Sunday, January 3, 2021

KEBUDAYAAN JAMBI

KEBUDAYAAN  JAMBI

contoh motif ragam hias fauna untuk baju KEBUDAYAAN JAMBI
    KEBUDAYAAN  JAMBI

contoh motif ragam hias fauna untuk baju - 1.    JAMBI : SYMBOL OF SUMATERA

Tanpa kita sadari, ternyata sebagian akbar kekayaan alam Sumatera itu berada di Propinsi Jambi. Kita boleh berbangga, coba kita bandingkan dengan bebarapa Propinsi lainnya yang terdapat di Sumatera bahkan Indonesia, aku konfiden tidak terdapat satupun Propinsi yang memiliki empat wilayah Taman Nasional dalam satu wilayah Propinsi selain Propinsi Jambi. Kita memiliki Taman Naisonal Berebak, Taman Nasional Bukit Tigapuluh, Taman Nasional Bukit Duabelas, dan Taman Nasional Kerinci Seblat. Tentunya sebagian besar kekayaan alam Sumatera tersimpan pada Taman Nasional ini.

           Jambi memiliki vegetasi alam yg lengkap mulai menurut vegetasi hutan mangrove pada wilayah Taman Nasional Berebak, sampai vegetasi hutan dataran tinggi di Taman Nasional Kerinci Seblat yg pada dalamnya tersimpan flora dan hewan asli Sumatera. Keberadaan Taman Nasional ini saat ini menjadi benteng terakhir bagi keberlangsungan hidup satwa langka asli Sumatera seperti Harimau Sumatera, Badak Sumatera, Gajah Sumatera & satwa-satwa langka lainnya. Sehingga telah sepantasnya Propinsi Jambi kita sebut symbol of Sumatera bagi kekayaan tanaman & hewan-nya.

Model ragam hias hewan

2.    INTRODUKSI BAHASA DALAM BAHASA JAMBI

             Bahasa Jambi umumnya nir jauh beda menggunakan bahasa melayu lainnya. Selain mempunyai karakteristik spesial tersendiri, bahasa Jambi pula nir lepas dari dampak bahasa luar daerah yg ikut membangun bahasa Jambi itu sendiri.

             Sebagai model, ketika orang Jambi menyebut kata ?Bola? Yang pada bahasa Jambi diklaim menggunakan istilah ?Bal?. Ini adalah introduksi menurut bahasa asing yang sebagaimana kita ketahui bahwa orang Inggris jua menyebutnya dengan kata ?Ball?. Demikian jua dengan mengungkapkan pintu, yg pada bahasa Jambi pada sebut ?Lawang?, istilah ini kemungkinan introduksi berdasarkan bahasa Jawa pada masa kemudian yg kemudian membaur menggunakan bahasa Jambi..

            Introduksi bahasa adalah bagian dari akulturasi budaya. Ini wajar terjadi, apalagi menggunakan pesatnya arus teknologi dewasa ini. Kemungkinan akan masuknya dampak bahasa luar ke Jambi akan semakin besar . Setidaknya dengan adanya introduksi bahasa luar ke dalam bahasa Jambi, kita harapkan bahasa Jambi itu sendiri tidak kehilangan identitasnya..

3.    PAKAIAN ADAT MELAYU JAMBI

A.    Busana Tradisional Melayu Jambi

Suku Melayu Jambi merupakan sebutan bagi orang-orang Melayu yang mendiami daerah sepanjang sungai Batang Hari, propinsi Jambi. Dalam berbusana kaum perempuan sehari-hari pada awalnya hanya dikenal dengan kain & baju tanpa lengan. Sedangkan kaum prianya mengenakan celana setengah ruas yang melebar pada bagian betisnya dan umumnya berwarna hitam, sehingga lebih leluasa geraknya dalam melakukan aktivitas seharihari. Pakaian buat pria ini dilengkapi dengan kopiah menjadi epilog kepala. Pada perkembangan berikutnya dikenal adanya sandang tata cara. Pakaian adat ini lebih mewah daripada pakaian sehari-hari yg dihiasi dengan sulaman benang emas & pemakaian perhiasan menjadi pelengkapnya.

