Pages

Showing posts with label Punokawan. Show all posts
Showing posts with label Punokawan. Show all posts

Wednesday, July 21, 2021

Petruk Dukun (Ki Hadi Sugito)

Alkisah, suatu waktu seluruh senjata pada kerajaan Amarta, tempatnya para Pandawa, mendadak raib tanpa bekas. Sudah dicari kemana-mana nir jua ditemukan. Sampai akhirnya mereka meminta bantuan kepada saudara mereka, yakni para Kurawa.

Kurawa, atas impak Durna, bukannya membantu malah menduga keadaan ini sebagai kesempatan buat menyerang Pandawa. Maka disusunlah planning penyerangan. Meskipun Pandawa menjadi sakti karena persenjataan yang dimiliki, namun poly juga ksatria Amarta yang sakti meski tanpa senjata, misalnya Antasena dan Antareja menggunakan kekuatannya. Karenanya perlu dipersiapkan kekuatan secara fisik buat menghadapi Pandawa.

Di tengah persiapan penyerangan itu, di negara lain yang bernama Cundorante, sedang terjadi bencana penyakit parah. Berbagai cara telah dicari, dan akhirnya diketahui bahwa bala tadi dapat dihilangkan menggunakan penyerahan tumbal. Maka dikirimlah 2 jin, Pesatnyowo & Sambernyowo, menjadi utusan buat mencari tumbal yang dimaksud, yakni Durna dan Patih Sengkuni menurut Astina.

Durna & Sengkuni yg sedang menyiapkan pasukan Kurawa di hutan Kurumanggolo, berhasil diculik oleh 2 utusan Cundorante. Gegerlah Kurawa, lantaran tanpa kedua wayang itu mereka akan lemah.

Eswatama, anak dari Durna, meminta donasi kepada Adipati Karna. Segera Adipati Karna berhasil mengejar kedua jin & berhasil mendesak mereka. Lantaran hampir kalah, jin meminta donasi ular besar bernama Nogorangsang, yang lalu berhasil menciptakan buta ke 2 mata Adipati Karna.

Dalam keadaan buta, Adipati Karna ditolong oleh Baladewa dan dibawa ke Kresna buat diobati. Mereka berjalan melewati lembah dan gunung buat ke loka Kresna.

Sementara Arjuna yg sedang bertapa pada rangka mencari senjata Pandawa yang hilang, mendengar rintihan Sengkuni yg dibawa lari sang jin Pesatnyowo. Segera dia pakai minyak Jayengkaton pemberian ayahnya. Dengan mengoleskan minyak Jayengkaton ke matanya, dia bisa melihat segala mahluk halus di sekitarnya.

Petruk sempat melarang Arjuna yg hendak menolong Durna & Sengkuni, lantaran pada masa bertapa, wayang tidak boleh melakukan aksi apapun, sebab hal tadi dapat membatalkan pertapaan.

Namun Arjuna menolak nasehat Petruk, dan nekat mencegat dua jin tadi. Maka terjadilah pertempuran sengit. Sayangnya Arjuna kalah & meninggal.

Petruk menjadi abdi Arjuna, mencari cara buat menyembuhkan tuannya. Dengan keprihatinan yg mendalam, Petruk akhirnya sampai pada kerajaan para jin, pada gua Seluman. Dengan tipu dayanya, Petruk berhasil membawa senjata bernama kembang Condro Urawan milik raja jin dan dibawanya buat menyembuhkan Arjuna.

Setelah sembuh, Petruk berpesan kepada Arjuna agar nir usah menolong Durna, akan tetapi fokus saja mencari senjata Pandawa yang hilang. Arjuna setuju & meminta maaf, kemudian pulang melanjutkan pencarian senjata.

Tetapi mendadak ada Eswatama, anaknya Durna. Eswatama menjanjikan Kurawa akan mengembalikan kerajaan Astina kepada Pandawa tanpa perang Baratayudha, apabila Arjuna berhasil menyelamatkan Durna.

Mendengar janji itu, Arjuna segera mengejar dua jin tadi, menyusul hingga ke Cundorante, perang lagi, dan Arjuna mati lagi.

Petruk yang jengkel akhirnya pulang, & menggunakan senjata sakti milik raja jin, dia membuka praktek pengobatan yang manjur. Dia jadi dukun dan bertambah kaya.

Semar, Gareng & Bagong yg galau lantaran Arjuna mangkat lagi, segera memberi fakta ke Amarta buat datang membantu. Bantuan datang, dan berhasil mengobrak-abrik kerajaan Cundorante, tetapi kedatangan ular Nogorangsang berhasil membunuh Gatutkoco, Setyaki, Werkudoro, dan ksatria lainnya.

Para ksatria Pandawa yang meninggal, ditambah menggunakan Adipati Karna yg dibawa oleh Baladewa, dibawa ke tempat Petruk. Satu per satu berhasil dihidupkan & disembuhkan.

Selanjutnya Petruk didaulat menjadi senopati buat memimpin penyerangan ke Cundorante, mengalahkan Nogorangsang, membebaskan Durna dan Sengkuni.

