Kala Bendana bergirang hati menyambut kedatangan Arimbi kakaknya

yg telah sebagai anggun jelita

Arimbi dan Bima meninggalkan hutan Kamiyaka menuju Negara Pringgandani. Arimbi yang telah bermetamorfosis menjadi seorang putri anggun tinggi perkasa merupakan seseorang putri raja yg bakal menggantikan Arimba kakaknya menjadi raja di Pringgandani. Maka tidak mengherankan bila Arimbi memiliki berbagai ilmu taraf tinggi, galat satunya merupakan ilmu meringankan tubuh. Sehingga ia sanggup terbang tanpa menggunakan sayap. Demikian pula Bima pasangannya walaupun badannya akbar perkasa, dia mempunyai ilmu Angkusprana yang bisa menghimpun kekuatan angin dari Sembilan saudara tunggal bayu termasuk dirinya, yaitu: Dewa Bayu, Dewa Ruci, Anoman, Wil Jajagwreka, Gajah Situbanda, Naga Kuwara, Garuda Mahambira, dan Begawan Mainaka. Sembilan kekuatan angin tersebut membuat Bima dapat melompat sangat jauh misalnya terbang. Sehingga dua sejoli itu laksana 2 burung garuda perkasa terbang membelah langit biru.

Sekejap lalu mereka sudah menginjakan kakinya di Negara Pringgandani. Arimbi mengamati suasana Kraton Pringgandani loka dia lahir dan dibesarkan. Suasana duka atas meninggalnya Prabu Arimba masih nampak dalam pemasangan bendera, umbul-umbul dan rontek. Arimbi merasa berdosa, lantaran gara-gara dialah Prabu Arimba gugur di tangan Bima. Selagi merenung pada kesedihan, Prajurit jaga menghentikan langkah Arimbi dan Bima pada pintu gerbang utama bagian luar kraton. Arimbi menjelaskan bahwa beliau adalah Arimbi raseksi yg sudah sebagai putri berkat pertolongan Kunthi ibu Bima. Oleh karena itu Arimbi minta jalan mau masuk kraton menemui adik-adiknya. Namun penerangan Arimbi tidak dengan serta merta dianggap oleh prajurit jaga. Karena dari anggaran bagi orang asing yg ingin memasuki wilayah inti kraton wajib tinggal beberapa ketika di bilik panganti buat diperiksa oleh beberapa petugas yang ada. Tetapi Arimbi tidak mau melakukannya. Bahkan Arimbi sebagai jengkel atas sikap para perajurit jaga yg telah nir mengenalnya lagi & besikeras menahannya.

Sebagai salah satu pewaris tahta Pringgandani, perlakuan prajurit jaga sungguh menyakitkan. Arimbi dan Bima dipaksa memasuki bilik panganti buat diperiksa misalnya yg diberlakukan bagi orang asing.

Kesabaran Arimbi nir tersisa lagi. Prajurit jaga yg berlaku kasar terhadap dirinya dilumpuhkan dalam sekejap. Melihat rekannya tersungkur tidak berdaya prajurit jaga yg lain mengepung Arimbi. Belum sempat mereka berkecimpung, Arimbi mendahului menyerang mereka. Satu gebrakan sudah relatif bagi Arimbi buat melumpuhkan beberapa prajurit jaga sekaligus. Melihat beberapa rekannya jatuh tidak berdaya panglima jaga memerintahkan buat menutup pintu gerbang dan salah satu prajurit diperintahkan melapor pada Brajadenta, salah satu saudara termuda Arimbi. Sementara itu Panglima jaga mempersiapkan prajuritnya yang masih tersisa buat sebagai palang terakhir yang menghalangi Arimbi dan Bima masuk gerbang utama.

Arimbi menoleh kepada Bima, buat memohon persetujuan kepada kekasihnya bagaimana usahakan yang dilakukan buat menghadapi prajurit jaga yang telah siaga penuh. Bima menggelengkan kepala pertanda tidak menyetujui Arimbi melakukan kekerasan. Arimbi tersadar bahwa dirinya telah bukan raseksi lagi. Arimbi adalah seorang dewi yang anggun jelita. Ia menjadi membuat malu pada dirinya sendiri dan jua memalukan kepada Bima. Bahkan dibalik itu terdapat rasa kawatir bila Arimbi berperangai balik sebagai raseksi Bima akan segera meninggalkannya. Maka segeralah Arimbi menarik balik amarahnya.

Ketika hatinya sebagai dingin, Arimbi diingatkan akan sebuah ilmu yang menyatukan anak-anak Prabu Tremboko yaitu aji pamomong. Dengan ilmu tadi diantara anak-anak Tremboko dapat saling bekerjasama saling mengingatkan dan saling menjaga walaupun mereka tidak berada dalam satu loka. Sewaktu hidupnya, Prabu Tremboko memakai ajian pamomong buat menyatukan anak-anaknya, mengetahui keberadaannya & buat melindunginya. Oleh karenannya Arimbi segera mengetrapkan aji pamomong buat mengabarkan keberadaannya kepada adik-adinya. Para prajurit jaga siaga penuh mengira bahwa Arimbi sedang mempersiapkan serangannya. Tetapi usang dinantikan pada ketegangan serangan tak kunjung datang. Bahkan menurut pintu gerbang munculah saudara termuda-saudara termuda Arimbi mulai dari Prabakesa, Brajadenta, Brajamusti, Brajawikalpa, Brajalamatan dan yg bungsu merupakan Kala Bendana. Mereka berhamburan menyambut Arimbi menggunakan gembira. Suasana berubah menjadi haru. Para prajurit jaga ikut hanyut dalam keharuan. Walaupun Arimbi sekarang sudah berubah menjadi menjadi seorang dewi yang manis jelita, mereka masih mengenali Arimbi lewat aji pamomong. Keenam adik-saudara termuda Arimbi tidak berkedip pada menatap Arimbi yg anggun. Terbayanglah diangan mereka, seorang raja putri yang manis dagi yang bakal memerintah Negara Pringgandani buat masa-masa yang akan tiba.

Kedatangan Arimbi mengganti suasana sedih menjadi gembira. Adik-saudara termuda Arimbi & warga pringgandani yg sebagian akbar merupakan bangsa super besar, akan terangkat derajatnya mempunyai pewaris tahta putri manis bak bidadari kahyangan.

Namun waktu Arimbi mengenalkan Bima menjadi suaminya, Barajadenta menggunakan tegas menolak. Bima adalah musuh masyarakat Pringgandani. Bima merupakan pembunuh Prabu Arimba, maka wajib dilenyapkan.

Pernyataan Brajadenta dengan cepat merubah suasana haru dan gembira menjadi tegang. Prajurit bersiaga balik untuk mengamankan negara. Prabakesa, Brajadenta, Brajamusti, Barajawikalpa dan Brajalamatan menantang Bima buat mengadakan perhitungan atas meninggalnya Prabu Arimba. Bima sebelumnya telah siap menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi pada dirinya. Maka menggunakan tenang Bima meladeni tantangan saudara termuda-adik Arimbi.

Tetapi sebelum perang terjadi Arimbi mendekati Bima sambil berbisik, ?Jangan lakukan kekerasan, Kakanda Bima?

Jika boleh menentukan tentunya Arimbi akan memilh diantara Bima dan saudara termuda-adiknya tidak perlu bertempur. Lantaran apabila hal itu terjadi hati Arimbi akan dihimpit rasa cemas dari dua penjuru, seperti yang pernah dirasakan saat Bima bertempur melawan Arimba. Disatu pihak Arimbi mencemaskan Bima suaminya, dipihak yang lain Arimbi jua mengkawatirkan adik-adiknya. Tetapi apa boleh buat, buat menundukkan saudara termuda-adiknya tidak ada jalan lain kecuali bertempur. Harapannya agar Bima dapat memenangkan pertempuran melawan adik-adiknya dengan tidak menyisakan luka, baik luka pada badan juga luka pada hati.

Dikarenakan tidak ada pilihan lain Bima pun meladeni tantangan saudara termuda-adik Arimbi. Dengan melangkah tenang tetapi berat Bima mendekati Brajadenta yang ditinjau menjadi pimpinan diantara mereka. Sebelum Bima mendekat semakin dekat, Brajadenta sudah memberi aba-aba kepada keempat adiknya buat menyerang Bima secara serentak. Maka sebentar kemudian terjadilah pertempuran sengit. Bima dikeroyok sang adik-saudara termuda Arimbi, kecuali Kala Bendana yaitu Prabakesa, Brajadenta, Brajamusti, Brajawikalpa dan Brajalamatan.

Arimbi yang menyaksikan pertempuran itu menilai bahwa pertempuran bakal berjalan seru & dahsyat. Karena masing-masing berdasarkan mereka memiliki ilmu-ilmu taraf tinggi. Namun apabila dibandingkan dengan Bima ilmu-ilmu yg dimiliki ke 5 adik-adinya masih berada dibawahnya. Namun dikarenakan kekuatan kelimanya bergabung menjadi satu maka akan sungguh bikin capek Bima. Walaupun Bima merasakan bahwasannya taraf ilmu saudara termuda-saudara termuda Arimbi masih berada pada bawah Arimba, tidak terdapat niat di hati Bima buat menduga enteng serangan-agresi mereka. Bima selalu waspada menunggu agresi demi serangan yang dilancarkan adik-saudara termuda Arimbi jurus demi jurus secara bergantian. Bahkan kadang kala putra-putra Pringgandani tersebut melakukan serangan secara serentak. Menghadapi agresi beruntun Bima lebih menentukan menunggu serangan menurut dalam merogoh inisiatif menyerang. Hal tadi dilakukan lantaran Bima nir berniat buat menyakiti adik-adik Arimbi, misalnya yg dibisikan Arimbi sebelumnya.

Setelah pertempuran berjalan relatif usang, saudara termuda-adik Arimbi yang dalam mulanya membenci Bima sebagai seseorang pembunuh Kakak Arimba, perlahan-huma mulai mempertanyakan kebencian itu. Benarkah Bima seseorang pembunuh yang kejam dan harus dibenci dan dimusnahkan? Pertanyaan-pertanyaan itu muncul setelah mereka mencicipi bahwa konduite Bima nir seperti yg dibayangkan sebelumnya yaitu ganas dan kejam. Pada kenyataannya Bima merupakan seorang kesatria sejati yang penuh tatakrama pula ketika Bima berada di medan laga. Dengan sifat Bima yang demikian bisa dimungkinkan bahwa gugurnya Arimba pada tangan Bima akibat dari pembelaan diri Bima menghadapi serangan Prabu Arimba.