B.    Pakaian Adat Pria

Laki-laki suku Melayu Jambi pada berpakaian tata cara mengenakan lacak di kepalanya.Lacak ini terbuat dari: kain beludru warna merah yg diberi kertas tebal di dalammnya supaya menjadikannya keras. Tutup kepala ini mempunyai dua bagian yang menjulang tinggi, dengan julangan yg lebih tinggi dalam bagian depannya. Sebagai hiasan masih ada lukisan tanaman berdasarkan daun, tangkai clan bunga yang akan mekar. Bagian pinggir sebelah kanan diberi lukisan tali runci, yang diimbangi sang penempatan bungo runci di sebelah kiri. Bungo runci ini berwarna putih dirangkai dengan benang, bisa berupa bunga orisinil atau tiruannya. Bajunya dianggap baju kurung tanggung berlengan panjang. Disebut tanggung karena panjangnya hanya sedikit pada bawah siku tidak sampai ke pergelangan tangan. Hal ini mengandung makna seseorang wajib tangkas clan cekatan pada mengerjakan sesuatu pekerjaan. Bahannya terbuat menurut beludru warna merah diberi sulaman benang emas.Bagian tengahnya masih ada motif kembang bertabur atau kembang tagapo dan kembang melati, sedang bagian pinggirnya bermotifkan kembang berangkai atau pucuk rebung. Penutup bagian bawah disebut cangge (celana). Bahannya masih berdasarkan beludru yg dilengkapi menggunakan tali menjadi ikat pinggang. Sudah menjadi kebiasaan pada daerah Jambi mengenakan kain sarung songket yg dililitkan di pinggul. Tutup dadanya diklaim teratai dada, karena bentuknya seperti bunga teratai dipasang melingkar leher sebagai akibatnya menyerupai kerah. Kedua tangan dihiasi gelang kilat bahu terbuat menurut logam celupan berlukiskan naga kuning. Lukisan naga ini mengandung makna apabila seseorang sudah diberi kekuasaan janganlah diganggu. Dikenakan jua selempang yang menyilang badan terbuat berdasarkan songket warna merah keungu-unguan sebagai pasangan kain sarung menggunakan motif bunga berangkai clan beranting. Bagian pinggangnya dihiasi dengan selendang tipis warna merah jambu yang pada ujung ujungnya diberi umbai-umbai warna kuning. Untuk memperkuat bagian pinggang ini digunakan pending berupa rantai dengan sabuk sebagai kepala terbuat berdasarkan logam. Kelengkapan lainnya merupakan keris clan selop. Biasanya diselipkan pada perut menyerong ke kanan melambangkan kebesaran sekaligus buat berjaga-jaga. Sedangkan selop atau alas kaki yg berbentuk setengah sepatu berfungsi buat melindungi kaki saat berjaalan.

C.    Pakaian Adat Wanita

Busana buat perempuan terdiri berdasarkan kain sarung songket clan selendang songket warna merah. Bajunya diklaim baju kurung tanggung bersulam benang emas menggunakan motif hiasan bunga melati, kembang tagapo, dan pucuk rebung. Tutup kepalanya diklaim pesangkon yg terbuat dari kain beludru merah menggunakan bagian dalam diberi kertas karton supaya keras. Ada pula yang menyebut duri pandan lantaran dalam bagian depan tutup kepala ini diberi hiasan dari logam berwarna kuning berbentuk duri pandan. Untuk lebih memperindah diberi sulaman emas menggunakan motif bunga melati pecah. Kelengkapan busana perempuan lebih banyak dibandingkan dengan yang dikenakan oleh laki-laki . Pada perempuan dikenakan anting-anting atau antan menggunakan motif kupu-kupu atau gelang banjar. Kalungnya terdiri berdasarkan 3 jenis, yaitu kalung tapak, kalung jayo atau kalung bertingkat & kalung rantai sembilan. Pada jari-jarinya terpasang cincin pacat kenyang & cincin kijang atau capung. Jumlah gelang yang dipakai pun lebih poly meliputi gelang kilat bahu masing-masing lengan 2 butir. Masih ditambah dengan gelang kano, gelang ceper & gelang kitab beban. Kesemuanya di pasang di lengan. Khusus buat gelang buku beban bahannya asal dari permata putih. Sementara buat kaki dikenakan gelang nago betapo dan gelang ular melingkar. Disebut demikian lantaran bentuknya yang menyerupai naga dalam dongeng sedang tidur clan ular yang melingkar membangun bulatan. Sedangkan unsur-unsur kelengkapan yang lain seperti teratai dada (tutup dada), pending dan sabuk (ikat pinggang), selendang, & selop hampir sama dengan yg dikenakan pria. Bedanya bentuk motif yang lebih besar pada teratai dada & pending.