Setelah dikalahkan Petruk, Nogorangsang berubah sebagai senjata Cakra milik Kresna yang hilang.

Si kembar Pesatnyowo & Sambernyowo yg berhasil dibunuh Petruk berubah sebagai senjata Pasopati. Dan para ksatria Cundorante yang lain jua poly yg ternyata jelmaan senjata Pandawa.

Raja jin berdasarkan gua Seluman ternyata merupakan Nakula & Sadewa, yg ikut menghilang bersama hilangnya senjata Pandawa.

Dan senjata yg dipegang Petruk ternyata adalah senjata kembang Wijayakusuma milik Kresna.

Keadaan segera dipulihkan. Pandawa menerima kembali semua senjata miliknya, & Durna dan Sengkuni meratapi perbuatannya.

Tuesday, February 2, 2021

Bagong

BAGONG, yang pada daerah Banyumas disebut Bawor merupakan seorang tokoh panakawan dalam dunia pewayangan. Panakawan merupakan pengiring atau pamong yg selalu ikut dan mendampingi seorang atau suatu keluarga, sebagai tempat mengembangkan senang dan sedih serta dimintai saran-saran bila diperlukan. La merupakan anak output pujaan Semar atau Ki Lurah Badranaya.

Menurut cerita dalam pewayangan, Bagong diciptakan menurut bayangan Semar. Di hari-hari pertama Sang Hyang Ismaya turun ke dunia menjadi Semar untuk bertugas menjadi pamong golongan manusia yg berbudi baik, ia merasa kesepian. Karena itu dia mohion pada ayahnya, yaitu Hyang Tunggal, agar diberi teman. Sebagai sahabat setia Semar, adalah bayangannya, yg oleh Sang Hyang Tunggal lalu diubah ujud sebagai Bagong. Itulah sebabnya bentuk dan wajah Bagong amat mirip menggunakan Semar. Seperti Semar, perut Bagong pula buncit, hidungnya pesek, pantatnya besar .

Bagong memiliki sifat & pembawaan yang kekanak-kanakan. Lucu, sporadis bicara, akan tetapi sekali bicara membuat orang tertawa. Dalam pewayangan, Bagong merupakan pengeritik tajam clan nylekit bagi tokoh wayang lain yg bertindak tidak benar. Biasanya, sebelum mulai berbicara, Bagong lebih dahulu mengucapkan kalimat pendahuluan yg khas sebagai berikut: "Gembor menentor bocor... " Baru sehabis itu beliau mengucapkan kalimat yg hendak disampaikannya. Dalam pedalangan Wayang Purwa, beberapa puluh tahun yang kemudian tokoh Bagong hanya dikenal di beberapa daerah, terutama di Yogyakarta ke barat & di wilayah Banyumas, & beberapa loka di Jawa Timur. Tetapi kini tokoh Bagong juga dimainkan pada daerah-daerah lain, bahkan juga dalam pedalangan pada Jawa Barat. Pada Wayang Golek Sunda, tokoh Bagong acapkali dipersamakan menggunakan Cepot atau Astrajingga. Tetapi, beda dengan dalam kebanyakan Wayang Kulit Purwa, pada Wayang Golek Purwa Sunda, Cepot Astrajingga dianggap menjadi anak Semar yang tertua.

Tokoh Wayang Bagong mulai diciptakan dalam zaman pemerintahan Sunan Amangkurat II, raja Mataram (1677 - 1703). Dengan candra sengkala "Mantri Sirna Sangoyag Jagaddanquot;, bisa diperhitungkan Bagong tercipta dalam tahun 1603 Jawa, atau 1679 Masehi. Namun siapa artis penciptanya, tidak diketahui.

Walaupun Bagong sebenarnya adalah anak pertama Semar, dalam pewayangan beliau sering dipercaya menjadi anak bungsu. Salah kaprah ini terutama disebabkan lantaran sifat Bagong yg kekanak-kanakan itu. Biasanya, dalam pedalangan Wayang Kulit Purwa atau pada panggung Wayang Orang, Bagong berbicara dengan logat Jawa Banyumasan. Itulah diantaranya, mengapa di wilayah Banyumas tokoh Bagong amat digemari.

Khusus dalam pewayangan pada Jawa Timur terdapat tokoh yang disebut Hyang Katinja alias Besot, atau Besep, atau Bestil, atau Besil. Tokoh wayang ini berasal dari tinja Semar yang terinjak Bagong.

Dalam Wayang Menak, terdapat tokoh panakawan yg hampir serupa bentuknya dengan Bagong. Tokoh ini disebut Jiweng. Bagong beristri cantik, bernama Dewi Bagnawati, putri Prabu Balya dari Kerajaan Pucangsewu. Dalam lakon carangan "Semar Minta Bagus" atau "Semar Gugatdanquot;, Bagong diajak Semar ke kahyangan dan diubah bentuknya menjadi ksatria tampan. Bagong diberi nama baru Bambang Lengkara, sedangkan Semar yg telah berganti rupa sebagai ksatria perkasa, menamakan dirinya Bambang Dewalelana. Dalam lakon ini, selain berubah menjadi tampan, Bagong jua memiliki kesaktian yang seimbang menggunakan para ilahi.