Watak ksatria yg melekat dalam eksklusif Bima telah mengusik tabiat ksatria anak-anak Pringgandani yg dahulu pernah ditanamkan oleh Prabu Tremboko. Dengan watak ksatria tersebut kemudian munculah pencerahan bahwa ilmu mereka masih berada di bawah ilmu Bima. Walaupun mereka sudah mengeroyok Bima, adik-adik Arimbi tersebut sulit buat mengalahkannya. Bahkan lalu munculah rasa membuat malu pada hati mereka karena mengeroyok seorang adalah tindakkan yang jauh menurut tabiat ksatria.

Oleh karenanya, seperti diberi aba-aba Prabakesa, Brajadenta, Brajamusti, Brajawikalpa dan Brajalamatan mengendorkan serangan, buat kemudian menghentikan serangan. Para prajurit jaga dalam heran melihatnya. Apa yang terjadi? Brajadenta bisa membaca apa yang diinginkan sang keempat adiknya. Untuk itulah maka lalu Brajadenta melangkah mendekati Bima. Seluruh mata mengarahkan pandangannya kepada sosok Brjadenta. Apa yg akan diperbuat? Setelah sempurna pada depan Bima, Brajadenta mengungkapkan ?Kami mengaku kalah.?

Arimbi melonjak senang , tawaran tenang yang dibawa Arimbi sudah diterima oleh saudara termuda-adiknya. Selanjutnya terjadilah pemandangan yang mengharukan. Bima memeluk saudara termuda-saudara termuda Arimbi satu persatu. Mereka sudah mendapat Bima menjadi bagian dari keluarganya, nir menjadi musuhnya.

Dengan menghidupi watak ksatria, para putra Pringgandani yg berparas rasaksa dapat tulus merelakan kematian Prabu Arimba dalam perang tading melawan Bima. Mereka mengakui bahwa Bima memang seseorang ksatria keturunan trah Girisarangan yg sakti. Maka berdasarkan itu ada rasa bangga pada hati mereka saat Bima sudah menyunting Kakang Mbok Arimbi yang sudah menjadi jelita, dan sebagai satu keluarga pada Pringgandani.

Dengan bergabungnya Bima di Pringgandani, para putra Pringgandani optimis menatap masa depan negara Pringgandani. Karena pasangan Bima dan Arimbi sudah bisa menghidupi balik watak ksatria yg telah diwariskan oleh para pendahulunya, tat kala membangun & mendirikan negara Pringgandani. Karena menggunakan watak berani, bersih, jujur, dan lapang dada, yg menjadi ciri khas watak seorang ksatria, negara Pringgandani telah sebagai akbar. Dan akan semakin besar dan jaya manakala nilai-nilai luhur yang sudah diwariskan akan dihidupi pada menjalankan pemerintahan negara Pringgandani.

Waktu merambat pelan, buat beberapa saat Bima tinggal di Pringgandani membantu dan mendampingi Arimbi dalam menata pemerintahan yang sudah beberapa waktu komplang tanpa raja. Seiring dengan penataan kerajaan, kandungan Arimbi bertambah semakin akbar. Ada secercah kebahagiaan dan asa yg berkaitan dengan bayi yang dikandung. Tangan Bima & Arimbi meraba lembut perut Arimbi dengan sebuah permohonan yg bundar & utuh, jadikanlah anak ini seorang raja ksatria yg membawa kejayaan negara Pringgandani.

Suasana duka masih terasa semenjak kepergian Raja besar Pringgandani buat selamanya. Prabu Arimba telah mempercayakan negara Pringgandani kepada Arimbi. Senyum kekal yg ditinggalkan Prabu Arimba memberi semangat optimisme buat mewujudkan harapan akan kebesaran & kejayaan Negara Pringgandani.

Berangsur-angsur mendung kesedihan yang menggelayut di langit Pringgandani tersibak. Negara mulai tertata dan pulih pulang misalnya sebelum Prabu Arimba mangkat . Atas konvensi ke enam saudara termuda-adik Arimba, yg terdiri berdasarkan Prabakesa, Brajadenta, Brajamusti, Brajawikalpa, Brajalamatan & Kala Bendana, Arimbi menjadi saudara paling tua ditunjuk menggantikan Prabu Arimba untuk menjalankan pemerintahan Pringgandani.

Beberapa bulan Bima menjalani hayati dengan Arimbi pada Pringgandani. Apabila menuruti perasaan hatinya Bima ingin mendampingi Arimbi, setidak-tidaknya hingga dengan kelahiran anak yg dikandung Arimbi. Tetapi hatinya gundah pula mengingat bahwa Bima sudah berjanji kepada Ibu Kunthi untuk nir meninggaklkan saudara-saudaranya terlalu usang. Kegundahan hati Bima diungkapkan kepada Arimbi, dan disepakati buat sementara waktu Bima kembali menemui Ibu Kunthi dan saudara-saudaranya pada hutan Kamiyaka. Dan apabila sampai pada saatnya bayi yang dikandung Arimbi lahir, Bima akan pulang ke Pringgandani.

Tidak membutuhkan waktu yg terlalu lama , Bima telah sampai pada hadapan Ibu dan saudara-saudaranya. Mendengar cerita bahwa pada akhirnya Bima diterima menjadi saudara tua sang adik-saudara termuda Arimbi dan menjadi bagian menurut Negara Pringgandani, Kunthi dan saudara-saudara Bima dipenuhi menggunakan rasa sukacita.

Pagi itu udara sungguh cerah. Kehangatan sinar mentari bisa menembus lebatnya dedaunan hutan Kamiyaka. Kunthi memandangi sepasang burung prenjak yg berkicau bersautan, tak henti-hentinya. Kicau sepasang burung Prenjak jantan & betina tadi selain membangkitkan suasana keceriaan alam semesta juga dapat dibaca menjadi indikasi alam bagi insan.. Apabila sepasang burung Prenjak tersebut berkicau di arah barat tempat tinggal , itu pertanda jelek, akan ada tamu yang mengajak bertengkar. Jika sepasang burung Prenjak tersebut berkicau pada arah Timur tempat tinggal , itu tanda buruk pula, karena akan terjadi kebakaran. Apabila sepasang burung Prenjak berkicau mengitari rumah, itu tanda baik, akan menerima rejeki dari jerih payahnya. Apabila sepasang burung Prenjak, berkicau bersautan di arah selatan rumah, itu indikasi baik, akan terdapat tamu bangsawan yang berkendak baik. Jika sepasang burung Prenjak berkicau pada arah utara tempat tinggal , itu indikasi sangat baik, akan ada tamu seorang pengajar memberi inspirasi yg benar dan kudus.

Benarkah akan ada tamu agung, seseorang resi, pandita atau begawan yang tiba di Hutan Kamiyaka ini? Dengan menengarai sepasang burung Prenjak yang tidak henti-hentinya berkicau bersautan pada sebelah utara rumah kayu ini. Jika sahih indikasi tadi, Kunthi tidak bisa memperkirakan siapakah sesepuh yang bakal datang. Lantaran selain Resi Bisma, Yamawidura, Begawan Abiyasa & Semar nir terdapat lagi orang yang dipercaya agung dan kudus. Namun apakah mungkin keliru satu pada antara empat orang agung tersebut datang ke Hutan Kamiyaka ini?

Semenjak insiden bale sigala-gala, Kunthi & anak-anaknya sengaja mengasingkan diri menyamar menjadi orang sudra yg hidup menggembara menurut hutan ke hutan. Kunthi menitipkan pesan pada Kanana abdi setia Yamawidura yang berjasa menciptakan terowongan misteri yang dipakai oleh Hyang Antaboga dan Nagatamala buat menyelamatkan Kunthi dan Pandawa dari peristiwa Balesigala-gala. Pesan yg disampakai pada Kanana adalah bahwa Kunthi dan anak-anaknya janganlah dicari untuk diajak pulang ke Panggombakan. Biarlah anak-anaknya terutama sikembar Nakula & Sadewa melupakan stress berat prahara Balesigala-gala.

Matahari telah bergeser condong ke ujung kulon, pertanda hari telah beranjak dari siang. Tamu agung yang dinanti Kunthi pada hati belum jua datang. Seperti umumnya, selesainya panas matahari berkurang, Arjuna selalu menyempatkan diri mengajari adiknya Nakula & Sadewa buat berolah senjata panah. Sedangkan Kunthi, Puntadewa dan Bima melihat berdasarkan kejauhan. Mereka cukup puas melihat kecerdasan & ketrampilan Nakula dan Sadewa. Pada saat Kunthi melupakan tanda yang dikabarkan kicau sepasang burung Prenjak pada sebelah utara rumah, mendadak menurut kejauhan, arah matahari tenggelam terdapat dua orang yang tiba dengan langkah ringan, Mereka adalah Begawan Abiyasa dan pamomongnya yaitu Semar. Dapat dibayangkan betapa mengharukan pertemuan itu. Setelah bertahun-tahun mereka tidak saling berjumpa, sekarang bertemu pada hutan yg kotor, beratap daun dan berlantai tanah. Namun satu hal yg disyukuri bahwa mereka berjumpa dalam keadaan selamat & sehat walafiat.

Abiyasa adalah sosok mertua yg sangat dihormati Kunthi lebih dari Prabu Basukunthi ayahnya sendiri. Oleh lantaran kedatangannya di Hutan Kamiyaka yang tidak dinyana sebelumnya sungguh membuat hati Kunthi & para Pandawa merasa tentram & tenang. Kunthi sangat terharu atas bisnis panjang yang dilakukan rama Begawan Abiyasa buat menemukan dirinya dan anak-anaknya. Tidak Nampak keletihan yang disandang pada kedua orang tua tersebut. Wajahnya tetap ceria berwibawa & kudus.