- contoh ragam hias tumbuhan beserta asalnya

4.    RUMAH ADAT JAMBI

Orang Batin merupakan keliru satu suku bangsa yang terdapat di Provinsi Jambi. Sampai kini orang Batin masih mempertahankan adat istiadat yang diwariskan oleh nenek moyang mereka, bahkan peninggalan bangunan tua pun masih sanggup dinikmati keindahannya dan masih digunakan hingga sekarang.

Konon kabarnya orang Batin berasal menurut 60 tumbi (keluarga) yg pindah berdasarkan Koto Rayo. Ke 60 keluarga inilah yg adalah berasal mula Marga Batin V, dengan 5 dusun asal. Jadi wilayah Marga Batin V itu berarti kumpulan 5 dusun yang asalnya menurut satu dusun yang sama. Kelima dusun tadi adalah Tanjung Muara Semayo, Dusun Seling, Dusun Kapuk, Dusun Pulau Aro, dan Dusun Muara Jernih. Daerah Margo Batin V sekarang masuk daerah Kecamatan Tabir, dengan ibukotanya pada Rantau Panjang, Kabupaten Sorolangun Bangko.

Pada awalnya orang Batin tinggal berkelompok, terdiri berdasarkan lima kelompok berasal yg menciptakan 5 dusun. Salah satu perkampungan Batin yang masih utuh hingga kini merupakan Kampung Lamo pada Rantau Panjang. Rumah-tempat tinggal di sana dibangun memanjang secara terpisah, berjarak sekitar dua m, menghadap ke jalan. Di belakang rumah dibangun lumbung loka menyimpan padi.

Pada umumnya mata pencaharian orang Batin merupakan bertani, baik di ladang maupun pada sawah. Selain itu, mereka juga berkebun, mencari hasil hutan, mendulang emas, & mencari ikan pada sungai.

Bentuk Rumah

Rumah tinggal orang Batin disebut Kajang Lako atau Rumah Lamo. Bentuk bubungan Rumah Lamo misalnya perahu dengan ujung bubungan permukaan melengkung ke atas. Tipologi rumah lamo berbentuk bangsal, empat persegi panjang dengan ukuran panjang 12 m dan lebar 9 m. Bentuk empat persegi panjang tadi dimaksudkan buat mempermudah penyusunan ruangan yang diubahsuaikan menggunakan manfaatnya, & dipengaruhi jua sang hukum Islam.

Sebagai suatu bangunan loka tinggal, rumah lamo terdiri menurut beberapa bagian, yaitu bubungan/atap, kasau bentuk, dinding, pintu/ventilasi, tiang, lantai, tebar layar, penteh, pelamban, & tangga.

- contoh ragam hias tumbuhan yg mudah digambar

Bubungan/atap biasa juga diklaim dengan 'gajah mabuk,' diambil menurut nama pembuat rumah yg kala itu sedang mabuk cinta tetapi tidak mendapat restu berdasarkan orang tuanya. Bentuk bubungan dianggap jua lipat kajang, atau potong jerambah. Atap dibentuk menurut mengkuang atau ijuk yg dianyam kemudian dilipat 2. Dari samping, atap rumah lamo kelihatan berbentuk segi tiga. Bentuk atap misalnya itu dimaksudkan buat mempermudah turunnya air bila hari hujan, mempermudah sirkulasi udara, & menyimpan barang.

Kasau Bentuk merupakan atap yang berada pada ujung atas sebelah atas. Kasau bentuk berada pada depan dan belakang tempat tinggal , bentuknya miring, berfungsi buat mencegah air masuk bila hujan. Kasou bentuk dibuat sepanjang 60 cm & selebar bubungan.