Dalam seni kriya Wayang Kulit Purwa, tokoh Wayang Bagong dilukiskan pada beberapa wanda. Di antara wanda Bagong merupakan: Wanda Gembor menggunakan bibir lebih lebar & terbuka. Dibandingkan dengan wanda lainnya, Bagong wanda Gembor merupakan wanda yang paling tua dan paling besar ukurannya. Hampir sebesar Semar. Sikap tubuhnya agak membungkuk & kepalanya relatif menunduk. Wanda Gilut, yakni yg bibir bawahnya lebih tebal. Tubuh Bagong wanda Gilut relatif pendek, tetapi kepalanya mendongak dan dadanya membusung. Ciri lainnya, Bagong dalam wanda Gilut ini mengenakan keris berwarangka pakaian walikat. Wanda Ngengkel, sikap tubuhnya lebih tegak & kepalanya relatif mendongak. Yang terakhir, disebut Wanda Blungkang, yang gundul rambutnya, & bibir bawahnya panjang.

Pada tahun 1987 Ir. Haryono Haryoguritno, seseorang ahli seni kriya Wayang Kulit Purwa gagrak Surakarta, membangun wanda baru bagi Bagong, yakni Bagong wanda Blo'on. Wanda baru itu diciptakan sebagai pasemon terhadap keadaan zaman, ketika generasi muda yg kurang peduli dalam keadaan pada sekitarnya.

Http://blvckshadow.Blogspot.Com/2010/03/bagong.Html

Friday, September 4, 2020

Sarawita

SARAWITA dikenal juga menggunakan nama Bilung. Ia merupakan saudara angkat Togog atau Tejamanttri yg adalah pengejawantahan menurut Sanghyang Tejamaya / Antaga.

Tokoh Sarawita atau Bilung hanya dikenal dalam cerita pedalangan Jawa. Asal-usulnya pun pula tidak jelas. Menurut paricarita, Sarawia dahulunya adalah aak raja Jin yang bercita-cita ingin memiliki kesaktian yg tidak tekalahkan oleh seluruh makhluk dan berkuasa di jagad raya. Untuk memenuhi keinginannya itu, ratusan tahun Sarawita bertapa pada dasar samiodra menggunakan mulut terbuka, dan hanya memakan hewan laut yang masuk ke rongga mulutnya.

Sanghyang Tejamaya yang lantaran perintah Sanghyang Tunggal turun ke arcapada buat menjadi pamong golongan super besar, membutuhkan seorang teman. Oleh Sanghyag Tunggal dia disuruh mencari Sarawita pada dasar samodra. Pada mulanya Sarawita menolak ajakan Sanghyang Tejamaya lantaran tugas itu sangat bertentangan dengan keinginannya. Namun setelah kalah dalam mengadu kesaktian, dan mendapat wejangan berdasarkan Sanghang Tejamaya, akhirnya Sarawita bersedia sebagai pengikut dan saudara angkat Sanghyang Tejamaya. Mereka kemudian merubah wujudnya dan berganti nama, Sanghyang Tejamaya menjadi Togog, dan Sarawita sebagai Bilung.

Sarawita hidup samoai akhir jaman Purwa. Bahkan dalam awal jaman Madya, tokoh Sarawita masih seringkali ditampilkan.

Tuesday, July 21, 2020

Sarawita

SARAWITA dikenal juga menggunakan nama Bilung. Ia merupakan saudara angkat Togog atau Tejamanttri yg adalah pengejawantahan menurut Sanghyang Tejamaya / Antaga.

Tokoh Sarawita atau Bilung hanya dikenal dalam cerita pedalangan Jawa. Asal-usulnya pun pula tidak jelas. Menurut paricarita, Sarawia dahulunya adalah aak raja Jin yang bercita-cita ingin memiliki kesaktian yg tidak tekalahkan oleh seluruh makhluk dan berkuasa di jagad raya. Untuk memenuhi keinginannya itu, ratusan tahun Sarawita bertapa pada dasar samiodra menggunakan mulut terbuka, dan hanya memakan hewan laut yang masuk ke rongga mulutnya.

Sanghyang Tejamaya yang lantaran perintah Sanghyang Tunggal turun ke arcapada buat menjadi pamong golongan super besar, membutuhkan seorang teman. Oleh Sanghyag Tunggal dia disuruh mencari Sarawita pada dasar samodra. Pada mulanya Sarawita menolak ajakan Sanghyang Tejamaya lantaran tugas itu sangat bertentangan dengan keinginannya. Namun setelah kalah dalam mengadu kesaktian, dan mendapat wejangan berdasarkan Sanghang Tejamaya, akhirnya Sarawita bersedia sebagai pengikut dan saudara angkat Sanghyang Tejamaya. Mereka kemudian merubah wujudnya dan berganti nama, Sanghyang Tejamaya menjadi Togog, dan Sarawita sebagai Bilung.

Sarawita hidup samoai akhir jaman Purwa. Bahkan dalam awal jaman Madya, tokoh Sarawita masih seringkali ditampilkan.