Tentunya selain ingin mendapati menantu & cucu-cucunya dalam keadaan selamat, terdapat hal spesifik & krusial yang ingin disampaikan sang Abiyasa dan Semar. Di ruang yg tidak begitu luas menggunakan diterangi sang lampu minyak Begawan Abiyasa membicarakan beberapa hal khusus kepada Kunthi dan Pandawa Lima.

?Kunthi & cucuku Pandawa, sejak peristiwa Balesigala-gala, Negara Hastinapura mewartakan warta resmi, bahwa Kunthi & Pandawa Lima telah tewas terbakar, Hanya Yamawidura dan Kanana abdinya yg mengetahui keadaan kalian yang sesungguhnya. Namun keadaan kalian yg selamat menurut insiden Balesigala-gala nir diungkapkan oleh Yamawidura pada Prabu Destarastra, menggunakan pertimbangan, agar para Kurawa nir memburu kalian buat dilenyapkan. Oleh karenanya saya sengaja nir memanggil kalian untuk pergi di Panggomabakan. Tetapi tanpa sepengetahuan kalian, saya sudah mengutus Semar buat selalu memomong kalian berdasarkan kejauhan.

Tetapi saat ini adalah saat yang tepat buat memperlihatkan dirimu pada kawula Hastinapura & para Kurawa bahwa Pandawa Lima selamat tidak kurang sesuatu apa pun. Tentunya rakyat akan mengelu-elukanmu dengan gegap gempita. Dan meyakini bahwa kalian adalah titah terpilih yg diutus dewa buat memayu hayuning bawana.?

?Kebetulan waktu ini dibuka sayembara memanah pada Cempalaradya,? Istilah Semar. ?Bukankah ndara Arjuna merupakan ahli panah yang mumpuni. Itu artinya bahwa ndara Arjuna menerima kesempatan emas buat memenangkan sayembara. Pada hal bagi siapa yang berhasil akan mendapatkan putri Prabu Durpada yang bernama Durpadi.?

-Herjaka HS-

Sunday, February 14, 2021

Gatotkaca Winisuda (Brajadenta Mbalela)

Malam yang mendung itu, Prabu Duryudana bersama gurunya Begawan durna dan senopatinya sengkuni, tengah menerima tamu Patih Brajadenta dari Ksatrian Glagahtinunu.

Kedatangan Brajadenta merupakan buat meminta nasihat pada Raja Astina bagaimana dia harusnya bersikap, lantaran sebentar lagi akan dinobatkan Gatotkaca, putra Bima & Arimbi, sebagai Raja Pringgondani. Sebenarnya beliau tidak perlu begitu, karena dulu saat kakaknya Prabu Arimba ( penguasa pringgondani sebelumnya), dikalahkan oleh Bima, lalu Bima menikahi Arimbi yang merupakan kakaknya juga, Brajadenta beserta saudara termuda-adiknya (Brajamusti, Brajalamatan, Brajawikalpa & Kalabendana ), bersumpah untuk menyerahkan Kerajaan Pringgondani kepada abang perempuannya itu,..?Mongso borongo, aku tak manut sopo sing dadi penguasa pringgondani mengkone?

Niat Brajadenta untuk merebut tahta Pringgondani ditentang adik-adiknya, terutama Brajamusti dan Kala Bendana. Karena mereka telah terikat oleh sumpah, maka mereka harus netepi kautamaning ksatriya. “Kakang brajadenta, rupake wis buto elek, di sio sio lan dielek elek manungso, nanging aku emoh nek kelakuan lan solah tingkahku yo elek, kakang. Aku netep kautamaning ksatriya, kakang,.!! Aku emoh melu tumindakmu…!!!

Iyo kakang, saya wis suwe awor kowe, weruh kelakuanmu lan tumindakmu kang netepi kautamaning ksatria, lan ngerti sopo sakjatine kowe kakang, la kok awor karo Durna lan Sengkuni sedino wae kowe iso malih arep tumindak netepi angkara murko, kakang..!!! Kata adiknya kala Bendana

Brajadenta murka , ditundung pergi lah kedua adiknya menurut hadapannya, bahkan beliau berkata ?Yo wis, nek ngono sesuk menowo ono perang gedhe antarane aku versus kowe, ojo wigih-wigih karo saya, ojo mbok anggep saya kakangmu, akan tetapi anggepen aku mungsuhmu, dadi parang muko?

Dan akhirnya Brajadenta pun mulai memberontak beserta pasukannya beliau mulai menuju Pringgondani merebut tahta kerajaan, dibantu pasukan berdasarkan Astina.

Di kerajaan Pringgondani sedang terjadi Pisowanan Agung, dipimpin Kresna, Raja Dwarawati, dihadiri para pendawa dan raja raja sekutunya. Hari itu adalah hari pengukuhan Gatotkaca menjadi raja Pringgondani, yg kemudian menerima gelar Prabu Anom Gatotkaca. Sebelum pengukuhan Kresna sudah bertanya, apakah semua sesuatunya sudah sesuai dengan yg dibutuhkan, dan nir terjadi silang konkurensi atas tahta ini, sekarang dan nanti pada kemudian hari?? Bagaimana dengan paman paman gatotkaca nantinya apa mereka rela??? Lalu dijawab Arimbi, seluruh telah setuju?!!!

Setelah pengukuhan, datanglah Brajamusti & Kala Bendana menggunakan tergopoh gopoh..!!! ?Ketiwasan kakang mbok arimbi, kakang Brajadento ngamuk punggung arep ngrebut tahta pringgondani, wis tekan alun aluning pringgondani. Dengan pelan kresna menyampaikan ?Nuwun sewu para sesepuh, sumawana adhi-adhi kula Pandhawa, mugi sampun ngantos sami tumut-tumut sabiyantu prakawis ingkang gawat kaliwat punika. Awit sadaya ingkang badhe kedadosan mangke naming prakawisipun kulawarga Pringgandani. Kula lan panjenengan sami punika tamu?. Mendengar perkataan Kresna , Arimbi sedih yayah sinipi (marah) & segera keluar paseban menuju alun alun buat menghadang langkah Brajadenta

Setelah bertemu Brajadenta dengan murka Arimbi mengungkapkan ?E, e, teka becik banget tumindakmu kowe Brajadenta, olehmu ngatonake regeding bebuden lah watakmu. Kowe gelem nyengkuyung pulunanmu Gathutkaca apa ora? Yen ora klakon dakjuwing-juwing kuwandamu dina iki!?

Aku njaluk meneh tahta Pringgondani. Ora perduli karo sumpah,..Yen kakang mbok ngalangi anteping karepku , aku ora wedi lan ora nyesel dadi karena mangkat lan matining kakang mbok.!!!.Hayoh kene..!!!

Dan perang hebat pun terjadi antara keduanya. Para prajurit bubar melihat ke 2 trah Pringgondani bertarung. Kresna pun bertanya pada Bima.

Werkudara, sapa sing padha tukaran kae Werkudara?? ?Arimbi karo Braja Denta,? Jawab Bima.

?Ngreti nek bojone gelut karo adhine mbok dipisah! Mengko yen Arimbi tewas piye??

?Mati ya dipendhem!? Wis mongso bodho wo iki perkorone wong Pringgondani, ra rep melu-melu, saya arep turu?!!!

?Wee, lha dalah, yen Arimbi mangkat bojone isih loro. Saiki Gathutkaca, ngger ibumu dipilara pamanmu, lha kok kowe meneng wae??

?Kanjeng Rama kemawon mboten wantun ngaten kok, Wa Prabu!?

?Hla, piye, sing direwarigi nganti kaya ngene iku kowe jare. Lanangmu endi Gathutkaca??

Mendengar keluhan Kresna, Gatotkaca pun dengan terpaksa menghadang langkah pamannya Brajadenta, sebelum terlaksana langkah Gatotkaca dihadang sang Brajamusti.

?Ngger anakmas, kowe ra bakalan menang lawan kakang Brajadenta, isomu menang kudu ngorbanake salah sawijining pilar kerajaan lan mung saya sing weruh pengapesane kakang Brajadenta, mugo soko iku aku bakal manjining ono epek epek mu kang tengen . Namung kowe ojo kaget lamun sakmengko ono kedadeyan kang nganeh-nganehi. Mendengar itu Gatotkaca mengiyakan lantaran beliau menduga yang dimaksud pilar kerajaan adalah benar sahih pilar bangunan kraton

Akhirnya berperanglah Gatotkaca & Brajadenta pamannya sendiri, perkelahian berlangsung seru dan hebat, Suatu ketika Brajadenta leno, dan terkenalah pukulan sempurna dikepalanya sang tangan kanan Gatotkaca yg sudah disusupi sukma Brajamusti

Bersamaan itu Brajadenta tewas, kemudian secara tiba-datang sukma ditangan kanan Gatotkaca keluar dan mengerang kesakitan. Tanpa diduga tanpa dinyana Brajadenta & Brajamusti kedua pamannya mangkat bersamaan, mati sampyuh?!!!

Gatotkaca menangisi mayat kedua pamanya. Lama kelamaan jasad kedua pamannya itu mengecil lalu masuk ke dalam tangan kanan & kiri gatotkaca sebagai sebuah keilmuan. Dan keilmuan itu dikenal dengan keilmuan Brajadenta dan Brajamusti. Pelan-pelan terdengar suara sukma oleh paman Brajadenta.

?Ngger anakmas, mangertio sakjatine saya ora benci lan sengit marang sliramu, saya nguji kaprawiranmu lan kasektenmu kang bakal mimpin Pringgondani sakmengkone, lan iki sakjatine wis dadi pepesthen uripku lan adhi Brajamusti. Aku lan adihi bakal nglindungi awakmu sakwayah wayah mbok butuhke saya ono ning kiwo lan tengen tanganmu dadi Ajian Brajedenta lan Ajian Brajamusti.

Sementara itu sisa pasukan pemberontak yg didukung astina dapat dipukul mundur. Dan Brajalamadan akhirnya diangkat menjadi patih baru bergelar Patih Prabakiswa.