Dinding/masinding rumah lamo dibuat dari papan, sedangkan pintunya terdiri berdasarkan tiga macam. Ketiga pintu tersebut adalah pintu tegak, pintu masinding, & pintu kembali melintang. Pintu tegak berada pada ujung sebelah kiri bangunan, berfungsi menjadi pintu masuk. Pintu tegak dibuat rendah sehingga setiap orang yg masuk ke tempat tinggal harus menundukkan kepala sebagai indikasi hormat kepada si empunya rumah. Pintu masinding berfungsi sebagai jendela, terletak pada ruang tamu. Pintu ini bisa dipakai untuk melihat ke bawah, menjadi ventilasi terutama pada saat berlangsung upacara norma, dan buat mempermudah orang yg ada pada bawah buat mengetahui apakah upacara tata cara telah dimulai atau belum. Pintu pulang melintang adalah jendela masih ada pada tiang kembali melintang. Pintu itu dipakai sang pemuka-pemuka adat, alim ulama, ninik mamak, & cerdik pintar.

Adapun jumlah tiang rumah lamo adalah 30 terdiri berdasarkan 24 tiang primer dan 6 tiang palamban. Tiang utama dipasang dalam bentuk enam, dengan panjang masing-masing 4,25 m. Tiang primer berfungsi menjadi tiang bawah (tongkat) & sebagai tiang kerangka bangunan.

Lantai tempat tinggal tata cara dusun Lamo pada Rantau Panjang, Jambi, dibuat bartingkat. Tingkatan pertama diklaim lantai primer, yaitu lantai yg masih ada di ruang pulang melintang. Dalam upacara tata cara, ruangan tersebut nir bisa ditempati oleh sembarang orang karena dikhususkan buat pemuka adat. Lantai utama dibentuk berdasarkan belahan bambu yang dianyam dengan rotan. Tingkatan selanjutnya disebut lantai biasa. Lantai biasa pada ruang balik menalam, ruang tamu biasa, ruang gaho, dan pelamban.

Tebar layar, berfungsi sebagai dinding & penutup ruang atas. Untuk menunda tempias air hujan, terdapat pada ujung sebelah kiri dan kanan permukaan bangunan. Bahan yg digunakan adalah papan.

Penteh, adalah tempat buat menyimpan terletak di permukaan bangunan.

Bagian rumah selanjutnya adalah pelamban, yaitu bagian tempat tinggal terdepan yg berada di ujung sebelah kiri. Pelamban merupakan bangunan tambahan/misalnya teras. Menurut adat setempat, pelamban dipakai menjadi ruang tunggu bagi tamu yg belum dipersilahkan masuk.

Sebagai ruang panggung, tempat tinggal tinggal orang Batin memiliki 2 macam tangga. Yang pertama adalah tangga primer, yaitu tangga yg masih ada pada sebelah kanan pelamban. Yang ke 2 merupakan tangga penteh, digunakan buat naik ke penteh.

Susunan dan Fungsi Ruangan

Kajang Lako terdiri berdasarkan 8 ruangan, mencakup pelamban, ruang gaho, ruang masinding, ruang tengah, ruang pulang melintang, ruang kembali menalam, ruang atas/penteh, dan ruang bawah/bauman.

Yang dianggap pelamban adalah bagian bangunan yg berada di sebelah kiri bangunan induk. Lantainya terbuat dari bambu belah yg telah diawetkan dan dipasang relatif jarang buat mempermudah air mengalir ke bawah.

Ruang gaho adalah ruang yang masih ada pada ujung sebelah kiri bangunan dengan arah memanjang. Pada ruang gaho terdapat ruang dapur, ruang tempat air dan ruang loka menyimpan.

Ruang masinding adalah ruang depan yg berkaitan menggunakan masinding. Dalam musyawarah norma, ruangan ini digunakan untuk loka duduk orang biasa. Ruang ini spesifik buat kaum pria.

Ruang tengah adalah ruang yang berada di tengah-tengah bangunan. Antara ruang tengah dengan ruang masinding tidak memakai dinding. Pada saat pelaksanaan upacara adat, ruang tengah ini ditempati oleh para wanita.