Intisarinya:

-Sopo keliru, seleh. Pandito durno menghasut orang menuju jalan kejahatan, & kejahatan nir akan menang melawan kebaikan dan kebenaran

- Teguh janji apapun yang terjadi: Brajamusti dan Kala Bendana menepati sumpahnya mengabdi kepada gatotkaca selaku raja pringgondani, meski wajib berhadapan dengan kakaknya sendiri

-Menjadi pimpinan wajib berani, melindungi masyarakat, merogoh resiko dan mempertanggung jawabkannya: Gatotkaca berani melawan pamannya sendiri lantaran dia raja yg wajib mengayomi rakyatnya berdasarkan tindak angkara marah, meski harus membunuh pamannya sendiri

Tancep kayon

Gabung di FP kami yuk : http://facebook.Com/

Saturday, February 13, 2021

Arjuna Lahir

Syahdan Hyang Siwahbuja, mendapat Hyang Narada dan mendengarkan laporannya, bahwasanya gara-gara terjadi, dikarenakan Dyah Maerah permaisuri raja Mandura & Dyah Kuntinalibrata permaisuri prabu

Pandudewanata menurut kerajaan Astina, keduanya mereka mengandung & sudah masanya bayi lahir, akan

tetapi hal tadi hanya menunggu sabda Hyang Siwahbuja.

Kepada Hyang Narada, Hyang Pengajar bersabda,?Wahai kakanda Hyang Narada, sampaikanlah pesanku

kepada Hyang Wisnu dan Sri, bahwasanya pada mereka aku perintahkan untuk menitis pada Dyah

Maerah & Dyah Kuntinalibrata. Wisnu, seyogyanya kehalusannya nanti dalam Pandawa, yaitu bayi yang

akan terlahir berilah nama raden Arjuna, juga Pamadi, , kewadagannya nantinya pada bayi yang akan

terlahir menurut Dyah Maerah, berikan nama raden Narayana, juga Kesawa. Sri juga demikian, kehalusannya

pada Dyah Wara Subadra, & kewadagannya pada Dyah Jembawati berikan pula nama Dyah Nawangsasi.?,

mundurlah Hyang Narada, dan sehabis kepada mereka dijelaskan perintah Hyang Padawinenang, keduanya

dibawa sang Hyang Narada, turun ke bumi, bukan lagi berujud tuhan, akan tetapi pada bentuk cahaya.

Prabu Basudewa, raja Mandura, mendapatkan wisik dewata, bahwasanya kelak Dewi Maerah permaisuri

raja, akan melahirkan bayi ?Gundangkasih?, satu nantinya berwujud putih dan satu hitam, pula yang kuasa

bersabda nantinya yg putih adalah penjelmaannya Hyang Basuki, adapun yang hitam Hyang Wisnu.

Adapun permaisuri yg muda, Dewi Badrahini, akan melahirkan seorang puteri, itu pula besok akan terdapat bidadari, Dewi Sri yang menjelmanya kepada sianak yang akan terlahir.

Terdengar warta, bahwasanya Dewi Kuntilanibrata, permaisuri raja Astina, Pandudewanata sudah masanya akan melahirkan bayi, akan hal itu sang prabu Basudewa berkehendak akan menghadirinya ke Astina. Di Astina Pandudewanata menungguhi Dewi Kuntinalibrata melahirkan bayinya. Hayu-hayu, bersabdalah Hyang Narada kepadanya dengan diiring para bidadari, dengan mengheningkan cipta, suatu cahaya berlalu telah masuk ke kandungan Dyah Kunti, terlahirlah bayi dari kandunagn Dewi Kunti, dengan disaksikan jua bagawan Kresnadipayana, demikian juga Hyang Endra. Seorang bayi terlahir lelaki, oleh Hyang Endra bayi diangkat sebagai putera, diberinya nama Endratanaya, jua diberi senjata yang berupa panah bernama Bramasta. Hyang Endra & Hyang Narada sesudah terselesaikan menunaikan tugasnya segera pulang ke kahyangan.

Pada kalanya prabu Pandudewanata menjamu prabu Basudewa, prabu Bismaka, dengan dihadap juga para

punggawa kerajaan, seorang prajurit pula melaporkan pada oleh prbau, musuh dari negara Srawantipura, prabu Ardawalika tiba, maksud akan membalas dendam kematian bapaknya dari Palasara.

Prabu Pandudewanata memerintahkan pada segenap wadya supaya menanggulangi musuh yg datang,

resi Abiyasa memerintahkan pada Arya Widura, & Arjuna supaya dibawa juga pada medan peperangan melawan Ardawalika.

Prabu Ardawalika bisa dibunh Arjuna, dan mengancam,?Hai Arjuna, akan kubalas kematianku pada

kalanya Baratayuda?? Oleh Arjuna menjawabnya,?Besok ataupun sekarang, bagiku siap menanggulanginya.?

Widura & patih Arya Gandamana memunahkan musuh-musuh dari Srawantipura, bencana yaksa mangkat

terbunuh kesemuanya. Seluruh istana Astina, sangat bersenang hati, musuh sudah sirna, mereka

merayakannya dengan segenap anggota famili istana.

Asal : http://www.Bluefame.Com/topic/174953-lakon-kumpulan-cerita-wayang/page__st__140

Wednesday, February 10, 2021

Gandamana Sayembara (Drupadi Sayembara)

Hari menjelang sore, bunyi kenthongan yg berasal menurut pusat Kraton Pancalaradya atau Cempalaradya, menarik perhatian penduduk kotaraja. Seperti yang selalu ada di setiap banjar, dalam sudut halaman terdapat bale duwur buat menempatkan sebuah kentongan. Dengan kentongan tersebut setiap masyarakat mendapatkan liputan tentang kejadian krusial buat segera ditanggapi. Ada beberapa irama kentongan yg masing-masing irama menerangkan kejadian yang sedang berlangsung. Seperti irama khusus yg terdengar disore hari itu mengindikasikan bahwa terdapat seseorang gadis yg telah mengalami menstruasi atau datang bulang pertama. Artinya bahwa oleh gadis tersebut sudah menginjak usia dewasa, & siap buat dipinang seseorang laki-laki . Yang menarik perhatian bahwa suara kentongan tersebut berasal menurut kotaraja. Tentunya terdapat gadis bangsawan yg menginjak dewasa & siap dilamar. Lalu siapa gadis bangsawan tadi? Akhirnya teka-teki pun terjawab bahwa Putri raja Cempalaradya tersebut merupakan Dewi Durpadi, anak sulung Prabu Durpada.

Menyusul suara kenthongan yang mengindikasikan bahwa masa kedewasaan Dewi Durpadi telah datang, Prabu Durpada berencana menggelar sayembara buat memilih dan memilah menantu yang pantas bagi pendamping Dewi Durpadi. Bagi siapa saja yg memenangkan sayembara, berhak menyunting Dewi Durpadi. Sayembara yang diadakan merupakan mengangkat, menarik busur atau gendewa pusaka & melepaskannya anak panah pada titik target yang di sediakan. Sayembara terbuka bagi siapa saja & pada mana saja.

Beberapa bulan kemudian, informasi diadakannya sayembara di negara Pancalaradya sudah beredar jauh di negara-negara tetangga, bahkan hingga pada seberang pulau.

Sepekan menjelang sayembara, kota raja Pancalarayadya sudah ramai oleh pendatang-pendatang dari manca nagara yg ingin mengikuti sayembara. Kesibukan kota semakin tinggi lebih berdasarkan sepuluh kali lipat dinbanding dengan hari-hari sebelumnya.

Pada hari yg ditetapkan, para raja belia, ksatria, brahmana, para bangsawan dan masyarakat kebanyakan tamplek blek penuh berjejal di alun-alun kotaraja Pancalaradya. Diantara mereka yang hadir tampaklah para Kurawa, Bima & Arjuna, para raja seberang pulau termasuk beberapa raja berdasarkan Atasangin,

Gendewa pusaka atau busur pusaka Pancalaradya telah disiapkan pada anjung kehormatan. Ukuran gandewa pusaka itu lebih akbar dan lebih berat dibandingkan dengan gandewa dalam umumnya. Dari ujung ke ujung gandewa tadi tinretes emas murni, sebagai akibatnya saat ditimpa sinar mentari cahayanya gumebyar menyilaukan mata. Peserta sayembara yang dinyatakan lolos dan menang dalam sayembara merupakan peserta yang bisa melepaskan anak panahnya tepat di tengah titik yg telah ditentukan.

Suasana menjadi riuh gemuruh waktu Prabu Durpada & permaisuri mengapit dewi Durpadi naik ke atas anjung kehormatan, diikuti oleh Gandamana. Para raja dari seribu negara, benar-benar terpana melihat kecantikan Dewi Durpadi secara eksklusif. Lantaran selama ini banyak diantara mereka yg melihat dan bertemu Dewi Durpadi hanya melalui mimpi.

Ditengarai menggunakan pemukulan gong beri sayembara pun pada mulai. Satu persatu para peserta sayembara naik ke anjung & mencoba mengangkat gandewa pusaka Pancalaradya. Beberapa peserta telah naik ke panggung kehormatan dan mencoba mengangkat gandewa pusaka. Namun hingga sampai peserta ke delapan belas baru terdapat empat orang yg kuat mengangkat gandewa pusaka. Tetapi tidak bertenaga menarik gendewa pusaka, apalagi untuk melepaskan anak panahnya,

Menjelang tengah hari belum ada orang yang dapat memenangkan sayembara. Satu persatu para raja dari seribu negara gagal memenangkan sayembara. Prabu Durpada & prameswari yg didampingi Gandamana berharap cemas dalam menanti orang yang bisa memenangkan sayembara. Sedangkan Dewi Durpadi yang duduk di antara Ibunda Ratu & Prabu Durpada menunjukkan raut muka yang hening, bahkan sekali waktu Durpadi menebar senyum saat terdapat peserta sayembara yg jatuh karena tidak kuat mengangkat gendewa pusaka.

Pada waktu keraguan untuk mendapatkan pemenang sayembara menghampiri Prabu Durpada, tiba-tiba diantara orang poly yang berjubel, melompatlah dengan ringannya seseorang muda bagus naik di atas anjung. Menilik dari pakaiannya bahwa pemuda tersebut menurut golongan sudra atau masyarakat biasa. Tetapi menggunakan menyakinkan seperti laiknya ksatria, beliau melangkah mendekati gendewa pusaka. Diamati sejenak gendewa yang berada didepannya buat lalu diangkatnya. Semua mata memandang ke arah pemuda indah yang dengan ringannya mengangkat tinggi-tinggi gendewa pusaka. Sejenak lalu tangan kakannya menarik tali gendewa perlahan-lahan. Maka yg terjadi gendewa ditangan kiri semakin melengkung dan melengkung menggunakan tajam. Anak panah telah diarahkan kesasaran. Ketegangan tampak dalam setiap raut muka yg menyaksikan. Diiringi menggunakan detak ribuan jantug yang berdegup semakin cepat.

Namun sebelum anak panah tersebut meluncur berdasarkan gendewa pusaka, Dewi Durpadi yang berada beberapa langkah pada depannya bereriak lantang ucapnya, ?Cukup! Saya tidak mau sayembara ini dimenangkan oleh seseorang sudra?

Pemuda mengagumkan itu terkejut, & menampakkan raut muka yg nir senang . Ia merasa diperlakukan tidak adil. Maka buat melampiaskan kejengkelannya anak panah yg telah siap meluncur tetap dilepaskan ke titik sasaran. Dan pemuda mengagumkan tadi menerangkan bahwa dia pantas memenangkan sayembara. Anak panah menancap sempurna di sempurna pada tengah target. Sorak membahana gemuruh menyambutnya. Namun apakah keberhasilannya membidikkan panah sempurna sasaran ini dinyatakan menjadi pepmenang atau tidak, ia tidak peduli. Yang terutama bagi dirinya bahwa beliau yg merupakan seseorang sudra telah menandakan kelebihannya dibandingkan menggunakan raja-raja seribu negara.

Sorak membahana ribuan manusia bergemuruh. Pohon-pohon beringin & pohon-pohon Angsana pada seputar alun-alun Cempalaradya tergetar karena itu. Beberapa daunnya berguguran, mengenai orang-orang yang berada di bawahnya. Bagaikan taburan bunga buat menghormat pemuda cantik yang telah berhasil melepaskan anak panahnya tepat ke titik sasaran.

?Tidak! Tidak! Aku nir mau orang ini memenangkan sayemabara!? Teriak Dewi Durpadi. Namun teriakan Dewi Durpadi karam oleh gelombang suara gegap gempita. Tidak ada yg mendengar dan yg memperhatikan tingkah laku Durpadi. Yang sebagai sentra perhatian adalah pemuda cantik yang menggunakan meyakinkan berhasil menarik busur pusaka dan melepaskan anak panahnya sempurna ke target.

Pemuda cantik tadi semakin jumawa menjadi sentra perhatian lautan manusia yg memenuhi alun-alun. Dengan damai pemuda itu meninggalkan anjung kehormatan. Ia tidak memperdulikan penolakan Dewi Durpadi. Baginya dapat memenangkan sayembara adalah pujian tersendiri.

Dewi Durpadi yang sebelumnya sebagai satu-satunya pusat perhatian, kini tidak lagi. Satu-satunya sentra perhatian beralih kepada pemuda cantik. Sejak melihat pertamakali, Dewi Durpadi tidak bahagia kepada orang sudra tadi. Oleh karena ketika beliau naik anjung kehormatan mengangkat & menarik busur pusaka, Dewi Durpadi sudah berteriak menolaknya. Namun pemuda mengagumkan tersebut sengaja tidak mendengarkan teriakan Dewi Durpadi. Anak panah permanen diluncurkan berdasarkan jemarinya yang halus. Dan hasilnya anak panah menancap tepat ke target.

Suasana menjadi kacau. Orang-orang yang berada jauh menurut panggung kehormatan menduga bahwa sayembara sudah terselesaikan dan pada menangkan sang si pemuda mengagumkan. Namun bagi peserta sayembara yang berada di dekat anjung kehormatan mengetahui menggunakan jelas urut-urutan insiden. Bahwasannya Dewi Durpadi yang dijadikan hibah sayembara semenjak awal telah menolak pemuda cantik buat mengikuti sayembara. Tetapi pemuda rupawan itu nekat tetap menarik busurnya dan melepaskan anak panahnya ke target yang telah disediakan. Oleh karenanya bidikan panah yg tepat tentang sasaran tadi dipercaya tidak absah. Dalam situasi yg kacau tadi Arjuna menghadang pemuda mengagumkan yang merasa nir bersalah, pulang meninggalkan alun-alun Pancalaradya.

?Hei Ki Sanak berhentilah!? Cegat Arjuna. Pemuda mengagumkan tadi berhenti, menggunakan masih permanen memberitahuakn ketenangannya. Orang poly mengerumuninya. Arjuna mendekatinya dan berkata

?Engkau ini siapa? Telah berani menciptakan rancu sayembara yg digelar sang raja akbar Cempalaradya.?

?Aku tidak membuat rancu. Aku mengikuti sayembara & berhasil,? Sanggah pemuda bagus.

?Tetapi keberhasilanmu nir sah, karena kamu tidak diperbolehkan ikut sayembara tetapi nekat.?

?Kenapa nir boleh, itu nir adil?

?Karena Sang Dewi Durpadi menolak orang sudra?

? Aku tidak peduli apakah Dewi Durpadi mau menerimaku atau menolakku. Yang penting bagiku bahwa akulah satu-satunya orang pada alun-alun ini yg dapat memenangkan sayembara.

Arjuna tidak dapat menerima istilah-istilah pemuda indah yg mengatakan bahwa dirinya merupakan satu-satunya orang yg dapat memenangkan sayembara. Lantaran sebelumnya Arjuna sangat optimis bahwa dirinyalah yg bisa memenangkan sayembara memanah. Lantaran sejak wafatnya Ekalaya raja Paranggelung, satu-satunya orang yg bisa mengimbangi kemampuan Arjuna, nir ada lagi orang yg dapat mengimbangi kesaktiannya pada memanah. Apalagi Arjuna tahu bahwa busur pusaka negara Cempalaradya yg dibentuk dari adonan besi dan tembaga tidak sembarang busur. Selain bobotnya terdapat kelebihan lain jika dibandingkan dengan busur-busur pusaka lainnya. Getaran enerjinya membuat orang yg mendekat tergetar hatinya. Oleh karena itu Arjuna berharap bahwa sebelum dirinya naik ke panggung sayembara belum terdapat orang yang mampu menarik busur pusaka. Namun perhitungan Arjuna meleset. Ada seseorang pemuda bagus yang bisa memakai busur pusaka dengan paripurna.

?Ki Sanak jangan dikira hanya engkaulah yang secara kebetulan mampu menarik busur pusaka dan memanahnya dengan tepat? Istilah Arjuna menggunakan nada ejekan?

Pemuda bagus tersebut terbakar hatinya. Ia ingin memberitahuakn bahwa kemampuan memanahnya tidak secara kebetulan. Maka menggunakan amat cepat ditarikanya busur yang ada di genggamannya menunjuk ke langit.

Sebentar kemudian orang poly yang mengerumuni tercengang dibuatnya. Ada ratusan burung sriti jatuh tertembus panah.

Arjuna yang masih muda panas hatinya, busur yg ada pada genggamannya ditarik kuat-kuat buat lalu dilepaskan. Orang-orang dialun-alun semakain takjub menyaksikan kehebatan panah Arjuna. Ribuan anak panah keluar menurut busur Arjuna. Suaranya seperti kombang mengarah ke pohon angsana pada pinggir alun-alun. Sebentar lalu pohon itu gundul tinggal rantingnya. Sementara daunnya berguguran ke tanah.

Hari semakin siang, sinar mentari bertambah panas. Lautan manusia di alun-alun Cempalaradya berusaha buat bertahan dalam teriknya surya. Karena bagi mereka sayembara perang tanding ini lebih menarik dan lebih menegangkan dibangdingkan menggunakan sayembara memanah. Panggung sayembara pulang menjadi pusat perhatian. Gandamana berdiri kokoh di atas ke 2 kakinya yang kokoh juga. Satu persatu peserta sayembara perang tanding sudah dikalahkan. Sorak-sorai dan tepuk tangan tidak henti-hentinya menyambut kemenangan Gandamana.

Menyaksikan kesaktian Gandamana, peserta sayembara semakin tergetar hatinya. Banyak diantara mereka telah mengurungkan niatnya buat mengikuti sayembara. Mereka memutuskan buat menjadi penonton saja. Oleh karena itu beberapa waktu dinantikan tidak jua ada peserta baru yg mencoba naik ke atas anjung menggunakan muka tengadah & dada membusung.

Udara yang panas menjadi semakin panas. Orang-orang mulai berteriak tidak sabar menanti calon versus Gandamana yang baru. Dalam situasi yg demikian, terlintas pada pikiran Gandamana, adakah seseorang yg sanggup memenangkan sayembara dengan mengalahkan diriku? Apabila tidak ada merupakan bahwa diantara samudera manusia itu tidak terdapat orang yg pantas sebagai pendamping Durpadi. Tetapi jika pun ada sesorang yg sanggup mengalahkan aku , tentunya aku berharap supaya Durpadi mau mengakui kemenangannya dan bersedia menjadi isterinya. Lantaran bila Durpadi menolaknya, seperti yg sudah dilakukan pada pemuda bagus dari kalangan sudra, saya nir dapat berbuat apa-apa lagi, lantaran saya sudah dikalahkan bahkan sanggup pula saya telah gugur.

Namun bila pun saya benar-benar gugur pada sayembara ini, aku sudah siap. Aku nir akan menyesal. Lantaran itu adalah bahwa aku sudah mengorbankan diri buat Durpadi agar menerima calon pendamping yang pantas dan berkualitas. Dan jua demi kebesaran negara Pancalaradya atau Cempalaradya.

Apabila pun aku telah nir diberi ketika lagi untuk mengabdi, aku sadar bahwa diriku menjadi semakin renta & ringkih. Aku harus memahami diri buat generasi selanjutnya yang lebih muda dan yg lebih perkasa. Oleh karena itu saya bangga bila dikalahkan sang orang belia amanah & sakti.

Pada saat Gandamana menyusuri jalan pikirannya, tiba-datang melompatlah di atas anjung sosok tinggi perkasa yg memakai sandang Brahmana. Ia bernama Bima. Banyak orang mengetahui bahwa ia datang ke loka sayembara beserta brahmana ganteng yang telah memberitahuakn kesaktiannya dalam hal memanah. Maka saat saudara brahmana ganteng & sakti tadi naik ke atas panggung sayembara, serentak samudera manusia menyambutnya menggunakan teriakan dan tepuk tangan, bak suara selaksa mesin tenun yang dijalankan para perempuan pada padang terbuka.