Ruangan lain pada tempat tinggal tinggal orang Batin merupakan ruang balik menalam atau ruang dalam. Bagian-bagian menurut ruang ini adalah ruang makan, ruang tidur orang tua, & ruang tidur anak gadis.

Selanjutnya merupakan ruang balik malintang. Ruang ini berada di ujung sebelah kanan bangunan menghadap ke ruang tengah & ruang masinding. Lantai ruangan ini dibentuk lebih tinggi daripada ruangan lainnya, lantaran dipercaya sebagai ruang primer. Ruangan ini tidak boleh ditempati sang sembarang orang. Besarnya ruang kembali melintang merupakan 2x9 m, sama menggunakan ruang gaho.

Rumah lamo juga memiliki ruang atas yg dianggap penteh. Ruangan ini berada pada atas bangunan, digunakan buat menyimpan barang. Selain ruang atas, pula ada ruang bawah atau bauman. Ruang ini nir berlantai dan tidak berdinding, digunakan buat menyimpan, mengolah dalam saat terdapat pesta, dan kegiatan lainnya.

Ragam Hias

Bangunan tempat tinggal tinggal orang Batin dihiasi dengan beberapa motif ragam hias yg berbentuk ukir-ukiran. Motif ragam hias pada sana merupakan tumbuhan (tumbuh-flora) dan fauna (hewan).

Motif tanaman yang digunakan dalam ragam hias diantaranya merupakan motif bungo tanjung, motif tampuk manggis, dan motif bungo jeruk.

Motif bungo tanjung diukirkan pada bagian depan masinding. Motif tampuk manggis pula di depan masinding & pada atas pintu, sedang bungo jeruk di luar rasuk (belandar) & pada atas pintu. Ragam hias menggunakan motif tanaman dibentuk berwarna.

Ketiga motif ragam hias tersebut dimaksudkan buat memperindah bentuk bangunan & menjadi citra bahwa pada sana banyak terdapat tumbuh-tumbuhan.

Adapun motif hewan yang digunakan dalam ragam hias adalah motif ikan. Ragam hias yang berbentuk ikan sudah distilir ke dalam bentuk daun-daunan yg dilengkapi menggunakan bentuk sisik ikan. Motif ikan dibentuk nir berwarna dan diukirkan pada bagian bendul gaho serta pulang melintang.

B. Rumah Tuo

Identitas Rumah Tuo

Jambi pernah berada pada masa-masa gundah pencarian identitas diri. Bahkan, gubernur sampai wajib menyelenggarakan sayembara buat memastikan tempat tinggal tata cara macam apa buat dijadikan identitas negeri "Sepucuk Jambi Sembilan Lurahdanquot; ini.

Jambi agak unik dibandingkan dengan daerah-daerah lain di Nusantara. Jika banyak rumah adat daerah lain mulai menghilang seiring dengan kemajuan zaman, masyarakat Jambi justru tengah menikmati eforia membangun rumah-rumah berarsitektur  adat Sebenarnya, kegairahan ini sudah dimulai sejak tahun 1970-an, tatkala Pemerintah Provinsi Jambi menetapkan konsep arsitektur rumah yang menjadi ciri khas Jambi. Gambaran jelas tentang wujud rumah adat tersebut dapat kita temukan saat bertandang ke kompleks Kantor Gubernur Jambi di Telanaipura, Kota Jambi.

Tepat dalam sisi kanan bangunan kantor kita akan temukan tempat tinggal adat bertiang, berwarna hitam, lengkap dengan tanduk kambing bersilang ke dalam dalam ujung atapnya. Bangunan dengan arsitektur ini merupakan output sayembara yang dimenangi keliru seorang arsitek, yg juga pejabat daerah setempat.

Dalam penelusuran Kompas di sebuah permukiman tertua di Jambi belum lama ini, diperoleh data bahwa dari sinilah sesungguhnya identitas Jambi melalui rumah adatnya terkuak. Permukiman ini berlokasi pada Dusun Kampung Baru, Kelurahan Rantau Panjang, Kecamatan Tabir, Kabupaten Merangin, Jambi.