Sejenak kemudian sasana sebagai hening dan tegang, mengiring langkah Bima yang semakin dekat dengan Gandamana. Bima sudah sangat mengenal Gandamana bahkan kesaktian Gandamana. Karena Bima pernah berperang melawan Gandamana sewaktu pada utus Pandita Durna buat meringkus Gandamana & Durpada. Namun rupanya Gandamana nir ingat lagi akan sosok yg berada di depannya. Lantaran Bima sengaja menyamar menjadi seseorang Brahmana.

Karena hari menjelang sore, & mentari telah bergeser semakin jauh dari titik tertinggi, Gandamana & Bima memiliki impian yang sama yaitu buat menuntaskan sayembara ini secepatnya. Oleh karena itu segeralah keduanya berkiprah cepat dan kuat. Melihat gelagat lawannya yg percaya diri, Gandamana pribadi mengetrapkan aji Bandung Bandawasa dan Aji Wungkal Bener. Sedangkan Bima menggunakan aji Angkusprana. Decak kagum & ketegangan tersembul menurut wajah-paras mereka yang menyaksikan. Oleh lantaran keduanya mengetrapkan ilmu-ilmu tingkat tinggi, hampir semua orang yg menjejali alun-alun Pancalaradya nir mengetahui apa yg sedang terjadi. Keduanya berkelebat sangat cepat, sebagai akibatnya mata telanjang mereka nir sanggup membedakan dengan jelas antara Gandamana & Bima.

Pertempuran paling sengit selama sayembara terjadi. Beberapa saat berlangsung keadaan mulai berubah pelan. Aji Bandung Bandawasa yang mempunyai kekuatan sebanding dengan seribu gajah ternyata nir lagi sebagai utuh. Hal tadi diakibatkan sang energi Gandamana yg susut menggunakan amat cepat. Otot-ototnya mulai kendor. Ia nir bisa lagi mengetrapkan aji Bandung Bandawasa menggunakan paripurna. Demikian juga aji Wungkal Bener yang sebagai tidak efektif saat harus berhadapan menggunakan Bima. Karena jika dicermati dari sifatnya, aji wungkal bener merupakan aji yg berpihak pada bebener. Seseorang yg bisa mengetrapkan aji Wungkal Bener menggunakan sempurna merupakan orang sahih, dan meyakini kebenaran tersebut. Aji Wungkal Bener menjadi sangat efektif ketika versus Gandamana merupakan orang yg menentang kebenaran. Maka waktu berperang melawan Bima, seorang yang berpihak dalam kebenaran, aji Wungkal Bener ibarat ketemu batunya. Tidak dapat berbuat banyak.

Sebaliknya Bima, menggunakan ajian Angkusprana yg sanggup menghimpun kekuatan angin, justru bisa berkecimpung semakin ringan & kuat semakin perkasa. Gandamana mulai curiga atas lawannya. Siapakah sesungguhnya orang gagah perkasa yang menggunakan pakaian brahmana ini. Benarkah dia seorang Brahmana? Gandamana yang telah berumur, sedikit teringat akan sepak terjang lawan yg dihadapi. Dahulu Gandamana pernah dikalahkan Bima, tetapi waktu itu Gandamana nir dengan sungguh-benar-benar berperang melawan Bima. Dan juga waktu itu tenaganya masih relatif perkasa. Tetapi sekarang saya nir seperkasa dahulu lagi & versus yang saya hadapi lebih perkasa dibandingkan dengan BIma ketika itu. Tetapi terdapat kemiripan pada hal sepak terjangnya. Apakah Brahmana ini Bima yg semakin matang? Benarkah kamu cucuku Bima? Apabila sahih aku lega & bahagia. Lega karena gugur di tangan anak Prabu Pandu. Bahagia karena Durpadi menerima pendamping yg pantas & luhur.

Gandamana menerima firasat bahwa inilah saatnya buat meninggalkan segala-galanya dan meletakkan tugas-tugasnya. Generasi baru telah siap menggantikan darmanya. Dan dia yg menggantikan bukan orang lain. Ia adalah cucunya sendiri, anak Prabu Pandudewanata junjungannya. Oleh krena dia rela gugur pada tangan Bima. Dan bahkan Gandamana akan mewariskan ilmu Wungkal Bener & Bandung Bandawasa pada Bima.

Sayembara perang tanding di Negara Cempalaradya masih berlangsung. Seorang brahmana yg mendapat kesempatan naik pada panggung sayembara dan berhadapan menggunakan Gandamana bukanlah orang asal-asalan. Ia mampu mengimbangi kesaktian Gandamana. Bahkan ilmu Wungkal Bener dan Aji Bandung Bandawasa yang sebagai andalan Gandamana tidak bisa membendung serangan lawannya. Oleh karena itu Gandamana mulai terdesak. Apalagi secara fisik umur Gandamana jauh berada di atas lawannya, sebagai akibatnya daya tahannya susut dengan lebih cepat.

Lautan manusia yang masih bertahan pada alun-alun menyaksikan bahwa Gandamana yang gagah perkasa dan sakti mandraguna semakin terdesak oleh lawannya. Perasaan para penonton dibawa ke pada suasana tegang yang semakin memuncak. Tinggal menunggu saatnya, Gandamana terkapar pada atas anjung sayembara yang dibuatnya sendiri.

Gandamana semakin yakin bahwa lawannya yang perkasa ini adalah Bima, anak Pandudewanata. Namun walau pun tahu bahwa yang menyamar menjadi barahmana itu adalah Bima, Gandamana tidak akan menghentikan perang tanding ini. Ia bertekad buat menyelesaikannya. Walau pada akhirnya beliau sendiri yg akan diselesaikan oleh Bima, Gandamana sudah siap.

Firasat yg dirasakan Gandamana semakin bertenaga bahwa inilah saatnya, sampai pada waktunya buat melepaskan tugas pengabdianya buat selamanya. Gandamana diingatkan waktu ketika kegetiran masalalu. Ia tidak pernah menemukan kebahagiaan dalam kedudukkan menjadi patih. Saat Gandamana sebagai patih Hastinapura, dia diperintahkan buat maju perang melawan negara Pringgandani. Di tengah medan perang Gandamana dijebak pada pada luweng sang Trigantalpati dan ditimbun tanah. Trigantalpati kemudian melaporkan pada Prabu Pandudewanata bahwa Gandamana ditawan musuh dan dibunuh. Prabu Pandudewanata kemudian mengangkat Trigantalpati menjadi Patih Hastinapura menggantikan Gandamana.

Gandamana teringat akan masa-masa pengabdianya di negara Hastinapura pada bawah pemerintahan Prabu Pandudewanata, aku sengaja dicelakai, dijerumuskan. Aku dikubur hidup-hayati. Semuanya menjadi gelap aku nir ingat apa-apa.

Syukurlah bahwasannya maut belum mau memelukku. Aku berhasil diselamatkan oleh Yamawidura. Kesehatanku berangsur-angsur menjadi baik. Tetapi aku belum mampu mengingat awal mula insiden yang menimpaku sebelum semuanya sebagai gelap.

Setelah saya pulih aku berniat balik ke Hastinapura buat mengemban tanggung jawabku sebagai patih yg beberapa saat aku tinggalkan. Yamawidura berpesan agar aku nir membalas kejahatan dengan kejahatan. Karena hal itu nir bakal menuntaskan perkara, tetapi justru sebaliknya akan mengakibatkan masalah baru yg tidak berkesudahan misalnya lingkaran setan. Aku pun setuju dengan apa yg diutarakan Yamawidura. Namun buat apa hal itu harus dipesankan kepadaku ketika saya akan pulang ke Hastinapura? Ada apa dibalik pesan itu? Aku memahami bahwa Yamawidura adalah adik prabu Pandu yg bijaksana. Ia mempunyai ketajaman batin yg bisa melihat masa depan dengan sempurna. Oleh karena itu aku ingin segera balik ke Hastinapura buat mengetahui kejadian apa yg bakal terjadi berkaitan menggunakan pesan Yamawidura.

Setibanya pada Hastinapura Gandamana lupa akan pesan Yamawidura. Pikirannya hanya tertuju pada jabatan patih yang ia tinggalkan. Ada kekawatiran dalam dirinya bahwa Prabu Pandudewanata kerepotan mengatur jalannya pemerintahan tanpa kehadiran dirinya. Tetapi ternyata kekawatiran Gandamana tinggalah kekawatiran yang nir buat siapa-siapa kecuali untuk dirinya sendiri. Hastinapura nir rancu, dan Prabu Pandudewanata tidak repot. Semuanya baik-baik saja. Jabatan patih yang ditinggal Gandamana telah diisi sang Trigantalpati. Gandamana naik pitam. Darahnya mengalir sangat cepat disekujur badannya. Pada ketika pasowann agung, Trigantalpati diseret keluar sang Gandamana lalu dihajarnya sampai wajah & badannya mengalami cacat seumur hidup. Tindakan Gandamana dicela oleh Prabu Pandudewanata, dianggap merendahkan prestise raja. Gandamana diusir dari bumi Hastinapura & kembali ke Pancalaradya. Di Pancalaradya Gandamana diangkat menjadi Patih oleh Prabu Durpada kakaknya. Peristiwa lama terulang kembali. Gandamana menghajar Kumbayana sampai menderita cacat seumur hidup.

Gandamana termenung dalam. Kedudukan Patih tidaklah menaruh kebahagiaan, tetapi justru kegetiran. Pengabdian yang nrimo tidaklah cukup, tetapi jperlu disertai menggunakan kewaspadaan terhadap lawan lawan politiknya. Gandamana nir memikirkan itu. Baginya jabatan patih adalah pertanda dan wahana untuk mengabdi negara & melayani masyarakat. Dan Gandamana sudah melakukannya menggunakan baik. Walau hasilnya adalah kegetiran.

Namun kali ini perang tanding melawan cucunya bukanlah sebuah kegetiran. Demikian pula jika wajib mangkat ditangan cucunya. Blesss. Bersamaan dengan selesainya permenungan Gandamana, Kuku Pancanaka ditangan Bima telah menembus dadanya.

Gandamana meninggalkan semuanya termasuk jabatan Patih.

Tidak adal lagi kegetiran, ia beristirahat pada tenang tak pernah mati

(gmbr: Herjaka HS)

Gandamana mengeluh lirih. Pusaka pancanaka yg berujud kuku dengan lembut sudah melesak di dadanya. Benarlah apa yang diduga sebelumnya bahwa seorang berpakaian brahmana yg menjadi lawannya adalah Bima, keliru seseorang trah Bayu yg mempunyai pusaka andalan pancanaka. Gandamana telah terluka, tetapi nir terdapat rasa sakit pada tubuhnya. Ia masih mencoba untuk berdiri gagah dan tegar, namun usahanya nir berhasil bahkan badannya yang tegap mulai menjadi lunglai. Pandangannya sebagai redup dan kabur. Ia merangkul Bima agar tidak jatuh terjerembab. Bima menyambutnya menggunakan keharuan. Ada poly kecenderungan diantara keduanya. Bima dan Gandamana adalah orang yg berwatak jujur, prasaja sederhana apa adanya & mempunyai ketulusan pada menjalankan tugas.

Oleh karena pengabdiannya yang lapang dada, Gandamana tidak merasa sakit pada hatinya jua di sakit pada tubuhnya ketika Kuku Bima melesak pada dadanya pada perang tanding sayembara. Ketulusan hati Gandamana itulah yg membuat cara memandang sebuah kematian pada ketika menjalankan tugas negara berbeda dengan cara padang pada biasanya. Bagi Gandamana tewas pada tugas pada medan laga adalah indah dan mulia. Indah karena dia sudah menyelesaiakan tugasnya menggunakan baik dan sempurna. Mulia lantaran ia gugur dalam saat menjalankan tugas. Kematian misalnya yg dialami Gandamana pula dirasa merupakan pembebasan menurut kegetiran yg selama ini menerpa hayati Gandamana, berkaitan dengan jabatan Patih.

Demikian pulalah Bima. Dengan ikhlas dia menjalani tugas yg diberikan sang eyang Begawan Abiyasa buat mengikuti sayembara pada Pancalaradya demi kakaknya Puntadewa. Jika sayembara dalam hal memanah yg ditugaskan buat maju adalah Arjuna. Sedangkan bila sayembara berupa perang tanding maka Bima lah yang ditugaskan buat mengikuti sayembara. Maka saat sayembara yg semula diadakan merupakan sayembara memanah dan kemudian diteruskan dengan sayembara perang tanding maka Bima lah yang bertugas naik ke panggung sayembara berhadapan melawan Gandamana eyangnya.

Sebagai seorang ksatria pada arena perang tanding menang merupakan adalah pilihan. Dan Bima berhasil memenangkannya, dengan melesakkan pancanaka pada dada Gandamana. Tidak ada sakit hati dan kebencian di sana. Yang terjadi merupakan ketulusan dalam menjalanan tugas. Walaupun pada akhirnya keduanya mendapatkan output yg tidak selaras, Gandamana dan Bima sudah merampungkan tugasnya menggunakan tuntas. Keduanya adalah pahlawan. Bima menjadi pahlawan dikarenakan telah memenangkan peperangan. Sedangkan Gandamana menjadi pahlawan lantaran ia gugur pada tugasnya pada medan perang.

Bima mendekap erat tubuh Gandamana yg mulai dingin & lemas. Dengan tenaga yang masih tersisa Gandamana mencoba menyambut hangat dekapan Bima. Bima meneteskan air mata. Dengan terbata-bata Bima berkata ?Maafkan aku Eyang, maafkan.? Gandamana mengangguk-angguk. Tangannya bergetar lemah membelai ketua Bima buat yang terakhir kali. Bibirnya mengulum senyum tipis pertanda kebanggaan atas sebuah eksklusif yg jujur, berani, teguh, tangguh dan tulus yang dimiliki oleh Bima cucunya.

Berada dalam pelukan Bima, Gandamana merasa hening dan tentram untuk mengakhiri pengabdiannya, bahkan buat mengakhiri hidupnya. Bima memperkokoh posisi kakinya agar kuat menyangga tubuh Gandamana yg semakin berat. Kesadaran Gandamana berangsur-angsur surut seiring menggunakan melemahnya detak jantung & melambatnya aliran darah. Namun dalam residu pencerahan yang paling akhir Gandamana berniat melepaskan 2 aji andalannya yaitu wungkal bener & bandung bandawasa dan mewariskannya pada Bima. Gandamana percaya bahwa Bima bisa menggunakan kedua ilmu sakti tersebut buat memayu-hayuning bawana.

Panggung sayembara damai. Demikian pula samudera insan yang berada pada alun-alun Pancalaradya. Semuanya diam. Bahkan angin pun berhenti bertiup buat sesaat. Semua memberi penghormatan terakhir kepada Gandamana oleh pahlawan Pancalaradya.

Bersamaan berhentinya nafas Gandamana, matanya menutup buat selamanya. Tidak terdapat tugas lagi yg diembannya. Ia beritirahat pada damai

Ana tangis

rayung-rayung

tangise wong wedi mangkat

gedhongana

kuncenana

wong meninggal mangsa wurunga.

Ada tangis

mengharukan

tangisnya orang yg takut mati

walaupun di masukan di gedung

dan dikunci

orang mati nir mungkin dibatalkan

Gandamana telah mati. Gugur pada medan laga. Namun semangat pengabdiannya, keberanian dan kejujuran dan ketulusan hatinya pula kesaktiannya telah diwarisi oleh Bima orang angka 2 dari Pandawa Lima, anak Prabu Panndudewanata.

Herjaka HS

Bimapun memenangkan sayembara, akan tetapi Drupadi tidak menikah menggunakan Bima, melainkan menggunakan Yudistira.

Sunday, February 7, 2021

Kangsa Adu Jago

Kangsa Adu Jago (pedhalangan gaya Yogyakarta)

Latar Belakang :

Pada ketika Prabu Basudewa sedang berburu dihutan didampingi adiknya Haryaprabu Rukma, sangg Prabu menerima firasat buruk. Lalu disuruhnya Rukma buat kembali ke Kraton MAndura. Disaat yang sama, Prabu Gorawangsa yang tahu keraton MAndura sedang ditinggal Basudewa kemudian menyamar menjadi Basudewa & meniduri si Dewi Maerah.

Betapa kagetnya, Rukma waktu beliau menemukan Prabu Basudewa sudah terdapat di Kraton MAndura, lalu terjadilah perng tanding, Prabu Gorawangsa lari.

Kejadian itu kemudian dilaporkan ke Prabu BAsudewa, Prabu basudewa kemudian memutuskan bahwa Dewi Maerah wajib pada hukum tewas pada hutan. Rukma yang diberi tugas tadi nir hingga hati kemudian meninggalkan dewi Maerah pada tengah hutan. Disana Dewi MAerah melahirkan putra raksasa atas bantuan pertapa super besar, Resi KAla.

Di tempat lain Prabu Gorawangsa yang hendak pergi ke Guwabarong bertemu dgn Prabu Pandu, ketika itu terjadi pertempurn & Prabu Gorawangsa mangkat . Setelah dewasa,Kangsa hendak pulang mencari ayahnya & diberi tahu bahwa ayahnya adalah raja mandura, Prabu BAsudewa.

Ditengah bepergian Kangsa bertemu menggunakan MAhapatih GUwabarong, Ditya Kala Suratimantra yang jua adik dari Prabu Gorawangsa. Dan mereka pun kemudian menuju ke MAndura.

Akhirnya Prabu Basudewa bersikap lunak dan menaruh Sengkapura dan mengangkat KAngsa menjadi Prabu Anom. Untuk menghindari hal2 yang nir diinginkan, maka putra-putra mandura diasingkan ke Widarakandang & didik oleh Demang Sagupa

Jejer Sengkapura

Prabu Anom Kangsa dihadap sang Suratimantra. Kangsa sangan risau karena beliau ingin membunuh putra mahkota MAndura, Kakrasana dan NArayana tetapi nir ketemu-ketemu. PAtih Suratimantra mengusulkan mengadakan adu jago untuk memancing putra mahkota keluar dan juga untuk melakukan Coup d'etat.

Jejer Mandura

Prabu Basudewa dihadap Harya Prabu Rukma, Ugrasena dan patih. Yg dibicarakan merupakan ulah kangsa yang meresahkan & jua keamanan putra-putra mandura. Tiba2 datanglah KAngsa diiringi Suratimantra dan mengungkapkan tentang usul adu jago apabila Prabu Basudewa menolak lengser.

Jejer III Adegan Widarakandang

Demang Sagopa dihadap NAryana, Kakrasana, Nyai Sagupi, Udawa dan Dewi Rara Ireng. Kesemuanya membicarakan keadaan MAndura yang semakin gawat setelah Kangsa mengadakan acara adu JAgo. Setelah itu Demang antagopa menaruh masukan-masukan & nasihat kepada para putra MAndura.

Adegan Guwabarong

Suratimantra menyiapkan pasukan raksasa untuk bersiaga di tapal batas kerajaan mandura selama adu jago berlangsung dengan tujuan NArayana & Kakrasana nir lari.

Ditengah Hutan

Para Pandawa sedang menghadap Dewi Kunti bertemu dengan Udawa. & Udawa kemudian menyampaikan maksut kedatangannya buat meminta bantuan Bima menjadi jago Kerajaan Mandura. BIma menyangupi & lalu pulang bersama Arjuna.

Di tengah jalan keduanya dihadang sang super besar menurut Guwabarong yang diperintahkan sang Suratimantra menjada tapal batas kerajaan, namun kesemuanya bisa di kalahkan.

Alun-Alun Mandura

Alun alun telah dipenuhi penonton yang kebanyakan mnengharapkan jago mandura menang. Kangsa mengajukan Suratimantra sebagai JAgonya. & Bima maju sebagai jago MAndura.

Pertempuran sengit terjadi. Berkali2 Suratimantra mati, tubuhnya dimasukkan ke air panguripan lalu hayati lagi.