Masih masih ada 60-an tempat tinggal tata cara berusia lebih kurang 600 tahun di sana. Permukiman tertua itu dikelilingi ratusan tempat tinggal tata cara sejenis, namun usia rumah-rumah tersebut telah jauh lebih belia. Sangat mengagumkan, betapa warga setempat masih sangat menghargai warisan tata cara leluhurnya.

Rumah Jambi identik dengan adat Melayu Kuno. Di pada rumah tergambar tentang hubungan insan dalam sebuah famili inti, famili besar , & warga . Ada penghormatan terhadap nini mamak, agunan perlindungan bagi anak-anak, hayati berkecukupan pada keluarga, dan keharmonisan sosial dalam warga . Di sini, etika hidup pun sangat dijunjung.

Rumah tertua pada sana diklaim Rumah Tuo milik Umar Amra (67), keturunan ke-13 menurut Undup Pinang Masak. Ia adalah galat seorang bangsawan Melayu Kuno yg pengusiran menurut Desa Kuto Rayo, Tabir. Rumah bertiang ini masih kokoh meski tiang-tiang & kerangkanya menurut kayu kulim, yang sangat keras dagingnya itu, telah berusia 600 tahun.

Menurut pemiliknya, rumah ini dulunya dibangun atas hasil kesepakatan & gotong royong dari semua anggota famili akbar. "Ada 19 famili pelarian berdasarkan Kuto Rayo yg bersama- sama membentuk rumah ini. Setelah jadi satu tempat tinggal , mereka beserta-sama membangun tempat tinggal keluarga yg lain. Begitu seterusnya sampai tuntas dibangun 19 tempat tinggal ," paparnya.

Kesepakatan para leluhur menetapkan 20 tiang dipancang buat menegakkan sebuah rumah. Atapnya semula berdasarkan daun rumbia, tetapi kini sudah berganti seng. Kolong rumah jadi gudang penyimpanan kayu bakar buat mengolah & loka ternak.

Rumah tuo melebar tampak berdasarkan muka, menggunakan 3 ventilasi besar yg selalu dibuka pemiliknya hingga sore. Begitu cermatnya nenek moyang mereka, sampai-sampai etika diatur melalui penataan ventilasi.

Etika bertamu diatur oleh aturan istiadat. Tamu yang bertandang akan masuk ke tempat tinggal lewat tangga pada sebelah kanan. Untuk tamu yang masih bujang, panggilan anak pria belum menikah yang hendak bertamu, hanya boleh duduk sampai batas jendela paling kanan. Artinya, beliau hanya boleh duduk paling dekat pintu masuk & tidak boleh lebih ke pada lagi.

Sedangkan yang dapat duduk sedikit lebih pada, setidaknya hingga ke batas ventilasi kedua, adalah bujang dari keluarga akbar alias punya ikatan famili menggunakan pemilik rumah. Yang dapat masuk ke rumah hingga ke bagian dalamnya merupakan kaum laki-laki yang sudah menikah dan kaum wanita.

- contoh lukisan figuratif

Bilik melintang dalam sisi dalam yg paling kiri merupakan wilayah spesifik bagi tetua kampung atau tamu kehormatan. Panjang bilik lebih kurang empat meter. Pada program-acara rembuk warga , mereka yg duduk pada bilik melintang akan bisa melihat seluruh tamu, atau tamu-tamu yang baru akan masuk tempat tinggal melalui tangga.

Satu Bilik

Rumah tata cara Jambi hanya mempunyai satu bilik sebagai ruang tidur. Ini dimaksudkan ada kebersamaan, termasuk saat beristirahat, pula pada satu ruang. Tetapi, sebagian besar warga pada sana lebih menentukan tidur bersama di ruang tamu karena tempatnya lebih luas.

Rumah tuo dibangun tidak hanya sebagai loka hunian, namun pula menjadi jaminan akan keberlangsungan hayati keluarga dan keturunannya. Terdapat lumbung-lumbung padi pada bagian belakang tempat tinggal . Satu famili bisa memiliki 2 hingga 3 lumbung yang menyimpan berton-ton gabah output panen, & tahan selama puluhan tahun. Selama itu masyarakat setempat tak pernah kekurangan pangan.

Sejumlah peralatan tradisional juga masih ditemukan pada sana. Ada ambung terbuat menurut anyaman rotan, dipakai untuk mengangkut hasil tanaman , selalu dipanggul di belakang punggung. Makanan dinikmati beserta menurut tapan, bakul nasi yang pula dari output anyaman. Sedangkan alat-alat dari kayu-kayuan merupakan lesung, dan wadah penjelasan yang biasa mereka sebut lampu Aladin.

- ragam hias figuratif wikipedia

Menurut Rio Kasim, pemangku adat setempat, rumah-tempat tinggal tersebut dibangun oleh para eksodan rakyat Melayu Kuno yang sebelumnya menempati kampung lain di kecamatan yg sama. Tujuannya mencari tempat kondusif.

Permukiman ini kemudian semakin berkembang. Namun, pada perkembangannya, rakyat tetap menjaga kelestarian rumah istiadat. Warga yang hendak membentuk rumah baru jua mengacu pada arsitektur istiadat setempat. Hanya saja kayu yg digunakan nir lagi kayu kulim karena telah semakin langka.

- contoh gambar figuratif

Meski terkesan nir jauh tidak selaras menurut arsitektur tempat tinggal tata cara Minang, karakteristik spesial rumah tata cara Jambi dapat ditemukan dalam sudut atapnya yang dipasang tanduk kambing, yaitu kayu bersilang menghadap ke pada. Tanda ini mengindikasikan rumah tersebut mempunyai nini mamak menjadi pengayom.

Umar Amra membicarakan, tak terdapat impian berdasarkan dirinya buat mengubah wujud tempat tinggal , kecuali mengganti atapnya sebagai seng, sekadar alasan kepraktisan. "Kalau atap menurut rumbia wajib diganti terus tiap dua atau 3 tahun sekali. Seng lebih awet," tuturnya.

Ia mengaku bangga menggunakan tempat tinggal yg dimilikinya. Rumah yang masih kokoh ditempati bersama istri dan anak-anaknya tersebut kini tak jarang menjadi tempat studi kalangan mahasiswa, peneliti, atau pejabat wilayah yg ingin mengenal lebih jauh mengenai rumah norma Jambi.

Setiap kali memasuki permukiman rumah tua itu, kita seakan kembali ke masa kemudian. Keklasikan rumah-rumah yang saling berderet, lengkap menggunakan cara hidup dan tradisi masyarakatnya, sungguh memberi kesempurnaan akan citra norma Jambi. Di sinilah bukti diri Jambi kami dapatkan.

5.    SELOKO DALAM MASYARAKAT ADAT JAMBI

Apa itu seloko tata cara? Saya konfiden masih poly generasi muda Jambi yg belum tau dan penasaran. Padahal sebagai generasi penerus (generasi muda), kita harus buat mempelajarinya agar budaya Seloko pada bumi Sepucuk Jambi Sembilan Lurah ini nir terancam punah.

Seloko yg dalam bahasa Indonesia berarti seloka atau pepatah atau dengan istilah lain mampu pula disebut sebagai petuah istiadat. Di Jambi, Seloko adat ini adalah bagian dari tuntunan bermasyarakat yang memiliki nilai-nilai yg mengatur kehidupan masyarakat tata cara Jambi itu sendiri.

Sebagai contoh, pada hal pengambilan keputusan dalam pemerintahan, seloko istiadat Jambi mengungkapkan ?Berjenjang naik bertanggo turun, turun dari takak nan pada atas, naik dari takak nan pada bawah? Seloko norma tersebut memiliki pengertian bahwa pada pengambilan keputusan masih ada tingkatan-tingkatan pengambilan keputusan,. Mulai berdasarkan pengambil keputusan tertinggi ?Alam nan Berajo? Hingga pengambil keputusan di tingkat paling bawah ?Anak nan Berbapak, Kemenakan nan Bermamak?.