Di loka lain Arjuan yang sedang manyaksikan pertempuran itu sebagai cemas lantaran Suratimantra selalu hayati terus. Atas NAsehat Semar Arjuna kemudian memasukkan Pusaka Pulanggeninya ke kaldera panuripan tersebut sebagai akibatnya air tadi sebagai air keras.

KAli ini setelah meninggal dan oleh kangsa dimasukkan ke Kawah panguripan yang tterjadi bukannya Suratimantra hidup lagi tapi malah tubuhnya hancur.

Kangsa lalu mengamuk pada alun-alun, & kali ini lawannya adalah Kakrasana & NAryana. Sesudah melalui pertempuran sengit akhirnya kangsa bisa dibunuh oleh Negala dan Cakra milik Baladewa & Kresna.

Para super besar yg tiba menyerang dapat dikalahkan sang Kakrasana, BIma, Arjuna & NArayana.

Adegan Mandura.

Prabu BAsudewa dihadap KAkrasana, Narayana, Bima dan Arjuna. PRabu BAsudewa membicarakan trimakasihnya kepada Bima dan Arjuna yang telah menyelamatkan kerajaan MAndura menurut kekacauan. Dan pula Prabu BAsudewa menyatakan dirinya akan mundur menjadi raja MAndura & diantikan oleh putra mahkota, Kakrasana menggunakan gelar Prabu Baladewa.

Tancep Kayon

sumber : http://www.Pitoyo.Com/

Saturday, February 6, 2021

Setyaki Rabi

Konon prabu Kasendra dari kerajaan Tunjungpura, sangat bersedih hati memikirkan lolosnya putri kerajaan Dewi Karsini. Kepada putra mahkotanya yg bernama raden Kasena, bersama patih Dendabahu diperintahkan buat mengundangkan pengumuman raja, barang siapa bisa menemukan & membawa kembali putri raja Dewi Karsini, raja berkehendak kepadanya akan dijodohkan menggunakan oleh dewi. Raden Kasena beserta patih Dendabahu segera memohon diri, di penghadapan luar mereka segera memerintahkan pada segenap wadyabala Tunjungpura, sebagian dipersiapkan menunggu kerajan, sebagian turut serta mengundangkan kehendak raja, segera mereka berangkat menunaikan tugas masing-masing.

Raja bertemu menggunakan permaisurinya Dewi Warsini, dijelaskan apa yang telah dibicarakan dipertemuan, & tindakan apa yg telah diambilnya, yang tidak lain mengundangkan pada seluruh negeri sayembara, barang siapa bisa menemukan & membawa balik Dewi Karsini, berhak menjadi jodohnya. Segera mereka beserta-sama bojana pada pada ruangan santap kraton.

Syahdan, raja Suwelabumi prabu Kalakambana, sangat senang hatinya akan hasil utusannya, artinya melarikan Dewi Karsini, ucapan terimakasih diberikan kepada embannya yg sudah menunaikan tugas tadi, yg bernama Karendhi. Agaknya Dewi Karsini, tak sudi melayani segala kehendak raja, buat itu raja bermaksud melepaskan maksudnya, harus berhasil merayu Dewi Karsini, kepada segenap wadyabala Suwelabumi, diperintahkan buat berjaga-jaga, jangan sampai kemasukan prajurit-prajurit berdasarkan lain kerajaan, yg tiba sengaja akan merongrong kewibawaan ratu,mereka berangkat menunaikan tugas masing-masing. Adapun raja Kalakambana, masuk ke dalam istana bermaksud akan menemui Dewi Karsini. Perjalanan wadyabala Suwelabumi, yg dipimpin oleh pandu bepergian, kyai Togog & Sarawita, dipertengahan perjalanan, bertemu dengan prajurit-prajurit Tunjungpura, terjadilah perselisihan pendapat, & akhirnya mereka berperang. Wadyabala Suwelabumi, juga wadyabala Tunjungpura, ke 2-duanya menghindar peperangan, sebagai akibatnya terlerailah buat ad interim.

Di praja Madukara, raden Janaka mengungkapkan pada istrinya, bahwa telah didengarnya, putri Tunjungapura hilang dari loka peraduannya. Sayembara sudah diundangkan, barang siapa bisa menemukan dan membawanya kembali, akan diperjodohkan dengan sang dewi. Raden Janaka berpamitan, buat pergi mencarinya, sang istri meluluskan maksud raden Janaka, mereka berangkat beserta kyai Semar, Nalagareng, & Petruk. Di tengah hutan, raden Janaka bertemu dengan wadyabala Suwelabumi, terjadilah perselisihan dan peperangan. Para raksasa dari Suwelabumi dapat ditumpas kesemuanya, raden Janaka dengan diiringi para panakawan, melanjutkan perjalanannya.

Di kahyangan Jonggringsalaka, hyang Girinata bersabda kepada hyang Narada & hyang Yamadipati, bahwasanya pada raden Setyaki yang sedang menggentur tapa di tepi sungai Silugangga, akan diberi pemberian senjata sakti nerujud gada, dam dijelaskannya pula bahwa kelak dikemudian hari, raden Setyaki akan diperjodohkan dengan putri Tunjungpura. Hyang Narada menggunakan diiringi hyang Yamadipati segera bermohon diri, buat turun ke nreyapada menunaikan tugasnya.

Tresebut raden Setyaki yg sedang bertapa ditepian sungai Silugangga, selama 40 hari mengerjakan tapabrata, manakala air sungai Silugangga pasang, terjepitlah raden Setyaki dalam batu yg sangat akbar, tak lain yg dikerjakan hanya mengaduh kesakitan.

Datanglah hyang Narada beserta hyang Yamadipati, bersabda mereka datang menemuinya, buat menunaikan sabda Girinata, menghadiahkan senjata sakti berujud sebuah gada. Diterimanya hadiah ilahi berujud gada, seketika itu pula bertambahlah kekuatannya raden Setyaki, sebagai akibatnya batu yg selama 40 hari menjepitnya, menggunakan mudah bisa ditendang, bebaslah sudah adri jepitan batu-batu. Segeralah raden Setyaki menyembah kepada hyang Narada & hyang Yamadipati, bahkan dijelaskannya oleh para tuhan, bahwa dijelaskannya sang para dewa, bahwa kelak kemudian hari raden Setyaki akan diperjodohkan menggunakan putri Tunjungpura yg bernama Dewi Karsini. Hendaknya ini diketahui, & bahwasanya keadaan Dewi Karsini ditawan sang raja Suwelabumi, yg telah berhasil melarikan oleh dewi, menurut loka peraduannya. Setelah tugas terselesaikan, hyang Narada & hyang Yamadipati pergi ke kahyangan, raden Setyaki segera berangkat mencari Dewi Karsini.

Raden Janaka pada perjalanannya menuju palacakan hilangnya Dewi Karsini, bertemu dengan putra mahkota kerajaan Tunjungpura, raden Kasena. Setelah berkenalan, & berbincang-bincang, raden Janaka berpamitan, buat mencari Dewi Karsini, adapun raden Kasena melanjutkan tugasnya, malapor balik pada ayahandanya raja Tunjungpura.

Prabu Kalakambana menerima laporan kyai lurah Togog & Sarawita, bahwasanya wadyabala Suwelabumi meninggal oleh ksatriya Madukara, bernama raden Janaka. Selagi mereka berbincang-bincang, terdengarlah bunyi menggelegar, menantangnya buat berkelahi. Prabu Kalakambana marah, & keluar, segera mereka campuh prang. Raden Janaka bisa digertaknya, sebagai akibatnya terbucang jauh dari peperangan. Prabu Kalakambana segera masuk ke dalam kraton, buat menemui Dewi Karsini, akan tetapi sangat terperanjat hatinya, melihat ada seseorang ksatriya sudah mendapinginya, yang tak lain raden Setyaki. Prabu Kalakambana tidak dapat lagi menguasai dirinya, sehingga peperangan menggunakan raden Setyaki terjadi juga. Raden Setyaki segera menghantamkan gada sakti anugerah ilahi, ke tubuh prabu Kalakambana, & matilah raja Suwelabumi dari tangan raden Setyaki. Kepada Dewi Karsini, yg sudah menyanggupkan diri, bersedia diperistri raden Setyaki, segera diantarkan pulang ke kerajaan Tunjungpura,buat diserahkan pada raja Kasendra. Adapun wadyabala Suwelabumi yg mengetahui rajanya mangkat , mengejar raden Setyaki.

Didalam perjalanannya menuju ke kerajaan Tunjungpura, raden Setyaki dan Dewi Karsini bertemu dengan saudaranya yg bernama raden Kasena, amat sukalah mereka. Tak usang datanglah raden Janaka, yang menanyakan pada raden Setyaki, siapakah gerangan perempuan yg disampingnya. Dijawabnya tidak lain merupakan saudaranya raden Kasena, putri Tunjungpura, Dewi Karsini. Kepadanya, raden Janaka menyebutkan, bahwa dialah yg diminta bantuanya buat mendapatkan, menyerahkan kembali Dewi Karsini, persesuian pendapat tak terdapat. Sehingga terjadilah peperangan, antara raden Setyaki & raden Janaka.

Selagi mereka berkelahi, saudara-saudaranya raden Janaka, tampak antaranya raden Wrekodara, jua terlihat sri Kresna, datang melerainya. Dijelaskannya oleh Kresna, Janaka hendaknya mendapat kenyataan, bahwasanya Setyaki adalah jodohnya Dewi Karsini, sri Kresna segera memerintahkan kepada raden Setyaki beserta-sama Dewi Karsini, buat segera berangkat menuju kerajaan Tnjungpura, diikuti oleh patih Dendabahu dan raden Kasena. Kedatangan mereka dikerajaan Tujungpura, disambut menggunakan kebahagiaan oleh raja Kasendra, ucapan terimakasih ditujukan kepada sri Kresna, khususnya pada raden Setyaki. Sesuai dengan sayembara yang diundangkan, raden Setyaki tetap dijodohkan menggunakan Dewi Karsini. Selagi mereka bersuka-ria, wadyabala menurut kerajaan Suwelabumi tiba menyerang raden Setyaki & raden Kasena memmukulnya, sebagai akibatnya wadyabala musuh kocar-kacir,amanlah sudah kerajaan Tujungpura dari ancaman musuh. Seluruh rakyat iastana Tunjungpura, bersuka-ria, berpesta-pora.

Home Furniture Store