Selanjutnya, begitu juga dalam hal bekelompok atau berorganisasi, di pada rakyat Jambi mengenal nilai-nilai kegotong-royongan, hal ini tergambar pada seloko istiadat ?Ringan samo dijinjing, berat samo dipikul, ke bukit samo mendaki, ke lurah samo menurun, malang samo merugi, belabo samo mendapat?. Dalam berorganisasi ini, juga senantiasa mengacu pada nilai-nilai kemufakatan. Banyak seloko adat Jambi yg menggambarkan pentingnya bermufakat dalam berorganisasi, diantaranya ?Bulat aek dek pembuluh, bundar kato dek konsensus, Kato sorang kato bapecah kato besamo kato mufakat, duduk sorang besempit-sempit duduk besamo belapang-lapang?.

Beberapa Seloko istiadat ini juga mengatur dalam hal pergaulan sehari-hari. ?Bejalan Peliharo kaki, jangan hingga tepijak kanti, becakap peliharo lidah, jangan hingga kanti meludah, jangan menggunting kain pada lipatan, menohok kawan seiring?.

                 Seloko norma ini berfungsi sebagai penuntun buat berbuat baik bagi masyarakat Jambi. Di dalamnya terkandung nilai-nilai kebaikan. Itulah mengapa Seloko Adat tidak mampu lepas dari keseharian masyarakat Jambi. Orang Jambi sering pula menyebutnya sebagai pepatah-petitih/ petuah tata cara.

                 Sebagai epilog terdapat sebuah seloko yang ingin saya sajikan:

?Batang pulai berjenjang naik, meninggalkan ruas menggunakan buku, Manusio berjenjang turun meninggalkan perangai dengan laku ?.

Jadi, berbuat baiklah selalu sinkron dengan akar budayo kito orang Jambi

- ragam hias flora dan penjelasannya

6.    SELOKO ADAT JAMBI

Silahkan cermati dan maknai beberapa seloko istiadat Jambi berikut:

-Adat selingkung negeri, undang selingkung alam

-Kampung bepagar norma, tepian bepagar bahaso

-Sawah pada ado mutlaknyo, ladang panjang ado batasnyo

-Kato sorang kato bapecah, kato basamo kato konsensus

-Ambik contoh kepado yg sudah telah, ambik tuah kepado yang menang

-Rami ngeri pada nan mudo, cantik negeri pada nan tuo

-Duduk sorang besempit-sempit, duduk basamo balapang-lapang

-Berjenjang naik bertanggo turun, turun berdasarkan takak nan diatas, naik menurut takak nan

  dibawah

-Ringan samo dijinjing berat samo dipikul, ke bukit samo mendaki ke lurah samo

  menurun, malang samo merugi belabo samo mendapat.

-Tepijak pada benang arang, itam tapak. Tersuruk pada bukit kapur, putih tengkuk.

-Naik idak bepucuk, turun idak berakar, tengah-tengah diakuk kumbang, ke rimbo

  diterkam harimau, ke air ditangkap buayo.

-Jangan sampe bepanas pada belukar.

-Anak dipangku, ponakan dibimbing.

-Kalo aek keruh pada muaro cubo tegok ke hulu

-Ke aek bebungo pasir, ke darat bebungo rimbo adolah hak rajo

-Nan buto penumbuk tepung, nan pekak pelepas meriam, nan lumpuh penunggu

  rumah, nan patah pengalau ayam

-Jatuh ke aek hanyut, jatuh ke barah hangus

- gambar motif figuratif

-Jerat idak kan lupo pado pelanduk

-Mahal rumput daripado kudo

-Batang Pulai bejenjang naik meninggalkan ruas menggunakan buku, manusio bejenjang

  turun meninggalkan perangai dengan laku

-Arang habis, besi binaso

Dengan adanya warta yg kami hidangkan mengenai contoh motif ragam hias hewan buat baju

, asa kami semoga anda bisa terbantu dan sebagai sebuah acum anda. Atau jua anda mampu melihat surat keterangan lain kami juga yg lain dimana tidak kalah bagusnya mengenai MENGGAMBAR RAGAM HIAS

. Sekian dan kami ucapkan terima kasih atas kunjungannya.

buka mesin jahit : pusdatin.rri.co.id/konten.php?nama=Docs&sta=1&op=download_http&id...

No comments:

Post a Comment

Home Furniture Store